Ketika seorang itu jahil dalam ilmu agama, akan lebih terhormat jika ia diam tidak ikut campur berbicara masalah-masalah agama, sebab dapat tersesat dan menyesatkan orang banyak.
Tetapi sepertinya hal itu tidak diindahkan oleh Pendiri Sekte Wahhabiyah… kendati dangkal hampir dalam seluruh bidang dan keahlian, -kecuali kealhilan mengafirkan orang lain- ia tetap banyak berbicara… maka ia menjadi dhalla wa adhalla.
Jika biasanya Imam Besar Wahhabi ini mengafirkan kaum Muslimin…. Kini rupanya ia harus mencari sasaran baru…. para nabi dan rasul pilihan Allah kini menjadi sasaran pengafirannya dan tuduhan telah musyrik!
Nabi Adam as. kini dituduhnya telah musyrik!! Secara pribadi saya dapat memaklumi mengapa Nabi Adam as. Terjebak dalam nista kemusyrikan tidak lama setelah diturunkan ke bumi bersma istrinya, dan tentunya Iblis juga diusir ke bumi…. pasalnya ketika Adam turun ke bumi tidak ada GURU BESAR PENGAWAL TAUHID MURNI….. KEMUSYRIKAN Nabi Adam as. dikarenakan ia tidak dikawal “Syeikhul Islam” Ibnu Abdil Wahhab, andai sa’at itu beliau didampingi dan dibimbing langsung Sang Pendekar Tauhid dari Padang Pasir Gersang Najd, pastilah ia mampu menghindarkan diri dari kemusyrikan! Minimal itu mungking yang sempat terbesit dalam benak para Wahhabiyyun!!
Mau tau, Fatwa pengafiran Nabi Adam as.? Ikuti uraian di bawah ini.
Dalam kitab Tauhid-nya, Ibnu Abdil Wahhab menulis sebuah bab dengan judul:
Tetapi sepertinya hal itu tidak diindahkan oleh Pendiri Sekte Wahhabiyah… kendati dangkal hampir dalam seluruh bidang dan keahlian, -kecuali kealhilan mengafirkan orang lain- ia tetap banyak berbicara… maka ia menjadi dhalla wa adhalla.
Jika biasanya Imam Besar Wahhabi ini mengafirkan kaum Muslimin…. Kini rupanya ia harus mencari sasaran baru…. para nabi dan rasul pilihan Allah kini menjadi sasaran pengafirannya dan tuduhan telah musyrik!
Nabi Adam as. kini dituduhnya telah musyrik!! Secara pribadi saya dapat memaklumi mengapa Nabi Adam as. Terjebak dalam nista kemusyrikan tidak lama setelah diturunkan ke bumi bersma istrinya, dan tentunya Iblis juga diusir ke bumi…. pasalnya ketika Adam turun ke bumi tidak ada GURU BESAR PENGAWAL TAUHID MURNI….. KEMUSYRIKAN Nabi Adam as. dikarenakan ia tidak dikawal “Syeikhul Islam” Ibnu Abdil Wahhab, andai sa’at itu beliau didampingi dan dibimbing langsung Sang Pendekar Tauhid dari Padang Pasir Gersang Najd, pastilah ia mampu menghindarkan diri dari kemusyrikan! Minimal itu mungking yang sempat terbesit dalam benak para Wahhabiyyun!!
Mau tau, Fatwa pengafiran Nabi Adam as.? Ikuti uraian di bawah ini.
Dalam kitab Tauhid-nya, Ibnu Abdil Wahhab menulis sebuah bab dengan judul:
في باب : {فَلَمَّا آتاهُما صالِحاً جَعَلا لَهُ شُرَكاءَ فيما آتاهُما}
Bab “Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu.”
Pada bab itu ia menukil pernyataan Ibnu Hazm yang menekankan bahwa menamakan anak dengan nama yang mengandung penghambaan kepada selain Allah itu adalah syirik, seperti nama Abdu ‘Amr (hamba ‘Amr), Abdul Ka’bah (hamba Ka’bah) dan semisalnya.
Kemudian ia menyebutkan sebuah kisah yan mencoreng kesucian dan kema’shuman Nabi Adam dan Hawwa istrinya. Ia menuduh keduanya telah menyekutukan Allah SWT. Iblis merayu Adam dan Hawwa agar menamai anak mereka dengan nama Abdul Hârits, tetapi keduanya menolak rayuan itu. Iblis pun terus menerus merayunya sehingga setelah berkali-kali kematian anak mereka segera setelah lahir, mereka setuju dengan permintaan Iblis untuk menamai anak mereka dengan nama Abdul Hârits demi kecintaan mereka kepada putra mereka yan baru saja lahir. Apa yang dilakukan Adam dan Hawwa adalah yang dimaksud dengan firman Allah SWT.: “… maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu.” (QS. Al A’raf [7]: 190).
(Hadis riwayat Ibnu Abi Hâtim) (baca Kitab at Tauhid –dengan syarah Fathu al Majîd oleh Syeikh Abdur Rahman Âlu Syeikh-: 444. Dar al Kotob)
Hadis/riwayat di atas adalah hadis palsu yang kebatilannya telah nyata bagi pelajar pemula dalam ilmu hadis.
Pada kesempatan ini saya akan membuktikan kepalsuannya dari pernyataan Ibnu Hazm –yang tak hentin-hentinya dikultuskan dan dibanggakan kaum Wahhabi, bahkan oleh Ibnu Abdil Wahhab sendiri termasuk dalam bab ini-. Ibnu Hazm berkata:
Kemusyrikan yang mereka nisbatkan kepada Adam bahwa beliau menamai anaknya dengan nama Abdul Hârits adalah kisah khurafat, maudhûah/palsu dan makdzûbah/kebohongan, produk orang yang tidak beragama dan tidak punya rasa malu. Sanadnya sama sekali tidak shahih. Ayat itu turun untuk kaum Musryikin. (Baca Fathu al Majîd Syarah kitab at Tauhid:442).
Kisah itu kendati diatas namakan Ibnu Abbas ra. akan tetapi dapat dipastikan bahwa ia adalah hasil bualan kaum Ahli Kitab (Yahudi&Nashrani).
Coba Anda renungkan baik-baik, bagaimana Syeikh Ibnu Abdil Wahhab dalam kitab at Tauhid yang kecil itu yang ia karang untuk menetapkan hak Allah atas hamba-hamba-Nya, ternyata ia hanya mampu menegakkan konsep Tauhidnya di atas pondasi hadis palsu. Inilah kadar ilmu Imam Wahhabi yang dibanggakan para pemujanya sebagai sang Imam yang akan mengawal perjalanan ajaran Tauhid Murni dari kemusyrikan! Dan yang akan membentengi Tauhid dari mekusyrikan!
Subhanallah, kalau ternyata kemampuan ilmu dan penguasan disiplis ilmu Hadis Imam mereka sedangkal itu, apa bayangan kita kadar ilmu murid-murid dan para pengikutnya. Atau boleh jadi sekarang pengikutnya lebih pandai dari imamnya! Sebab mereka hidup di era dan zaman yang berbeda dengan zaman Syeikh Ibnu Abdul Wahhab … di mana keterbukaan informasi sudah sedemikian rupa…. mereka pasti memiliki kesempatan menghimpun banyak informasi dan ilmu pengetahuan lebih dari para pendahulunya, apalagi setelah kekayaan umat Islam mereka kuasai … hanya saja yang tetap mencerminkan keterbelakangan dan ketertingalan adalah cara berpikir mereka …. masih tetap seperti zaman padang pasir gersang Najd tiga abad silam ketika awal Syeikh Ibnu Abdil Wahhab pertama kali memecah keheningan dunia Islam, khususnya negeri Hijâz dengan pekikan seruannya yang memporak-pondakan kesatuan umat Islam dan membuat kaum Muslimin tersibukkan oleh hujatan-hujatan murahan Syeikh dari mempertahankan tanah air kaum Muslimin dari gerombolan srigala buas dari natah Eropa yang datang mencabik-cabik kekuatan umat Islam dan menancapkan kuku-kuku penjajahan mereka.
Pada bab itu ia menukil pernyataan Ibnu Hazm yang menekankan bahwa menamakan anak dengan nama yang mengandung penghambaan kepada selain Allah itu adalah syirik, seperti nama Abdu ‘Amr (hamba ‘Amr), Abdul Ka’bah (hamba Ka’bah) dan semisalnya.
Kemudian ia menyebutkan sebuah kisah yan mencoreng kesucian dan kema’shuman Nabi Adam dan Hawwa istrinya. Ia menuduh keduanya telah menyekutukan Allah SWT. Iblis merayu Adam dan Hawwa agar menamai anak mereka dengan nama Abdul Hârits, tetapi keduanya menolak rayuan itu. Iblis pun terus menerus merayunya sehingga setelah berkali-kali kematian anak mereka segera setelah lahir, mereka setuju dengan permintaan Iblis untuk menamai anak mereka dengan nama Abdul Hârits demi kecintaan mereka kepada putra mereka yan baru saja lahir. Apa yang dilakukan Adam dan Hawwa adalah yang dimaksud dengan firman Allah SWT.: “… maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu.” (QS. Al A’raf [7]: 190).
(Hadis riwayat Ibnu Abi Hâtim) (baca Kitab at Tauhid –dengan syarah Fathu al Majîd oleh Syeikh Abdur Rahman Âlu Syeikh-: 444. Dar al Kotob)
Hadis/riwayat di atas adalah hadis palsu yang kebatilannya telah nyata bagi pelajar pemula dalam ilmu hadis.
Pada kesempatan ini saya akan membuktikan kepalsuannya dari pernyataan Ibnu Hazm –yang tak hentin-hentinya dikultuskan dan dibanggakan kaum Wahhabi, bahkan oleh Ibnu Abdil Wahhab sendiri termasuk dalam bab ini-. Ibnu Hazm berkata:
Kemusyrikan yang mereka nisbatkan kepada Adam bahwa beliau menamai anaknya dengan nama Abdul Hârits adalah kisah khurafat, maudhûah/palsu dan makdzûbah/kebohongan, produk orang yang tidak beragama dan tidak punya rasa malu. Sanadnya sama sekali tidak shahih. Ayat itu turun untuk kaum Musryikin. (Baca Fathu al Majîd Syarah kitab at Tauhid:442).
Kisah itu kendati diatas namakan Ibnu Abbas ra. akan tetapi dapat dipastikan bahwa ia adalah hasil bualan kaum Ahli Kitab (Yahudi&Nashrani).
Coba Anda renungkan baik-baik, bagaimana Syeikh Ibnu Abdil Wahhab dalam kitab at Tauhid yang kecil itu yang ia karang untuk menetapkan hak Allah atas hamba-hamba-Nya, ternyata ia hanya mampu menegakkan konsep Tauhidnya di atas pondasi hadis palsu. Inilah kadar ilmu Imam Wahhabi yang dibanggakan para pemujanya sebagai sang Imam yang akan mengawal perjalanan ajaran Tauhid Murni dari kemusyrikan! Dan yang akan membentengi Tauhid dari mekusyrikan!
Subhanallah, kalau ternyata kemampuan ilmu dan penguasan disiplis ilmu Hadis Imam mereka sedangkal itu, apa bayangan kita kadar ilmu murid-murid dan para pengikutnya. Atau boleh jadi sekarang pengikutnya lebih pandai dari imamnya! Sebab mereka hidup di era dan zaman yang berbeda dengan zaman Syeikh Ibnu Abdul Wahhab … di mana keterbukaan informasi sudah sedemikian rupa…. mereka pasti memiliki kesempatan menghimpun banyak informasi dan ilmu pengetahuan lebih dari para pendahulunya, apalagi setelah kekayaan umat Islam mereka kuasai … hanya saja yang tetap mencerminkan keterbelakangan dan ketertingalan adalah cara berpikir mereka …. masih tetap seperti zaman padang pasir gersang Najd tiga abad silam ketika awal Syeikh Ibnu Abdil Wahhab pertama kali memecah keheningan dunia Islam, khususnya negeri Hijâz dengan pekikan seruannya yang memporak-pondakan kesatuan umat Islam dan membuat kaum Muslimin tersibukkan oleh hujatan-hujatan murahan Syeikh dari mempertahankan tanah air kaum Muslimin dari gerombolan srigala buas dari natah Eropa yang datang mencabik-cabik kekuatan umat Islam dan menancapkan kuku-kuku penjajahan mereka.