Dulu saya berguru langsung kepada Bin Baz, Mufti Besar Arab
Saudi. Tapi dalam hati aku selalu berpikir, mengapa kecintaan yang
tulus kepada Imam Ali, Imam Husein dan semua imam lainnya tetap
menggelora di hati sebagian orang dan tak pernah luntur meski sudah
berlalu berabad-abad lamanya? Dari sisi lain aku menyaksikan betapa
gencarnya majlis-majlis taklim di Arab Saudi mengkritik Imam Ali dan
Imam Husein. Aku melihat juga bagaimana mereka mencari pembenaran atas
apa yang dilakukan Yazid dan Muawiyah... Aku menyaksikan majlis-majlis
yang dengan mudah mengkritik Imam Ali bahkan mengucapkan kata-kata yang
tidak pantas terhadap beliau. Tapi ketika menyaksikan keutamaan Imam Ali
–bahkan yang dinukil dalam kitab-kitab mereka sendiri- mereka nampak
tidak bisa menerimanya... Melihat itu aku mencela diri sendiri dan aku
memaksa diri ini untuk banyak membaca sejarah Ahlul Bait as... Setelah
banyak membaca akhirnya aku berkesimpulan bahwa semua yang dilakukan
Imam Ali didasari oleh akal dan logika, sementara apa yang dikatakan
oleh orang-orang Wahabi tak lebih dari pembenaran buruk tanpa landasan
logika."
Pernyataan tadi adalah
kata-kata Dr Isam al-Imad yang sebelum ini duduk sebagai mufti Wahabi di
Yaman dan tergolong salah satu guru besar Wahabi di kampus-kampus
pendidikan tinggi agama di Arab Saudi. Dia dipercaya menjadi Imam Jumat
Wahabi di ibukota Yaman, Sanaa. Setelah melakukan studi dan telaah yang
cukup luas, Dr Isam akhirnya mengakui ketidakbenaran ajaran Wahabi dan
memilih Syiah sebagai mazhabnya yang baru.
Isam Ali Yahya al-Imad, lahir di desa al-Imad, di selatan Yaman. Sejak
usia enam tahun dia sudah mulai mempelajari ilmu agama di lembaga
pendidikan Wahabi. Pendidikan tinggi ia dapatkan di salah satu perguruan
tinggi agama di Arab Saudi dengan mengambil jurusan ilmu Hadis dan
al-Quran. Dia tergolong pemuda yang cerdas sehingga berkesempatan
berguru kepada para ulama besar Wahabi. Guru utamanya adalah Abdul Aziz
bin Baz, Mufti Besar Wahabi di Arab Saudi. Isam belajar tentang akidah
kepada Mufti ini. Semua buku akidah yang ditulis oleh Muhammad bin Abdul
Wahhab, pendiri faham Wahabi, rampung dibaca dan dipelajarinya seperti
kitab ‘Tauhid', ‘Kasyf al-Syubuhat fi al-Tauhid', dan ‘Sirah Nabawiyah'.
Di kemudian hari, dia mengajarkan kitab-kitab itu di perguruan tinggi
Arab Saudi. Di bawah pengaruh ajaran Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Abdul
Wahhab, Isam al-Imad juga menentang ajaran Syiah. Dia sempat menulis
buku yang menolak Syiah.
Namun
dalam perjalanan hidupnya terjadi perubahan jiwa dan pemikiran yang
menarik setelah dia mengenal tulisan-tulisan Sayyid Qutub. Sayyid Qutub
adalah salah seorang ulama Sunni di Mesir yang amat mengagumi dan
mencintai Imam Ali as dan Imam Husein as. Dialah yang menulis kitab
‘Kutub wa Syakhshiyyat' yang dengan panjang lebar menjawab segala
tuduhan Ibnu Taimiyyah yang dialamatkan kepada Imam Ali as. Mengenai hal
ini, Isam al-Imad mengatakan, "Karena spesialiasiku di bidang ilmu
hadis, aku melihat bahwa dari sisi sanad argumentasi Sayyid Qutub sangat
benar. Sebelumnya aku tidak tertarik dengan Imam Ali karena aku
mengenalnya lewat buku-buku Ibnu Taimiyyah. Tapi setelah membaca
buku-buku Sayyid Qutub dan buku Ibnu Aqil al-Sayfi'i, mufti Syafii di
Yaman, aku menemukan kecintaan yang mendalam di hati kepada Imam Ali
as."
Dr al-Imad melanjutkan,
"Kata-kata Syahid Sayyid Qutub benar-benar melahirkan perubahan
pemikiran bukan hanya pada diriku tapi juga mengguncang seluruh Arab
Saudi... Karena itu, banyak buku yang ditulis di Arab Saudi untuk
menyerang Sayyid Qutub."
Dr Isam
al-Imad datang ke Iran pada tahun 1989 untuk belajar di pusat pendidikan
agama hauzah ilmiah di kota Qom. Dia ingin mengenal ajaran Ahlul Bait
secara mendalam. Mengenai pengalamannya mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan seputar Syiah, dia menceritakan, "Aku menemukan
jawaban atas semua pertanyaanku di buku-buku karya Syeikh Mufid yang
ditulis lebih dari seribu tahun lalu. Semua jawaban itu bukan berasal
darinya tapi dari kitab suci al-Quran, Sunnah Nabi dan hadis-hadis dari
Ahlul Bait as. Artinya, semua jawaban Syeikh Mufid adalah jawaban dari
Ahlul Bait as."
Setelah menerima
Syiah sebagai madhabnya Isam al-Imad menulis sejumlah buku yang
mengungkap kesesatan ajaran Wahabi. Buku-bukunya sangat menarik dengan
penjelasan yang memukau. Salah satu karya al-Imad adalah al-Zilzal yang
memuat perdebatannya dengan Syeikh Utsman Khamis, salah seorang ulama
Wahabi terkemuka. Sejumlah diskusi dan debat Dr Isam al-Imad sering
ditayangkan secara langsung oleh televisi al-Kauthar, al-Alam dan Ahl
Bait. Bahkan sebagiannya terbit dalam bentuk buku.
Isam al-Imad yang juga melanjutkan pendidikan hingga jenjang doktoral
menyatakan bahwa saat ini banyak ulama di kalangan Wahabi yang menulis
artikel dan buku yang mengkritisi ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab. Dia
menuturkan, "Pendiri ajaran Wahabi tak banyak menguasai ilmu-ilmu Islam
seperti mantiq, ushul dan tata bahasa Arab.. Aku yakin bahwa Sheikh
Muhammad bin Abdul Wahab punya dua masalah besar. Pertama, ilmu yang
minim.. Kedua dan yang lebih penting adalah masalah pemikirannya. Dia
tak punya aturan yang jelas untuk mengkafirkan seseorang. Akibatnya
banyak sekali orang, baik Syiah maupu Sunni, yang ia vonis kafir... Dia
dengan mudah memvonis kafir dan membunuh banyak ulama Muslim."
Isam al-Imad menyoal tentang pandangan kaum Wahabi yang menyebut ziarah
kubur orang-orang saleh sebagai perbuatan syirik. Dia mengatakan,
"Orang-orang mencurahkan pikiran hanya untuk membicarakan soal kubur.
Mereka selalu siap untuk menyerang kubur. Padahal sudah sejak lama
mereka menghancurkan kuburan-kuburan yang ada di Arab Saudi dan sudah
tidak ada lagi kuburan di sana... Aku ingat sewaktu masih menjadi
pengikut Wahabi aku selalu lari ketika melewati kuburan. Jika
orang-orang Lebanon dan Palestina melakukan serangan mati syahid melawan
Israel, kamipun melakukan hal yang sama dengan sasaran kuburan.
Artinya, tauhid kaum Wahabi tak lebih dari tauhid kuburan."
Dr Isam menambahkan, "Coba lihat buku tulisan Muhammad bin Abdul Wahhab
tentang Ketuhanan. Pembahasan pertama adalah masalah kubur, ziarah
kubur, tawassul dengan kubur dan yang semisalnya.. Tidak ada pembahasan
tentang Tuhan. Jika sudah demikian, orang akan mudah menjalin hubungan
dengan Amerika. Sebab, masalah agama sudah tidak penting baginya.
Pembahasan tentang Allah tidak lagi penting. AS dan Israel bukan lagi
ancaman. Ketidakberagamaan juga bukan hal penting. Bahaya paling besar
adalah kuburan. Bahaya itu hanya bisa sirna jika kuburan sudah
dihancurkan. Jika itu terlaksana, semua perbuatan diperbolehkan. Ini
jelas bukan tauhid Islami, tapi tauhid versi Amerika."
Dr Isam mempersoalkan sikap para ulama Wahabi seperti Syeikh
al-Madkhali yang sudah menulis sekitar 100 buku berisi kecaman dan
laknat terhadap para ulama seperti Sayyid Qutub, Sheikh Muhammad
Ghazali, Ayatollah Khui, Sheikh Muhammad Abduh dan lainnya tapi tak
pernah sekalipun menulis tentang Marxisme, Budhisme, Bahaisme, dan
pemikiran Amerika dan Israel. Isam mengaku tak heran dengan hal itu.
Sebab, pemerintah Arab Saudi memang punya kebijakan yang menjamin
kepentingan AS dan Zionisme. Fatwa-fatwa yang mengkafirkan umat Islam
dibuat demi kebijakan itu. Aksi teror yang dilakukan kaum Salafi Wahabi
dengan mengatasnamakan perjuangan Islam justeru menjadikan muslimin
sebagai target.
Dr Isam al-Imad
menulis buku yang mengkritik faham Wahabi dari dalam. Buku itu menyoal
ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab. Buku yang ditulis seorang mantan ulama
Wahabi tentu akan membuka hati dan menerangi jiwa ribuan orang Wahabi
lainnya. Orang-orang Wahabi mengakui bahwa buku yang ditulis oleh Isam
al-Imad dan orang-orang sepertinya punya pengaruh yang besar pada diri
pengikut ajaran Wahabi. (IRIB Indonesia)
http://indonesian.irib.ir/image/image_gallery?uuid=f1a852c8-1bf3-495d-9973-1bfc3f14a4b7&groupId=10330&t=1373526751907