Jika anda menganalisa riwayat dongeng Abdullah bin Saba, maka anda akan melihat bahwa hanya ada satu nama yang menjadi sumber riwayat tersebut yaitu Saif bin Umar. Sementara dalam beberapa riwayat lainnya tidak memiliki rantai riwayat. Ada juga beberapa riwayat tentang Abdullah bin Saba yang tidak melalui jalur Sayf bin Umar tapi anehnya riwayat tersebut tidak berkaitan atau tidak menyatakan keterlibatan “Sabais atau pengikut si Ibn Saba” dalam pembunuhan Ustman melainkan hanya menyebutkan namanya dan ini benar-benar berbeda dengan dongeng yang dibuat oleh Saif bin Umar
Mazhab sunni mencaci dan mengutuk Ammar bin Yasir yang mereka sebut Abdullah bin Saba’ atau Ibnu Sauda’
Dr. Aly Al Wardy dalam kitabnya Wu’adzus Salatin dan Dr, Kamil Mustafa As Syaibi dalam kitabnya As Shilah Baina Tashawuf wa al Tasyyu’ mengalamatkan inisial Ibnu Saba pada Amar bin Yasir dengan beberapa faktor :
1. Ibu Amar bin Yasir, Sumayah adalah seorang budak hingga ia pun dijuluki Ibnu Sauda·
2. Amar bin Yasir berasal dari kabilah Ansy pecahan dari klan Saba’
3. Fanatisme Ammar terhadap Aly, diriwayatkan bahwa ia memandang Aly lebih berhak menjadi Khalifah dibanding Utsman· Ammar menyerukan pengangkatan Ali sebagai khalifah
4. Amar bin Yasir mengkampanyekan pemikirannya di Madinah dan Mesir·
Mereka memaparkan sejumlah bukti bahwa Abdullah bin Saba’ yang dimaksudkan mazhab sunni adalah ‘Ammar bin Yasir.
Golongan Sabaiyah yang ditengarai bentukan milisi ekstrim Ibnu Saba tidak lain adalah kelompok muslimin yang berasal dari klan Saba yang memang setia mendukung Aly, dan seringkali bertindak oposisi di masa pemerintahan Utsman, kelompok ini diwakili Amar bin Yasir, Abu Dzar Al Ghifari dan kaum Anshar yang memang berasal dari klan Saba.
KESIMPULAN
Demikianlah cacian dan kutukan mazhab sunni terhadap Ammar bin Yasir yang mereka sebut Abdullah bin Saba’ atau Ibnu Sauda’
Pada dasarnya Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif..
Siapakah Saif bin Umar?
Menurut Thabari, namanya yang lengkap adalah Saif bin umar Tamimi Al-Usaidi. Menurut Al-Lubab Jamharat Al-Ansab dan Al-Isytiqaq, namanya Amr bin Tamimi. Karena ia keturunan Amr maka ia telah mengkontribusikan lebih banyak lagi tentang perbuatan-perbuatan heroik Bani Amr ketimbang yang lain-lainnya.
Namanya disebut sebagai usady, sebagai ganti Osayyad, dalam Al-Fihrist oleh Ibn Nadim. Dalam Tahdzib Al-Tahdzib, ia juga disebut Burjumi, Sa’adi atau Dhabi. Disebutkan pula bahwa Saif berasal dari Kufah dan tinggal di Baghdad, meninggal pada tahun 170 H pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid ( 170-193 H).
Saif bin Umar Tamimi menulis dua buah buku yang berjudul:
1. Al-Futuh Al-Kabir wa Al-Riddah, isinya menjelaskan tentang sejarah dari sebelum wafatnya Nabi Muhammad Saw hingga pada masa Utsman menjadi khalifah.
2. Al-Jamal wa Al-Masiri ‘Aisyah wa Ali, mengenai sejarah sejak terbunuhnya Utsman sampai peristiwa peperangan jamal.
Kedua buku ini lebih banyak menceritakan tentang fiksi ketimbang kebenaran. Sebagian dari cerita-ceritanya adalah cerita palsu yang dibuat olehnya. Kemudian kedua buku ini pun menjadi sumber rujukan para sejarawan seperti Ibnu Abdil Bar, Ibnu Atsir, Dzahabi dan Ibnu Hajar ketika mereka hendak menulis dan menjelaskan perihal para sahabat Nabi Saw.
Allamah Askari menjelaskan dalam bukunya bahwa setelah diadakan penelitian terhadap buku-buku yang dikarang oleh keempat sejarahwan di atas ditemukan bahwa ada sekitar 150 sahabat nabi buatan yang dibuat oleh Saif bin Umar.7
Ahli Geografi seperti Al-Hamawi dalam bukunya Mu’jam Al-Buldan dan Al-Himyari dalam Al-Raudh yang menulis kota-kota islam juga menggunakan riwayat dari Saif dan menyebutkan nama-nama tempat yang diada-adakan oleh Saif8Dengan demikian Saif tidak hanya membuat tokoh fiktif Abdullah bin Saba tetapi juga dia telah membuat ratusan tokoh fiktif lainnya dan juga tempat-tempat fiktif yang dalam realitasnya tidak ada. Berikut ini adalah pandangan dan penilaian para penulis biografi tentang nilai-nilai tulisan Saif :
1. Yahya bin Mu’in (w. 233 H); “Riwayat-riwayatnya lemah dan tidak berguna”.
2. Nasa’i (w. 303 H) dalam kitab Shahih-nya mengatakan : “Riwayat-riwayatnya lemah, riwayat-riwayat itu harus diabaikan karena ia adalah orang yang tidak dapat diandalkan dan tidak patut dipercaya.”
3. Abu Daud (w. 275H) mengatakan: “Tidak ada harganya, ia seorang pembohong (Al-Kadzdzab).”
4. Ibnu Abi Hatim (w. 327 H) mengatakan bahwa : “Dia telah merusak hadist-hadits shahih, oleh karena itu janganlah percaya terhadap riwayat-riwayatnya dan tinggalkanlah hadists-hadistnya.”
5. Ibnu Sakan (w. 353 H)_mengatakan : “Riwayatnya lemah.”
6. Ibnu Hiban (w. 354 H) dia mengatakan bahwa :” Hadists-hadits yang dibuat olehnya kemudian disandarkan pada orang yang terpercaya” juga dia berkata “Saif dicurigai sebagai Zindiq; dan dikatakan dia telah membuat hadits-hadits yang kemudia hadis tersebut dia sandarkan pada orang yang terpercaya.”
7. Daruqutni (w. 385 H) berkata :” Riwayatnya lemah. Tinggalkanlah hadits-haditsnya.”
8. Hakim (w. 405 H) mengatakan : “Tinggalkanlah hadits-haditsnya, dia dicurigai sebagai seorang zindiq.”
9. Ibnu ‘Adi (w. 365 H) mengatakan : “Lemah, sebagian dari riwayat-riwayatnya terkenal namun sebagian besar dari riwayat-riwayatnya mungkar dan tidak diikuti.”
10. Firuz Abadi (w. 817 H) penulis kamus mengatakan:” Riwayatnya lemah.”
11. Muhammad bin Ahmad Dzahabi (w. 748 H) mengenainya dia mengatakan :”Para ilmuwan dan ulama semuanya sepakat bahwa riwayatnya lemah dan ditinggalkan.”
12. Ibnu Hajar (w. 852 H) mengatakan :”hadisnya lemah” dan dalam buku lain mengatakan :Walaupun banyak riwayat yang dinukil olehnya mengenai sejarah dan penting, tapi karena dia lemah, hadits-haditsnya ditinggalkan.”
13. Sayuti (w. 911 H) mengatakan :”Sangat lemah.”
14. Shafiuddin (w. 923 H) mengatakan :”Menganggapnya lemah.”
Dari beberapa pendapat di atas (baik dari kalangan syi’ah maupun ahlu sunnah) menunjukan bahwa Saif bin Umar sebagai satu-satunya sumber yang meriwayatkan tentang Abdullah bin Saba adalah sesorang yang pembohong dan oleh sebagian dianggap zindik, juga riwayat-riwayatnya dianggap lemah. Dengan demikian, jelaslah bahwa Abdullah bin Saba adalah tokoh fiktif dalam sejarah Islam. Hal ini didasarkan bukan hanya karena adanya Saif bin Umar dalam jalur sanadnya, tetapi juga karena Saif bin Umar adalah seseorang yag terkenal zindiq dan fasik.
Wallahu ‘alam bishshawwab. []
.
Syi’ah
Tuduhan bahawa madzhab syiah adalah ajaran daripada si Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’ telah lama diketengahkan kepada masyarakat Islam dan semacam sudah sebati dengan masyarakat bahawa syiah adalah ajaran Yahudi Abdullah ibn Saba’ yang berpura-pura memeluk Islam tetapi bertujuan untuk menghancurkan pegangan aqidah umat Islam.
Ia dikatakan mempunyai madzhab Saba’iyyah mengemukakan teori Ali adalah wasi Muhammad SAW. Abdullah ibn Saba’ juga dikenali dengan nama Ibn al-Sawda’ atau ibn ‘Amat al-Sawda’- anak kepada wanita kulit hitam. Pada hakikatnya cerita Abdullah ibn Saba’ adalah satu dongengan semata-mata.
Allamah Murtadha Askari telah mengesan dan membuktikan bahawa cerita Abdullah ibn Saba’ yang terdapat dalam versi sunni adalah bersumberkan dari Al-Tabari (w.310H/922M), Ibn Asakir (w571H/1175M), Ibn Abi Bakr (w741H/1340M) dan al-Dhahabi (w747H/1346M). Mereka ini sebenarnya telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba’ dari satu sumber iaitu Sayf ibn Umar dalam bukunya al-Futuh al-kabir wa al-riddah dan al-Jamal wal-masir Aishah wa Ali [Murtadha Askari, Abdullah ibn Saba' wa digar afsanehaye tarikhi, Tehran, 1360 H].
Sayf adalah seorang penulis yang tidak dipercayai oleh kebanyakan penulis-penulis rijal seperti Yahya ibn Mu’in (w233/847H), Abu Dawud (w275H/888M), al-Nasai (w303H/915M), Ibn Abi Hatim (w327H/938M), Ibn al-Sukn (w353H/964M), Ibn Hibban (w354H/965M), al-Daraqutni (w385H/995M), al-Hakim (w405H/1014M), al-Firuzabadi (w817H/1414M), Ibn Hajar (w852H/1448M), al-Suyuti (w911H/1505M, dan al-Safi al-Din (w923H/1517M).
Abdullah bin Saba’, kononnya seorang Yahudi yang memeluk Islam pada zaman Utsman, dikatakan seorang pengikut Ali yang setia. Dia mengembara dari satu tempat ke satu tempat untuk menghasut orang ramai supaya bangun memberontak menentang khalifah Uthman. Sayf dikatakan sebagai pengasas ajaran Sabaiyyah dan pengasas madzhab ghuluww (sesat). Menurut Allamah Askari watak Abdullah ibn Saba’ ini adalah hasil rekaan Sayf yang juga telah mencipta beberapa watak, tempat, dan kota khayalan.
Dari cerita Sayf inilah beberapa orang penulis telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba’ tersebut seperti Said ibn Abdullah ibn Abi Khalaf al-Ashari al-Qummi (w301H/913M) dalam bukunya al-Maqalat al-Firaq, al-Hasan ibn Musa al-Nawbakhti (w310H/922M) dalam bukunya Firaq al-Shiah, dan Ali ibn Ismail al-Ashari (w324H/935M) dalam bukunya Maqalat al-Islamiyyin. Allamah al-Askari mengesan cerita Abdullah ibn Saba’ dari riwayat syiah dari Rijal oleh al-Kashshi.
Al-Kashshi telah meriwayatkan dari sumber Sa’d ibn Abdullah al-Ashari al-Qummi yang menyebut bahawa Abdullah ibn Saba’ mempercayai kesucian Ali sehingga menganggapnya sebagai nabi. Mengikut dua riwayat ini, Ali AS memerintahkannya menyingkirkan fahaman tersebut, dan disebabkan keengganannya itu Abdullah ibn Saba telah dihukum bakar hidup-hidup (walau bagaimanapun menurut Sa’d ibn Abdullah Ali telah menghalau Ibn Saba’ ke Madain dan di sana dia menetap sehingga Ali AS menemui kesyahidannya. Pada ketika ini Abdullah ibn Saba’ mengatakan Ali AS tidak wafat sebaliknya akan kembali semula ke dunia). Al-Kashshi, selepas meriwayatkan lima riwayat yang berkaitan dengan Abdullah ibn Saba’ menyatakan bahawa tokoh ini didakwa oleh golongan Sunni sebagai orang yang pertama yang mengisytiharkan Imamah Ali AS. Allamah Askari menyatakan bahawa hukuman bakar hidup-hidup adalah satu perkara bida’ah yang bertentangan dengan hukum Islam sama ada dari madzhab Syi’ah atau Sunnah. Kisah tersebut pula tidak pernah disebut oleh tokoh-tokoh sejarah yang masyhur seperti Ibn al-Khayyat, al-Yakubi, al-Tabari, al-Masudi, Ibn Al-Athir, ibn Kathir atau Ibn Khaldun.
Peranan yang dimainkan oleh Abdullah ibn Sabak’ sebelum berlakunya peristiwa pembunuhan Uthman atau pada zaman pemerintahan Imam Ali AS telah tidak disebut oleh penulis-penulis yang terawal seperti Ibn Sa’d (w230H/844M0, al-Baladhuri (w279H/892M) atau al-Yaqubi. Hanya al-Baladhuri yang sekali sehaja menyebut namanya dalam buku Ansab al-Ashraf ketika meriwayatkan peristiwa pada zaman Imam Ali AS berkata: ” Hujr ibn Adi al-Kindi, Amr ibn al-Hamiq al-Khuzai, Hibah ibn Juwayn al-Bajli al-Arani, dan Abdullah ibn Wahab al-Hamdani – ibn Saba’ datang kepada Imam Ali AS dan bertanya kepada Ali AS tentang Abu Bakr dan Umar…” Ibn Qutaybah (w276H/889M) dalam bukunya al-Imamah wal-Siyasah dan al-Thaqafi (w284H/897M) dalam al-Gharat telah menyatakan peristiwa tersebut.
Ibn Qutaybah memberikan identiti orang ini sebagai Abdullah ibn Saba’. Sa’d ibn Abdullah al-Ashari dalam bukunya al-Maqalat wal-Firaq menyebutkan namanya sebagai Abdullah ibn Saba’ pengasas ajaran Saba’iyyah – sebagai Abdullah ibn Wahb al-Rasibi. Ibn Malukah (w474H/1082M) dalam bukunya Al-Ikmal dan al-Dhahabi (w748H/1347M) dalam bukunya al-Mushtabah ketika menerangkan perkataan ‘Sabaiyyah ‘, menyebut Abdullah ibn Wahb al-Saba’i, sebagai pemimpin Khawarij. Ibn Hajar (w852H/1448M) dalam Tansir al-Mutanabbih menerangkan bahawa Saba’iyyah sebagai ‘ satu kumpulan Khawarij yang diketuai oleh Abdullah ibn Wahb al-Saba’i’. Al-Maqrizi (w848H/1444M) dalam bukunya al-Khitat menamakan tokoh khayalan Abdullah ibn Saba’ ini sebagai ‘Abdullah ibn Wahb ibn Saba’, juga dikenali sebagai Ibn al-Sawda’ al-Saba’i.’
Allamah Askari mengemukakan rasa kehairannya bahawa tidak seorang pun daripada para penulis tokoh Abdullah ibn Saba’ ini menyertakan nasabnya – satu perkara yang agak ganjil bagi seorang Arab yang pada zamannya memainkan peranan yang penting. Penulis sejarah Arab tidak pernah gagal menyebutkan nasab bagi kabilah-kabilah Arab yang terkemuka pada zaman awal Islam tetapi dalam kisah Abdullah ibn Saba’ , yang dikatakan berasal dari San’a Yaman, tidak dinyatakan kabilahnya. Allamah Askari yakin bahawa Ibn Saba’ dan golongan Sabai’yyah adalah satu cerita khayalan dari Sayf ibn Umar yang ternyata turut menulis cerita-cerita khayalan lain dalam bukunya. Walau bagaimanapun, nama Abdullah ibn Wahb ibn Rasib ibn Malik ibn Midan ibn Malik ibn Nasr al-Azd ibn Ghawth ibn Nubatah in Malik ibn Zayd ibn Kahlan ibn Saba’, seorang Rasibi, Azdi dan Saba’i adalah pemimpin Khawarij yang terbunuh dalam Peperangan Nahrawan ketika menentang Imam Ali AS.
Nampaknya kisah tokoh Khawarij ini telah diambil oleh penulis kisah khayalan itu untuk melukiskan watak khayalan yang menjadi orang pertama mengiystiharkan Imamah Ali AS. Watak ini tiba-tiba muncul untuk memimpin pemberontakan terhadap khalifah Uthman, menjadi dalang mencetuskan Perang Jamal, mengisytiharkan kesucian Ali AS, kemudian dibakar hidup-hidup oleh Ali AS atau dihalau oleh Ali AS dan tinggal dalam buangan seterusnya selepas kewafatan Imam Ali AS, mengisytiharkan kesucian Ali AS dan Ali akan hidup kembali dan orang yang pertama bercakap dengan lantang tentang musuh-musuh Ali AS.
Menurut Allamah Askari, perkataan Saba’iyyah adalah berasal-usul sebagai satu istilah umum untuk kabilah dari bahagian selatan Semenanjung Tanah Arab iaitu Bani Qahtan dari Yaman. Kemudian disebabkan banyak daripada pengikut-pengikut Imam Ali bin Abi Talib AS berasal dari Yaman seperti Ammar ibn Yasir, Malik al-Ashtar, Kumayl ibn Ziyad, Hujr ibn Adi, Adi ibn Hatim, Qays ibn Sa’d ibn Ubadah, Khuzaymah ibn Thabit, Sahl ibn Hunayf, Utsman ibn Hunayf, Amr ibn Hamiq, Sulayman ibn Surad, Abdullah Badil, maka istilah tersebut ditujukan kepada para penyokong Ali AS ini. justeru, Ziyad ibn Abihi pada suatu ketika mendakwa Hujr dan teman-temannya sebagai ‘Saba’iyyah.’
Dengan bertukarnya maksud istilah, maka istilah itu juga turut ditujukan kepada Mukhtar dan penyokong-penyokongnya yang juga terdiri daripada puak-puak yang berasal dari Yaman. Selepas kejatuhan Bani Umayyah. istilah Saba’iyyah telah disebut dalam ucapan Abu al-Abbas Al-Saffah, khalifah pertama Bani Abbasiyyah, ditujukan kepada golongan Syi’ah yang mempersoalkan hak Bani Abbas sebagai khalifah.
Walau bagaimanapun Ziyad maupun Al-Saffah tidak mengaitkan Saba’iyyah sebagai golongan yang sesat. Malahan Ziyad gagal mendakwa bahwa Hujr bin Adi dan teman-temannya sebagai golongan sesat. Istilah Saba’iyyah diberikan maksudnya yang baru oleh Sayf ibn Umar pada pertengahan kedua tahun Hijrah yang menggunakannya untuk ditujukan kepada golongan sesat yang kononnya diasaskan oleh tokoh khayalan Abdullah ibn Saba’
Jika anda menganalisa riwayat dongeng Abdullah bin Saba, maka anda akan melihat bahwa satu nama menjadi pusat riwayat tersebut yaitu Saif bin Umar. Sementara dalam beberapa riwayat lainnya tidak memiliki rantai riwayat. Ada juga beberapa riwayat tentang Abdullah bin Saba yang tidak melalui jalur Sayf bin Umar tapi anehnya riwayat tersebut tidak berkaitan atau tidak menyatakan keterlibatan “Sabais atau pengikut si Ibn Saba” dalam pembunuhan Ustman melainkan hanya menyebutkan namanya dan ini benar-benar berbeda dengan dongeng yang dibuat oleh Saif bin Umar
.
Sementara itu, menurut Ijma’ Ahlu Sunah, Sayf bin Umar adalah Pembohong dan tidak diakui riwayatnya, lalu bagaimana mereka bisa menggunakan riwayat Saif bin Umar yang oleh mereka sendiri dikatakan pembohog.?
.
Pandangan Ulama tentang Saif bin Umar :
Ulama andalan Salafi Wahabi, Albani menyatakan Sayf bin Umar : “Pembohong” (Silsila Sahiha, j.3 h.184)
Mahmud Abu Rayah juga menyatkan Sayf sebagai pembohong. (Adhwa ala Al Sunnah, h139)
Ibn Abi Hatim menyatkan : Matruk[1] (Al-Jarh wa Al Ta’dil, j.4 h.278).
Al-Haythami menyatakan : Matruk (Majma al-Zawaid, j8, h.98)
Syaikh Syu’aib al-Arnaut menyatkan Saif bin Umar : Matruk (cttn. pinggir Siyar Alam An Nubala, j.3 h.27)
Yahya Mukhtar al Ghazawi berkata : “Merupakan kesepakatan bahwa ia (Sayf bin Umar) Matruk” (Cttn. Kaki “Al Kamil” oleh Abdullah bin Uday j.3 h.435).
Sebagian Ulama menyatakan Sayf bin Umar dan riwayatnya Dhaif adalah:
Ibn Hajar (Taqrib al-Tahdib, j.1 h.408)
Yahya ibn Ma’in (Tarikh Ibn Ma’in, j.1 h.336),
Al-Nasai (Al-Du’afa, h.187)
Al-Aqili (Al-Du’afa oleh Aqili, j.2 h.175), sementara dia sendiri juga menyatakan bahwa Al-Salihi al-Syami menyatakan “Sangat Lemah” (Subul al-Huda wa al-Rasyad, j.11 h.143).
Ulama lainnya, antara lain :
Ibn Hiban : “Dia (Sayf) meriwayatkan riwayat-riwayat palsu” (Al-Majruhin, j.1 h.345).
Allamah Abu Naim al Asbahani : “Dia (Sayf) tidak ada artinya/bukan apa-apa” (Al Du’afa, oleh Abu Naim, h.91)
Imam Abu Daud sependapat dengan Abu Naim bahwa Sayf tidak ada artinya (Su’alat al-ajiri, j.1 h.214).
Ibn al-Jawzi : ‘Dia (Sayf) dituduh memalsukan hadis” (Al-Maudu’at, oleh ibn al-Jawzi, j.1 h.222).
Abdullah bin Uday : “Riwayat darinya munkar” (Mizan al-I’tidal, j.2 h.255).
Al-Hakim :“Sayf dituduh sesat. Riwayat darinya ditinggalkan” (Tarikh Islam, j.11, h.161)
Hasan bin Farhan al-Maliki berkata : “Pemalsu” (Nahu Inqad al-Tarikh, h.34).
Bahkan Adz-Dzahabi berkata dalam al-Mughni fi al-Dhu’afa, h.292 :
“Sayf mempunyai dua Kitab, yg mana (keduanya) secara bulat (sepakat) ditolak oleh para Ulama”[2]
Yang menarik adalah, meskipun Ulama Ahlu Sunnah menolak riwayat dari Saif bin Umar dan dua Kitab yang berisi segala macam dongeng Abdullah bin Saba, mereka tetap mengambil beberapa cerita darinya dan telah memasukkan dalam buku-buku mereka, salah satunya Dzahabi sendiri. (tanya kenapa..??)
Dan yang lebih lucu lagi Kaum Wahaby Nashibi yang paling doyan memakai riwayat-riwayat dhaif yang ujungnya semua dari Sayf bin Umar karena semua sumber dari dongeng tersebut berujung di Kitab Sayf itu sendiri yaitu “Al Jamal wa Masir Aisyah wa Ali”
Bagi anda yang ingin melihat bagaimana skema jalannya dongeng Abdullah bin Saba dari Sayf sampai ke kitab-kitab Ulama Ahlu Sunah, dan juga riwayat yang dikatakan dari Syiah, maka silahkan klik disini berserta keterangan lainnya dari Antologi Islam.
—
Cttn :
[1] Hadits Matruk adalah hadits yang ditinggalkan, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja sedangkan perawi itu dituduh berdusta. Jadi riwayat dari Sayf bin Umar ditinggalkan/tidak dipakai.
[2] Al-Futuh wa al-Riddah dan Al-Jamal wa Masir Aisyah wa Ali
.
BEDAH BUKU :MENGAPA SAYA KELUAR DARI SYIAH?
TENTANG ABDULLAH BIN SABA’
KESALAHAN KESIMPULAN TENTANG ABDULLAH BIN SABA’
Salah satu sebab terjadinya kesalahan berpikir adalah terlalu cepat mengambil kesimpulan saat belum memahami sebuah persoalan secara utuh. Banyak orang bisa membaca berita, tetapi sedikit yang bisa menafsirkan dan menganalisis berita.
Pembahasan tentang Abdullah bin saba’ bisa dinilai dari dua hal yaitu keberadaan Abdullah bin Saba’ dan pendapat para ulama syiah tentang sosok Abdullah bin Saba’.
1. Keberadaan Abdullah bin Saba’
Para ulama dan ilmuwan muslim baik dari sunni maupun syiah berbeda pendapat tentang keberadaan sosok Abdullah bin Saba’. Sebagian menganggapnya ada dan sebagian lagi menganggapnya sosok dongeng dan fiktif.
Keberadaan Abdullah bin Saba’ disebutkan baik oleh buku2 syiah maupun buku2 sunni. Jika ditelusuri sumber buku2 syiah ttg Abdulah bin Saba’ terdapat pada karya An-Naubakhti, Firaq al-Syiah dan al-Asyari al-Qumi, al-Maqqalat wal Firaq. Dan setelah kita periksa maka ternyata karya an-Naubakhti dan al-Qummi ini tidak menyebutkan sanadnya dan sumber pengambilannya…shg dianggap bahwa mereka hanya menuliskan cerita populer tersebut yg beredar dikalangan sunni.
Adapun yg pertama melakukan studi ilmiah dan istematis ttg Abdullah bin Saba’ adalah Sayid Murtadha al-Askari. Dan dari hasil penelususrannya tersebut, ia menganggap bahwa cerita ttg Abdullah bin Saba’ adalah fiktif. Sehingga, ia menolak keberadaan Abdullah bin saba’.
Adapun dari sunni yang menegaskan bahwa Ibnu Saba’ adalah fiktif dan dongeng adalah Thaha Husain dalam bukunya Fitnah al-Kubra dan Ali wa Banuhu, Dr. Hamid Hafna Daud dalam kitabnya Nadzharat fi al-Kitab al-Khalidah, Muhammad Imarah dalam kitab Tiyarat al-Fikr al-Islami, Hasan Farhan al-Maliki dalam Nahu Inqadzu al-Tarikh al-Islami, Abdul Aziz al-Halabi dlm kitabnya Abdullah bin Saba’, Ahmad Abbas Shalih dalam kitabnya al-Yamin wa al-Yasar fil Islami.
2. Pendapat para ulama Syiah tentang Abdullah bin Saba’
Para ulama syiah dari dulu hingga sekarang tidak menganggap Abdullah bin Saba’ sebagai tokoh syiah dan sahabat Imam Ali dan Imam-imam lainnya. Bahkan seluruh ulama syiah mengecam dan melaknat serta berlepas diri (tabarri) dari pendapat dan diri Abdullah bin Saba’. Bahkan buku-buku dan pendapat-pendapat yang dikutip oleh Husain al-Musawi dalam bukunya ini sudah cukup memnunjukkan sikap para Imam syiah dan ulama syiah tentang Abdullah bin saba’.
Dengan dua catatan di atas, maka jelaslah persoalan Ibnu Saba’ yang tidak kaitannya dengan mazhab syiah. Mungkinkah org ditolak keberadaanya atau yang dihina dan dikafirkan oleh seluruh imam2 syiah dan ulama-ulama syiah dijadikan tokoh panutan dalam syiah..??? sungguh kesimpulan yang gegabah dan tentu saja salah kaprah. …
Pada halaman 12, Husain al-Musawi menulis :
> “Abdullah bin Saba’adalah salah satu sebab, bahkan sebab yang paling utama kebencian sebagian besar orang syiah kepada ahlus sunnah.
# Darimana sumber kesimpulan Husain al-Musawi ini muncul..??? Sumber satu2nya adalah imajinasinya yang tak pernah kering. Coba perhatikan, Husain al-Musawi berusaha mempropokasi pembacanya. Pertanyaan kita apa hubungan antara Abdullah bin Saba’ dan kebencian kepada ahlu sunnah. Padahal kalau kita perhatikan seluruh buku2 syiah dan juga buku2 sunni dari yang besar sampai yang kecil tidak ada satupun yang memuji Abdulah bin Saba’. Semua buku itu mencela dan menyatakan kesesatan dan kekafiran Abdulah bin Saba’. Jadi sunni dan syiah sepakat akan kekafiran Abdulah bin Saba’. Seharusnya kesimpulan yang rasional dari hal itu adalah bahwa ahlussunnah dan syiah sama2 membenci Abdullah bin Saba’. Coba perhatikan enam kutipan kitab syiah yang ditulisnya dari mulai halaman 12 sampai halaman 15, bukankah semua isinya menghujat Abdullah bin Saba’..???
Seharusnya, jika dia menyatakan bahwa syiah adalah pengikut Ibnu Saba’, maka dia harus menyebutkan hadits2 syiah yg memuji Ibnu Saba’..??? tapi sayang dia takkan menemukannya….wallahu a’lam
bersambung…
Bedah buku “MENGAPA SAYA KELUAR DARI SYIAH” Karya Husain al-Musawi..yg diterbitkan oleh Pustaka al-Kautsar
.
.
Kisah dongeng Abdullah bin Saba (2)
Yasini:
Sebelum memulakan perbahasan, silakan tuan sampaikan sedikit ucapan.
Ayatullah Qazwini:
Dalam beberapa minggu kebelakangan ini, salah satu siaran televisyen yang berkait rapat dengan Wahabi telah meluaskan propaganda menentang Syiah dengan serangan yang sangat dahsyat. Mereka berkhayal bahawa ia dapat mempertikaikan cahaya nurani Ahlul Bait yang ma’sum dan suci di peringkat antarabangsa
Saluran Al-Mustaqillah yang mempunyai hubungan dengan Wahabi, sejak hari pertama siarannya, ia berusaha mencetuskan fitnah terhadap Syiah. Dua bulan baru-baru ini fitnah telah sampai ke kemuncaknya. Saya sendiri telah diundang untuk berdebat. Kami pun menolaknya sambil menyatakan kami tidak sudi berdebat dalam sebuah saluran televisyen yang mencetuskan fitnah dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kami sudah berdebat dengan tokoh-tokoh terkenal Wahabi seperti mufti besar, para pensyarah universiti dan hawzah-hawzah ilmiyah mereka. Namun itu bukanlah perdebatan dengan seorang Ahlusunnah, tetapi perdebatan dengan orang gila yang kerjanya tidak ada yang lain kecuali mencaci, seolah-olah tidak pernah mendapat didikan ayah dan ibunya. Menurut pandangan kami, individu seperti ini bukan menghina Syiah, namun ia menghina Islam.
Kadang-kadang apabila diceritakan sedikit sahaja perihal sahabat nabi dalam saluran TV Salam, sebahagian tok guru Ahlusunnah akan membangkitkan perkara ini dalam khutbah-khutbah Jumaat, mereka lantang menentang saluran TV Salam dan Syiah. Namun saya tidak tahu mereka ini berdiam diri apabila beberapa saluran TV meluahkan penghinaan paling buruk terhadap para Imam (a.s), Ahlul Bait (a.s) dan Imam Mahdi (a.j) serta melaknat para marji’ taqlid Syiah dalam beberapa saluran TV?. mengapa mereka tidak mengeluarkan pernyataan masing-masing? Mengapakah mereka tidak bertindak apa-apa? apakah mereka takut dengan orang gila? Kami suka melihat kalau para alim ulama Sunni seperti Abdul Hamidi yang lantang memprotes saluran TV Salam agar berdepan dengan semua penghinaan orang gila ini. Hendaklah mereka tunjukkan slogan yang dilaungkan mereka selama ini, iaitu kita menuntut perpaduan sesama Islam dan menjauhi sebarang bentuk perpecahan dan perselisihan. Ramai saudara kita dari dalam dan luar negara menelefon kami dan mengirim emel agar mengatur acara untuk berdepan dengan serangan Wahabi dan menyusun rancangan untuk para mahasiswa, pensyarah universiti dan pelajar agama menjawab keraguan Wahabi yang besikap kebudak-budakan terhadap Syiah.
Ada kabar gembira buat semua penonton, mahasiswa, pensyarah universiti, pelajar agama, ustaz-ustaz Hawzah Ilmiyah dari dalam dan luar negara, bahawa dalam waktu terdekat ini akan diumumkan kemunculan beberapa rancangan mengenal kebudayaan Syiah dan menjawab keraguan Wahabi melalui laman web dan secara online untuk para pemuda kita. Setelah beberapa ketika rancangan ini berjalan, kami akan mengadakan program khusus untuk mereka yang mengikuti acara tersebut. Barangsiapa yang berjaya dalam ujian, mereka akan meraih hadiah yang lumayan seperti pakej menunaikan ibadah haji dan menziarahi Masyhad untuk peserta dari dalam dan luar negara.
Dalam pertemuan kita yang pertama, salah satu keraguan penting yang ditimbulkan oleh Wahabi untuk memerangi Syiah pada hari ini ialah pembikinan kisah dongeng Abdullah bin Saba. Beberapa perkara telah kami kemukakan kepada penonton bahawa Abdullah bin Saba tidak lebih dari dongengan dan khayalan. Mereka mencipta hikayat ini semata-mata untuk melonggokkan peristiwa perbalahan di kalangan sahabat ke atas seorang yang bernama Abdullah bin Saba iaitu seorang Yahudi yang baru memeluk Islam. Mereka pun saling berselisih tentang zaman keIslaman Abdullah bin Saba, di mana ia menerima Islam dan apa kerjanya.
Yasini:
Ulama Syiah enggan menerima kewujudan Abdullah bin Saba. Tolong terangkan perkara ini.
Ayatullah Qazwini:
Ramai ilmuan Syiah yang terbilang memungkiri Abdullah bin Saba dan percaya Dinasti Bani Umayyah yang telah mewujudkan kisah dongeng ini. Marhum Kasyif Al-Ghita secara langsung menyebut:
أحاديث خرافة وضعها القصاصون و أرباب السمر و المجون.
Hadis-hadis yang berkaitan dengan Abdullah bin Saba adalah khurafat, hanya para penglipur lara yang gila sahaja menerimanya.
احاديث مربوط به عبد الله بن سبأ، خرافي است و قصه*گويان و کساني که به شب*نشيني مي*روند و بذله*گو هستند، اين داستان را بافته*اند.
أصل الشيعة و أصولها للشيخ كاشف الغطاء، ص181
‘Allamah ‘Askari mempunyai kitab yang khusus tentang topik ini dan dicetak dalam dua jilid. Beliau menerangkan dalil-dalil, kesaksian dan ayat al-Quran yang membuktikan kisah Abdullah bin Saba ini sengaja dicipta. Marhum Ayatullah al-Uzma al-Khu’I yang menjadi kebanggaan fuqaha Syiah kerana berguru dengan beliau, di dalam Mu’jam Rijal al-Hadis berkata:
إن أسطورة عبد الله بن سبأ و قصص مشاغباته الهائلة موضوعة مختلقة اختلقها سيف بن عمر الوضاع الكذاب.
معجم رجال الحديث للسيد الخوئي، ج11، ص207
Dongeng Abdullah bin Saba dicipta oleh seorang yang mencipta hadis bernama Saif bin Umar. – Mu’jam Rijal al-Hadis Li Sayyid al-Khu’i.
Beliau merujuk kepada penelitian ‘Allamah ‘Askari tentang perkara ini. Barangsiapa yang ingin melihat penelitian khusus perkara ini, silakan merujuk kepada kitab beliau. ‘Allamah Tabataba’i di dalam kitab al-Mizan berkata ‘kisah Abdullah bin Saba merupakan cerita rekaan semata-mata, dan ia daripada khurafat sejarah’, Tafsir al-Mizan Li Sayyid Tabataba’i, jilid 9 halaman 260.
‘Allamah Muhammad Jawad al-Mughniyah, antara tokoh yang terkenal di Lubnan, saya sendiri bangga menjadi anak murid beliau dalam beberapa kuliah pagi, di dalam kitab ‘Abdullah bin Saba wa Asatir Ukhra, jilid 1 halaman 12 telah membahaskan topik ini.
Dr. Ali al-Wardi di dalam kitab Wi’az al-Salatin, halaman 90 hingga 112 telah menerangkan topik ‘Abdullah bin Saba secara terperinci dengan membedah manuskrip sejarah di zaman Bani Umayyah.
Salah sorang ulama Syiah bernama ‘Abdullah Fayyadh menerangkan topik ini di dalam kitab Tarikh al-Imamiyyah sebagai: Perkara ini lebih dekat dengan khayalan sehingga ia terkeluar dari hakikat.
Cukuplah kami sebutkan tadi beberapa orang ulama Syiah yang memungkiri kewujudan ‘Abdullah bin Saba.
Yasini:
Apakah Ulama Ahlusunnah juga memungkiri kewujudan ‘Abdullah bin Saba?
Ayatullah Qazwini:
Ada beberapa orang ulama di kalangan ulama Ahlusunnah turut memungkiri perkara ini. Dr. Taha Husain, salah seorang tokoh Sunni yang terkenal secara langsung mengatakan musuh-musuh Syiah yang mencipta ‘Abdullah bin Saba untuk mempertikaikan kebudayaan Syiah:
أراد خصوم الشيعة أن يدخلوا في أصول هذا المذهب عنصرا يهوديا إمعانا في الكيد لهم و النيل منهم.
الفتنة الكبرى للدكتر طه حسين، ج2، ص98، طبعة دار المعارف بمصر، عام 1953 ميلادي
Mereka ingin memerangi Syiah dengan memasukkan elemen Yahudi ke dalam usul mazhab ini. – al-Fitnatul Kubra Li- Dr. Taha Husain, jilid 2 halamabn 98.
Dr. Ali Nasysyar, salah seorang pemikit Islam dan professor falsafah berkata di dalam kitab Nasyatul Fikr Fi al-Islam, jilid 2 halaman 39 sebagai: ‘Abdullah bin Saba di dalam teks sejarah adalah hasil rekaan. Sejarah menyebut nama beliau untuk menuduhnya sebagai pencetus fitnah pembunuhan Uhtman dan peperangan Jamal. ‘Ammar bin Yasir lah yang dianggap Abdullah bin Saba.
Dr. Hamid Dawud Hanafi, iaitu salah seorang tokoh Mesir yang mendapat gelaran Doktor di Universiti Sastera Kaherah mengakui pembikinan kisah ini di dalam mukadimah kitab ‘Allamah ‘Askari, jilid 1 halaman 17.
Muhammad Kamil Husain, seorang doktor, ulama dan ahli falsafah Mesir menyebut kisah ‘Abdullah bin Saba sebagai khayalan di dalam kitab Adab Misr al-Fatimiyyah, halaman 7.
Pensyarah universiti Malik Sa’ud di Riyadh, Dr. Abdul Aziz al-Halabi berkata: kesimpulannya Abdullah bin Saba ialah:
شخصية وهمية لم يكن لها وجود.
دراسة للرواياة التاريخية عن دوره في الفتنة، ص73
Personaliti khayalan, tidak mungkin ia wujud. (Dirasah lil-Riwayah al-Tarikhiyyah ‘An Dawrihi fil Fitnah, halaman 73).
Jikalau ia wujud sekalipun, adalah satu pembohongan jika perkara ini dikaitkan dengannya.
Peneliti buku al-Muntazam Ibnu Jawzi, Dr. Sahil menyebut tentang pembikinan Abdullah bin Saba dalam kitab tersebut.
Mereka ini adalah tokoh tersohor Ahlusunnah yang percaya bahawa pembikinan kisah dongeng Abdullah bin Saba.
Walau bagaimana pun saya akan terangkan lagi, di mana saya sendiri telah mengkaji selama lebih dari 500 jam dalam jurusan ini.
Menurut riwayat Syiah, Abdullah bin Saba telah diceritakan sebagai ghuluw terhadap Amirul Mukminin, dan ia tidak diterima oleh Ali (a.s). Namun Tabari, pembesar Wahabi seperti Ibnu Taimiyyah dan lain-lain lagi telah mengaitkannya sebagai pengasas mazhab Syiah. Kami menganggap ungkapan tidak berasas ini tidak ada yang lain lagi kecuali mengarut. Mereka telah mengaitkan Abdullah bin Saba dalam peristiwa pembunuhan Uthman, fitnah perang Jamal dan lain-lain lagi. Kami dapati, salah satu pembohongan sejarah ialah, tidak ada bukti sama sekali mengenai perkara ini meskipun hadis dhaif dalam kitab Ahlusunnah dan Syiah.
Yasini:
Siapakah orang yang mula-mula mereka cipta kisah dongeng Abdullah bin Saba?
Ayatullah Qazwini:
Soalan ini sering ditanya kepada kami oleh kebanyakan pemuda, ahli akademik Hawzawi. Pertanyaan “Dari mana ia masuk ke dalam sejarah?”, “Dari mana datangnya kisah Abdullah bin Saba ini?”, “Apakah ia benar-benar wujud atau tidak?” adalah satu perbahasan. Kisah dongeng yang dikaitkan dengan beliau adalah satu perbahasan yang lain. Dengan merujuk kepada sumber-sumber kita, Ahlusunnah dan Wahabi mempertikai, mereka sering berbicara. Iya, memang ada riwayat di dalam kitab Rijal Kasyi dan Khishal Syaikh Saduq. Namun apakah dengan adanya riwayat ini menunjukkan ia pengasas mazhab Syiah, pembunuhan Uthman dan jenayah-jenayah lain yang dikaitkan dengan Abdullah bin Saba? Dalam menjawab pertanyaan ini, saya berterus terang, silakan semua penonton, cendiakawan Ahlusunnah dan Wahabi berikan sekecil-kecil bukti yang menyangkal kata-kata saya, bahawa orang yang mula-mula mencipta kisah Abdullah bin Saba ialah Saif bin Umar yang meninggal dalam tahun 170 Hijrah.
Setelah Tabari, orang yang menukilkannya akan mengambil dari Tabari.
تاريخ الطبري، ج3، ص378
Ibnu Athir, penulis al-Kamil Fi al-tarikh, wafat dalam tahun 630 Hijrah telah menukilkan kisah ini daripada Tabari dan di permulaannya mengatakan:
فابتدأت بالتاريخ الكبير الذي صنّفه الإمام أبو جعفر الطبري إذ هو الكتاب المعول عند الكافة عليه.
الكامل في التاريخ لإبن الأثير، ج1، ص3
Saya mulakan dengan Tarikh al-Kabir yang dikarang oleh al-Imam Abu Ja’far al-Tabari, kerana kitabnya menjadi kepercayaan semua orang (seluruh Ahlusunah). (al-Kamil Fi Tarikh Li Ibnu Athir, jilid 1 halaman 3). Ibnu Kathir Dimasqi, wafat dalam tahun 774 Hijrah, dalam al-Bidayah wan Nihayah menukilkan kisah tersebut dan akhirnya mengatakan:
هذا ملخص ما ذكره أبو جعفر بن جرير.
البداية و النهاية لإبن كثير، ج7، ص275
Inilah petikan dari apa yang disebut oleh Abu Ja’far bin Jarir. Ibnu Khaldun, wafat dalam tahun 808
Hijrah menukilkan kisah ini daripada Tabari dan mengatakan:
هذا أمر الحمل، ملخص من کتاب أبي جعفر الطبري.
تاريخ ابن خلدون لإبن خلدون، ج2، بخش2، ص166
Penulis di zaman ini seperti Rashid Ridha di dalam kitab Al-Sunnah Wa Syiah menukilkannya daripada Tabari (Al-Sunnah Wa Syiah, halaman 4, 6, 45, 49 dan 103) Ahmad Amin Misri di dalam kitab Fajrul Islam turut mengambil perkara ini daripada Tabari. Farid Wajdi, penulis kitab Dairatul Mu’arif, wafat dalam tahun 1370 Hijrah menukilkannya daripada Tabari. Hasan Ibrahim Hasan di dalam Tarikh al-Islam al-Siyasi, halaman 347 meriwayatkannya daripada Tabari. Semua orang yang menukilkan kisah dongeng dan khayalan Abdullah bin Saba sebagai pengasas mazhab Syiah, stimulasi pembunuhan Uthman dan pencetus fitnah perang Jamal akan kembali kepada Tarikh Tabari, namun Tabari hanya menukilkannya daripada Saif bin Umar, bukan daripada orang lain. Selain itu ada perkara yang lain lagi, perkara ini akan dibicarakan lagi dalam pertemuan akan datang.
Yasini:
Tolong terangkan permasalahan utama Abdullah bin Saba untuk para penonton.
Ayatullah Qazwini:
Menurut pandangan saya ada tiga masalah utama tentang kisah dongeng ini. Mereka yang mereka cipta kisah Abdullah bin Saba ini mengatakan kisah pembunuhan Uthman dan lain-lain lagi berkait rapat dengan Abdullah bin Saba. Saya minta, sila beri perhatian permasalahan yang saya bawakan ini. Jikalau ada khilaf atau pertentangan dengan bukti kami, sila kemukakan, dan saya yakin tidak ada siapa pun yang mampu menyangkal.
Persoalan pertama:
Seluruh cerita ini merujuk kepada Tabari, dan Tabari menukilkan daripada seorang yang bernama Saif bin Umar. Saif bin Umar menurut pandangan Ahlusunnah adalah seorang yang Dhaif dan mereka cipta hadis, serta dituduh Zindiq dan tidak beragama. Yahya bin Mu’in di dalam Tarikhnya berkata:
سيف بن عمر ضعيف.
تاريخ ابن معين ليحيى بن معين، ج1، ص336
Nasai di dalam kitab al-Dhu’afa berkata:
آقاي نسائي در کتاب الضعفاء مي*گويد:
ضعيف.
كتاب الضعفاء و المتروكين للنسائي، ص187
‘Uqayli, al-Razi dan Ibnu Habban berterus terang:
أتهم بالزندقة، کان يضع الحديث.
كتاب المجروحين لإبن حبان، ج1، ص345 ـ تاريخ الإسلام للذهبي، ج11، ص162
Beliau dituduh Zindiq serta telah mereka cipta Hadis.
Abu Na’im Isfahani berkata:
متهم في دينه، مرمي بالزندقة، ساقط الحديث لا شئ.
كتاب الضعفاء لأبو نعيم الأصبهاني، ص91
Beliau dituduh zindiq, riwayatnya gugur (tidak boleh dipakai) Al-Mazzi di dalam Tahdhibul Kamal jilid 12 halaman 326 telah menceritakan hal yang sama.
Al-Dhahabi Mizan al-I’tidal turut menukilkannya di dalam (Mizan al-I’tidal Li Dhahabi, jilid 2 halaman 255). Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata di dalam kitab Tahdhib al-Tahdhib:
و قال الحاکم اتهم بالزندقه و هو في الرواية ساقط.
تهذيب التهذيب لإبن حجر، ج4، ص260
Saif bin Umar dituduh Zindiq dan jatuh kemuktabarannya.
Persoalan kedua:
Mereka membetulkan kening sambil merosakkan mata. Mereka tidak sedar pembikinan diskusi Abdullah bin Saba hakikatnya apabila sahabat menjadikan rujukan sumber pemikiran Ahlusunnah, ia telah meninggalkan persoalan, seperti Tabari menukilkan riwayat ini daripada Saif bin Umar yang membawa pergi ke rantau Syam, Mesir dan beberapa tempat dengan menyebarkan kabar angin menentang Uthman sambil membahaskan kekhalifahan dan kewasiyan Ali (a.s). Sebahagian Sahabat seperti Abu Zar, Ammar dan beberapa orang yang lain telah menjadi mangsa fitnah Saif bin Umar. Kami ingin bertanya kepada Ahlusunnah:
Sahabat ini seluruh usianya, menjadi dewasa di kaki minbar Nabi (s.a.w), seperti ‘Ammar bin Yasir di mana Rasulullah berkata tentang beliau:
عمار ياسر ملئ ايمانا إلي مشاشه.
سنن ابن ماجة، ج1، ص52 ـ سنن النسائي، ج8، ص111 ـ فضائل الصحابة للنسائي، ص50 ـ المستدرك الصحيحين للحاكم النيشابوري، ج3، ص392 ـ مجمع الزوائد للهيثمي، ج9، ص295
Seluruh kewujudan ‘Ammar bin Yasir sarat dengan keimanan. Rasulullah telah bersabda tentang peribadi seperti Abu Zar, tidak ada orang yang lebih tulus daripada Abu Zar:
ما أظلت الخضراء و لا أقلت الغبراء أصدق من أبي ذر.
مسند احمد، ج2، ص163 ـ سنن الترمذي، ج5، ص334 ـ المستدرك الصحيحين للحاكم النيشابوري، ج3، ص342
Tabari di dalam Tarikhnya mengatakan, kedua sahabat besar ini, telah menjadi mangsa propaganda Saif bin Umar, ia membicarakan kewasiyan Ali dan mencetuskan propaganda memerangi Uthman serta beberapa peristiwa yang lain (Tarikh Tabari, jilid 3 halaman 379).
Menarik perhatian di sini, Ahmad bin Amin Misri di dalam kitab Fajrul Islam mengatakan:
أن أبا ذر تلقى فكرة الاشتراكية من ذلك اليهودي و هو تلقى هذه الفكرة من مزدكيي العراق أو اليمن.
Sesungguhnya Abu Zar menerima pemikiran sosialis daripada Yahudi itu, yang mengambil pemikiran dari Mazdiki Iraq atau Yaman.
Saya ingin bertanya kepada Ahlusunnah. Jikalau seorang ulama Syiah membuat penghinaan begini kurang hajar kepada salah seorang sahabat, apa yang anda lakukan? Tidakkah perkataan itu juga menghina Abu Zar dan ‘Ammar?
Jikalau riwayat Saif bin Umar diterima mereka sebagai pengasas kebudayaan Syiah, Saif bin Umar ini juga telah mempersoalkan keadilan Sahabat. Apakah tanggapan mereka terhadap sahabat yang lain setelah meletakkan Abu Zar dan ‘Ammar di bawah pengaruh pemikiran Abdullah bin Saba seorang yang sosialis, tidak beragama, menentang al-Quran dan Islam? Apakah sahabat seperti ini tidak boleh dirujuk sebagai sumber ilmu untuk umat Islam?
Tabari berkata daripada kata-kata Saif bin ‘Umar, bahawa pembunuhan ‘Uthman berkaitan dengan beberapa orang seperti Abu Zar, ‘Ammar ‘Abdul Rahman bin ‘Udais, Kananah bin Busr dan ‘Amru bin Hamiq al-Khuza’i (Tarikh al-Tabari, jilid 3 halaman 376; Tabaqat al-Kubra Li-Ibnu Sa’ad, jilid 3 halaman 71; Asad al-Ghabah Li- Ibnu al-Athir al-Jazri, jilid 3 halaman 309).
Saya ada pertanyaan untuk Ahlusunnah dan Wahabi yang menukilkan perkara ini dengan terperinci: Apakah ‘Amru bin Hamiq al-Khuza’i daripada sahabat terkemuka atau tidak? Mereka telah menukilkan bahawa ‘Amru bin Hamiq al-Khuza?i adalah orang yang masuk Islam dalam Hujjatul Wida’, beliau termasuk daripada sahabat yang besar sahabat Nabi (Asad al-Ghabah Li- Ibnu al-Athir al-Jazri, jilid 4, halaman 100, al-Isti’ab Li-Ibn ‘Abd al-Bar, jilid 3 halaman 1173). ‘Abdul Rahman bin ‘Udays dikatakan:
ممن بايع تحت الشجرة و شهد بيعة الرضوان.
Ahlusunnah Wal Jama’ah berdalil dengan ayat Shajarah untuk membuktikan keadilan seluruh sahabat. Nampaknya Ibnu ‘Udais adalah salah seorang yang menyertai Bai’atul Ridwan. Beliau juga salah seorang yang berkata:
أعان علي قتل عثمان.
Apakah jawapan anda? Ibnu Hajar berkata bahawa Kinanah bin Busr adalah salah seorang sahabat Nabi (Al-Ishabah Li-Ibnu Hajar ‘Asqalani, jilid 5 halaman 486)
Meskipun begitu, Tabari masih meriwayatkan kisah-kisah yang menentang Syiah. Kisah ini diletakkan di bawah pengaruh Abdullah bin Saba yang melibatkan mereka ini dalam pembunuhan ‘Uthman.
Pihak Ibnu Taimiyah berkata, pengasas mazhab Syiah adalah Abdullah bin Saba’. Pihak mereka berkata juga, orang yang membunuh ‘Uthman adalah mereka yang termasuk di kalangan pemusnah di muka bumi dan daripada kabilah yang celaka.
Apakah ini bukan satu penghinaan terhadap sahabat? Tidakkah ini bukan penghinaan terhadap ‘Abdul Rahman bin ‘Udais, ‘Amru bin Hamiq al-Khuza?i dan Kinanah bin Busr? Tabari yang mengaitkan ‘Abdullah bin Saba dengan pengasasan mazhab Syiah, dari satu sudut yang lain beliau juga menyabitkan peristiwa pembunuhan ‘Uthman dengan sahabat.
Saudara Ahlusunnah dan Wahabi! Jikalau kami menerima kata-kata Tabari dan Saif bin ‘Umar tentang ‘Abdullah bin Saba, bukan daripada Tabari kisah yang mengaitkan gabungan seluruh sahabat di dalam Madinah untuk membunuh ‘Uthman, serta mengirim surat ke luar kota Madinah iaitu datanglah ke Madinah, Khalifah Muslimin telah menghancurkan Islam, jikalau anda ingin berjihad, kembalilah ke Madinah dan menentang khalifah. Tabari menukilkan bahawa ‘Uthman menulis surat kepada Muawiyah dan berkata:
فإن أهل المدينة قد كفروا و أخلفوا الطاعة و نكثوا البيعة.
تاريخ الطبري، ج3، ص402
Sesungguhnya warga Madinah telah kafir, menderhaka dan memutuskan bai’at mereka (Tarikh Tabari jilid 3 halaman 402).
Bagaimana anda ingin menerima kisah Abdullah bin Saba disamping tidak menerima kata-kata ‘Utman yang menganggap penduduk Madinah sebagai kafir! Tidakkah ini berat sebelah?
Persoalan ke-dua.
Mereka berkata di zaman, Abdullah bin Saba’ telah pergi ke Mesir, Sham dan berbagai kota sambil membahaskan kawashiyan Amirul Mukminin (a.s) dan mengobarkan pemberontakan menentang ‘Uthman yang membawa pembunuhannya. Kami bertanya kepada Ahlusunnah:
‘Uthman ada perselisihan sengit dengan beberapa tokoh besar, dan ia mengarahkan Abu Zar dibuang negeri. Akibatnya beliau mati di sahara Zabdah dalam keadaan dahaga dan lapar. Ia mengarahkan kaki dan gigi ‘Abdullah bin Mas?ud dipatahkan. Ia hendak memukul ‘Ammar bin Yasir ketika berlaku perselisihan sengit antara keduanya. Namun kenapa ia duduk diam-diam apabila berhadapan dengan propaganda Abdullah bin Saba? Tidakkah ini menunjukkan kelemahan ‘Uthman? Mengapa pula apabila Abu Zar melancarkan penentangan pemerintahan pusat, dengan segera mata-mata kerajaan Uthman memberikan informasi kepadanya dan Abu Zar langsung dibawa ke Madinah? Tetapi dalam menghadapi komplot Abdullah bin Saba, mata-mata ini tidak memberikan maklumat sehingga menyebabkan pembunuhan ‘Uthman terjadi.
Perkara ini kami perlu bicarakan secara panjang lebar terutamanya kebangkitan menentang ‘Uthman dan stimulasi pembunuhannya dari sumber-sumber Ahlusunnah. Di sinilah antara salah satu tempat perselisihan asasi antara Sunni dan Syiah.
Pertanyaan penonton
Pertanyaan:
Saya telah membaca sebuah kitab yang menyatakan bahawa setelah Rasulullah menerima perjanjian Hudaibiyah, khalifah kedua memprotes Nabi (s.a.w) dan berkata kepada khalifah pertama bahawa saya mengesyaki kerasulan Nabi (s.a.w). Apakah perkara ini ada di dalam sumber Ahlusunnah?
Jawapan:
Jikalau anda mempunyai Sahih Bukhari, peristiwa ini telah dinukilkan di dalam jilid 4 halaman 70 hadis 3182, dan Sahih Muslim jilid 5 halaman 175 hadis 4525 di mana di dalam perjanjian Hudaibiyah, khalifah kedua telah memprotes Nabi (s.a.w) dan berkata: Tidakkah kebenaran bersama kita dan kebatilan bersama mereka? Nabi menjawab: iya. Kata khalifah ke-dua: maka kenapa kita menerima penghinaan dalam perkara ini?. Nabi (s.a.w) bersabda: Saya utusan Allah, dan Allah tidak meninggalkan saya bersendirian, dan Dia membantu saya. ‘Umar tidak berpuas hati dengan jawapan Nabi (s.a.w) dan pergi kepada Abu Bakar seraya berkata: Tidakkah kita bersama kebenaran? Tidakkah korban kita di dalam Syurga manakala korban mereka di dalam neraka? Abu Bakar menjawab: Iya. ‘Umar pun berkata: Mengapakah kita menerima penghinaan terhadap agama kita? Abu Bakar berkata sebagaimana sabda Nabi (s.a.w). Sehingga terdapat di dalam Sahih Bukhari jilid 6 halaman 45 hadis 4844:
فرجع متغيظا، فلم يصبر حتى جاء أبا بكر.
‘Umar tidak berpuas hati terhadap jawapan Nabi dan pulang dalam keadaan marah. Beliau tidak bersabar dan pergi kepada Abu Bakar .
Begitu juga yang terdapat di dalam kitab muktabar Ahlusunnah:
و الله! ما شککت منذ أسلمت إلا يومئذ.
تاريخ الإسلام للذهبي، ج2، ص371 ـ تاريخ مدينه دمشق لإبن عساکر، ج57، ص229 ـ الدر المنثور للسيوطي، ج6، ص77 ـ المصنف لعبد الرزاق الصنعاني، ج5، ص339 ـ صحيح ابن حبان، ج11، ص224 ـ المعجم الكبير للطبراني، ج20، ص14 ـ جامع البيان لإبن جرير الطبري، ج26، ص129
Demi Allah! Aku tidak syak (terhadap kenabian baginda) sejak masuk Islam melainkan pada hari ini (Tarikh al-Islam Li-Zahabi jilid 2 halaman 371, Tarikh Madinah Dimasyq Li-Ibnu ‘Asakir jilid 57 halaman 229, al-Dur al-Manthur Li-Suyuthi jilid 6 halaman 77, Mushannaf Li-Ibnu Razzaq al-Shan’ati jilid 5 halaman 339, Sahih Ibnu Habban jilid 11 halaman 224, al-Mu’jam al-Kabir Li-Tabrani jilid 20 halaman 14, Jami’ al-Bayan Li-Ibnu Jarir al-Tabari).
Sehingga terdapat di dalam sumber-sumber Ahlusunnah menyatakan dikeranakan saya telah memprotes dan mengesyaki kerasulan baginda, saya telah banyak berpuasa di jalan Allah dan beramal supaya dosaku diampunkan (Sahih Ibnu Habban, jilid 11 halaman 224).
Pertanyaan:
Salah satu propaganda Wahabi ialah, kita hendaklah tidak menukilkan ikhtilaf di antara para sahabat kerana perselisihan yang parah itu bakal menimbulkan kemusykilan terhadap kesahihan al-Quran, kerana mereka adalah perawi dan penghafal al-Quran yang menyampaikannya kepada kita secara berperingkat. Mohon terangkan perkara ini.
Jawapan:
Perkara ini telah diajukan pada hari pertama. Umumnya kami tidak terima perkara ini kerana Rasulullah telah memperkenalkan Al-Quran dan Ahlul Bait sebagai pegangan untuk manusia. Baginda bersabda:
إني تارک فيکم الثقلين کتاب الله و عترتي، إن تمسکتم بهما لن تضلوا بعدي.
Sesungguhnya saya tinggalkan kepada kamu dua perkara berharga iaitu Kitab Allah dan ‘Itrahku, jika kalian berpegang dengan keduanya, kalian tidak akan sesat sepeninggalanku. Baginda tidak bersabda “kitab Allah dan para sahabatku”. Al-Quran dan Ahlul Bait saling menerangkan antara satu sama lain sampai hari kiamat. Kami telah membahaskan tentang hadis Thaqalayn secara berasingan di mana adalah satu kesilapan jikalau kita ingin mengambil pelajaran al-Quran daripada para sahabat. Ia tidak selaras dengan hakikat sejarah.
Sebelum ini kami telah bahaskan bahawa sahabat tidak memperdulikan hadis dan Abu Hurairah berkata, Muhajirin dan Ansar tidak menghiraukan ucapan Nabi kerana asyik berdagang dan bercucuk tanam (Sahih al-Bukhari jilid 1 halaman 38 dan jilid 3 halaman 74; Sahih Muslim jilid 7 halaman 167; Mustadrak al-Hakim jilid 3 halaman 509).
Pertanyaan.
Wahabi ada cara tersendiri berpegang dengan al-Quran dan menggunakan ayat-ayat yang tidak berkaitan untuk menjawab keraguan. Adakah kitab yang dapat saya baca untuk memahami helah Wahabi ini.
Jawapan:
Kitab ‘Ayin Wahhabi’ dan kitab ‘Wahabi, Mabani Fikri wa Karnameh ‘Ilmi’ karangan Hadrat Ayatullah al-Uzma Subhani, dan kitab saya sendiri ‘Wahhabi az Manzare ‘Aql Wa Sar’.
Pertanyaan:
Dalam saluran al-Mustaqillah ada satu soalan mengenai seorang tokoh Syiah yang mengatakan masalah Tajsim dan perbahasan Mukmin al-??q dan Hisham bin Hakam. Benarkah perkara ini dan apakah kita sudah menjawabnya?
Jawapan:
Insyallah kami akan membicarakannya nanti. Dalam jawapan terhadap kitab Qaffari, kami telah menulis hampir 250 halaman dan Insyallah, dalam waktu terdekat nanti, akan kami cetak dan dimasukkan ke dalam web site kami. Yang memasukkan tajsim ke dalam budaya Islam ialah golongan Ahlusunnah seperti Abu Hurairah dan Ka’b bin al-Ahbar. Sebelum Hisham bin Hakam yang meninggal pada tahun 199 Hijrah, Ahmad bin Hanbal sendiri adalah penyebar pemikiran Tajsim. Ibnu Qatadah dan beberapa orang yang lain turut menyebarkan sebelum beliau. Salah satu keraguan yang perlu dijawab ialah apakah Mukmin al-??q atau Hisham bin Hakam menyebarkan pemikiran Tajsim atau ulama Ahlusunnah? Apa saja yang mereka nukilkan daripada Hisham bin Hakam adalah sama sekali pembohongan. dan riwayatnya Dhaif. Terdapat beberapa hadis daripada Hisham bin Hakam dan Mukmin bin al-??q dalam menyangkal dan menafikan Tajsim.