Di dalam tradisi agama Islam nusantara, faktanya adalah tradisi keagamaan itu sebagian asal usulnya dari Syiah.
Nahdlatul Ulama (NU) kembali menegaskan Syiah bukanlah aliran sesat. Banyaknya masyarakat yang masih merujuk pada pendapat-pendapat lama mengenai Syiah dan membantah informasi yang bertentangan dengan pendapat mereka memicu konflik agama.
“Merujuklah pada pendapat-pendapat kelompok ulama yang benar-benar ulama,” kata Rois Syuriah Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU) Prof. Dr. Masdar F Mas'udi, dalam acara peluncuran dan kajian “Buku Putih Mizhab Syiah” diluncurkan, hari ini.
Nahdlatul Ulama (NU) kembali menegaskan Syiah bukanlah aliran sesat. Banyaknya masyarakat yang masih merujuk pada pendapat-pendapat lama mengenai Syiah dan membantah informasi yang bertentangan dengan pendapat mereka memicu konflik agama.
“Merujuklah pada pendapat-pendapat kelompok ulama yang benar-benar ulama,” kata Rois Syuriah Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU) Prof. Dr. Masdar F Mas'udi, dalam acara peluncuran dan kajian “Buku Putih Mizhab Syiah” diluncurkan, hari ini.
Masdar khawatir, keberagaman di Indonesia menjadi perbedaan pendapat yang muncul terkait aliran Syiah. Menurutnya, semua pihak harus kembali kepada kesepakatan dan harus mampu menjelaskan kepada masyarakat, terutama orang-orang awam yang kurang mengerti Islam dan komunitas Syiah.
"Di Indonesia, ini menjadi sebuah negeri yang seluruh keyakinan atau fahamnya ada di sini,” ujar Masdar.
Masdar pun mengatakan, di dalam tradisi agama Islam nusantara, faktanya adalah tradisi keagamaan itu sebagian asal usulnya dari Syiah.
Menurut Masdar, Islam berkembang di nusantara dengan adanya banyak kalangan dan kelompok. Seluruh faham, pandangan, dan ideologi, semuanya dapat dengan mudah diakses di dalam Islam.
“Tapi kemudian muncullah sekelompok orang yang merasa agamanya yang paling benar, terjadliah konflik dan pertumpahan darah,” ujarnya.
Masdar menyarankan permasalahan kesalahpahaman ini ditinjau secara objektif. Ia juga berharap umat Islam bukan umat yang bodoh karena tidak sanggup belajar dari orang lain.
Dia menambahkan pluralisme tidak bisa dihindari di dalam kehidupan masyarakat untuk memahami agama. Masing-masing kelompok agama mempunyai pendukung masing-masing dan kekuasaan yang berbeda-beda, sehingga muncul terjadinya perang.
Dr. Muhsin Labib, MA, salah satu cendikiawan muslim mengatakan yang perlu diperjelas adalah ideologi Syiah yang dikaitkan dengan revolusi Islam di Iran, sehingga hal ini tidak menjadi sebuah benturan dan perbedaan. Di Indonesia, kita terlihat adanya upaya melunturkan komunitas Syiah. “Jangan sampai orang-orang di luar Syiah menganggap kita eksklusif,” ujar Muhsin.
http://www.beritasatu.com/nasional/72468-nu-kembali-tegaskan-syiah-bukan-aliran-sesat.html