Sumber-sumber di Suriah, Sabtu (13/7) mengabarkan tentang
meningkatnya eskalasi bentrokan antara kelompok pemberontak Free Syrian
Army dengan kelompok teroris Takfiri, Al Qaeda di Barat Laut negara itu.
Bentrokan senjata antara sesama kelompok teroris Suriah itu terjadi
sejak beberapa hari lalu setelah salah satu kelompok yang berafiliasi ke
Al Qaeda berusaha merebut persenjataan milik Free Syrian Army.
Bentrokan-bentrokan itu menunjukkan adanya peningkatan eskalasi
ketegangan antara FSA, pemberontak dan kelompok-kelompok Salafi underbow
Al Qaeda seperti Front Al Nushra.
Analis politik
Suriah, Ibrahim Zaair, Sabtu (13/7) dalam wawancaranya dengan TV Alalam
mengatakan, "Meningkatnya friksi di balik layar di antara
kelompok-kelompok bersenjata di Suriah adalah akibat perebutan
kepemimpinan atas seluruh kelompok bersenjata di negara itu."
Menurut Zaair, para pemimpin anasir teroris seperti Front Al Nushra
yang berafiliasi ke Al Qaeda, berperang dengan kelompok-kelompok
bersenjata lain karena masalah kekuasaan dan pembagian harta jarahan
juga tempat-tempat persembunyian di Suriah.
Sementara
itu, Moaz Al Khatib, mantan pemimpin koalisi pemberontak Suriah
mengatakan, "Sebagian kelompok pemberontak tidak mendengarkan usulan
Dewan Koalisi dan hanya mementingkan perebutan kekuasaan serta
kepentingan kelompok."
Konflik ini terus berlanjut dan
pada saat yang sama, rakyat, pemerintah juga militer Suriah bersatu
melawan teroris, menggagalkan seluruh konspirasi musuh dan seperti yang
dikatakan Bashar Assad, Presiden Suriah, menjelang kemenangan akhir.
(IRIB Indonesia/HS)