Grand Shaikh Al-Azhar Prof. DR. Ahmad Thayeb menegaskan bahwa saat
ini merupakan kesempatan emas bagi Al-Azhar untuk bekerja dengan seluruh
kemampuannya demi mengembalikan kejayaannya di masa lalu. Beliau juga
menegaskan bahwa Al-Azhar tidak akan mungkin berkhianat terhadap agama
dan syariat Allah SWT.. Pasca kunjungannya ke Uni Emirat Arab, beliau
mengatakan bahwasanya bukan tugas Dewan Ulama Senior untuk setuju atau
tidak terhadap setiap draft undang-undang yang akan disahkan di Mesir.
Akan tetapi, tugas Dewan Ulama Senior adalah menjelaskan kepada umat
apakah draft suatu undang-undang sesuai dengan syariat Islam atau tidak.
Beliau juga mengisyaratkan bahwa sebagian poin dari draft undang-undang
sukuk (obligasi) yang diajukan oleh MPR Mesir sesuai dengan syariat,
namun sebagian poin yang lain tidak sesuai dengan syariat. Dan Dewan
Ulama Senior memberikan syarat-syarat dalam draft undang-undang sukuk
tersebut agar tidak mengganggu aset-aset fundamental milik negara.
Grand
Shaikh Al-Azhar juga menegaskan bahwa Mesir tidak akan terjebak dalam
perang saudara. Menggunakan slogan-slogan agama dalam berkampanye
merupakan tindakan yang bertentangan dengan Islam dan sistem demokrasi
yang benar, serta akan menghancurkan sistem demokrasi itu sendiri.
Demikian juga masuknya kanal-kanal televisi islami ke dalam pusaran
perang politik dapat membahayakan Islam sendiri. Karena, kanal-kanal
tersebut tidak menjaga kemuliaan Islam dan malah membuatnya menjadi
obyek pembicaraan tanpa etika di kalangan masyarakat.
Sepulang
Grand Shaikh Al-Azhar dari kunjungannya ke luar negeri, mingguan Shaut
Al-Azhar berhasil mengadakan wawancara eksklusif dengan beliau. Berikut
ini wawancara tersebut yang telah dialih-bahasakan oleh redaksi
mosleminfo.com:
A: Dunia Arab dan Islam sangat bangga
dengan terpilihnya DR. Ahmad Thayeb sebagai Man of The Year dalam Zaid
Award untuk tahun ini. Bagaimana menurut Anda tentang pemilihan ini? Dan
apa artinya bagi Anda pribadi?
B: Menurut saya,
pemilihan ini merupakan sebuah apresiasi tinggi atas peran besar
Al-Azhar asy-Syarif yang merupakan rujukan utama umat Islam. Al-Azhar
merupakan instansi yang menjadi tempat umat Islam mengungkapkan segala
mimpi dan harapannya, serta penjaga nilai-nilai akhlak dan identitasnya.
Sedangkan artinya bagi saya pribadi, ini merupakan penghargaan untuk
semua nilai luhur tersebut dalam kehidupan umat Islam.
A:
Zaid Center yang bergerak dalam pengajaran bahasa Arab bagi pelajar
non-Arab di Al-Azhar, telah berhasil memberikan manfaat riil sejak
pendiriannya. Bagaimana Anda melihat peran Zaid Center ini? Menurut
Anda, apa cara terbaik untuk meningkatkan perannya dalam menjaga bahasa
Arab? Adakah rencana ke depan untuk mengembangkan visi dan misi Zaid
Center ini di kawasan Arab dan negara-negara luar lain?
B:
Adanya Zaid Center yang bergerak di bidang pengajaran bahasa Arab bagi
pelajar non-Arab di Al-Azhar, merupakan salah satu bentuk kerjasama yang
positif dan efektif antara Al-Azhar dan semua pihak yang bekerja untuk
menghidupkan peradaban Islam dari sisi bahasa, syariat, dan ilmu
pengetahuan, khususnya, almarhum Syekh Zaid bin Sulthan Alu Nahyan yang
telah meninggalkan hal positif di setiap negara. Dalam keyakinan saya,
kinerja Zaid Center merupakan pelopor yang memiliki banyak manfaat dalam
menciptakan jembatan penghubung yang aktif dan positif di kalangan umat
Islam sendiri, dan antara umat Islam dengan umat lainnya saat perbedaan
bahasa sudah tidak lagi menjadi problem.
A. Di dunia
Islam saat ini muncul berbagai aliran pemikiran yang di antaranya
bercorak ekstrim (ghuluw) dan radikal. Banyak pihak sangat mengharapkan
Al-Azhar dapat membendung aliran-aliran keras seperti ini. Adakah
target-target yang ingin direalisasikan oleh Al-Azhar untuk keperluan
tersebut?
B. Moderatisme adalah manhaj yang diusung oleh
Al-Azhar sepanjang sejarahnya. Sedangkan radikalisme sendiri adalah
produk musuh-musuh Islam, yang tentu saja tidak diakui oleh Al-Azhar.
Dan ini selaras dengan pandangan Islam bahwa dunia ini adalah tempat
untuk saling tolong-menolong, saling mengenal, bertukar fikiran dan
manfaat, dan bukan sebagai tempat untuk berselisih yang bisa
menghilangkan potensi-potensi manusia. Dan Al-Azhar dengan segenap
ulamanya berdiri di garda terdepan dalam rangka membendung
kelompok-kelompok yang mengedepankan kekerasan, radikalisme dan
ekstrimisme. Al-Azhar juga berusaha dengan segala kemampuannya untuk
memperbaiki citra Islam ke dunia luar. Sedangkan untuk ke dalam sendiri,
Al-Azhar selalu memperkuat aktifitas-aktifitas yang bersifat ilmiah dan
edukatif. Dan dari sinilah Al-Azhar mendirikan Pusat Dialog dan
Baitul-`A’ilah yang selalu terbuka bagi duta-duta asing yang datang dari
Timur maupun Barat yang ingin memahami Islam. Jadi Moderatisme Islam
terhitung sebagai manhaj yang benar yang menjadi tempat bertemunya
nilai-nilai universal yang ada dalam semua agama.
A.
Al-Azhar selalu dianggap sebagai simbol Islam moderat dalam dunia Islam
dan terus menyebarkan nilai-nilai toleransi, kerukunan dan dialog. Namun
selalu ada kesulitan dan kendala yang kemungkinkan dapat menggagalkan
peran tersebut. Menurut Anda, bagaimana cara mengokohkan peran Al-Azhar
tersebut?
B. Budaya toleransi dan kerukunan bagi Al-Azhar
bukan sekedar slogan. Namun, Al-Azhar telah merealisasikannya ke dalam
bentuk kerja kelembagaan di Pusat Dialog dan Bait al-`A’ilah, memberikan
kesempatan bagi siapa saja yang concern terhadap tema ini serta
mengakomodasi berbagai pendapat yang berbeda-beda. Karena, motto kami di
Al-Azhar adalah terbuka bagi alam yang selalu berubah dan mengakomodasi
berbagai pendapat yang bermacam-macam. Dan langkah kami diawali dengan
pemahaman yang benar, dalam rangka menuju kesepahaman yang
dicita-citakan bersama. Dan yang penting, saat ini Al-Azhar terlibat
langsung dalam jantung gerakan reformasi, baik yang sifatnya lokal,
regional maupun Internasional seperti yang bisa kita lihat bersama.
A.
Anda telah menawarkan apa yang disebut dengan inisiatif penghentian
aksi kekerasan dan dialog nasional, akan tetapi pada akhirnya kekerasan
tetap saja tidak hilang dan dialog pun tidak terealisasi?
B.
Tentunya bukan Al-Azhar yang bertanggung jawab akan hal tersebut.
Karena Al-Azhar telah menunaikan peran besar dalam skala nasional pada
fase-fase terakhir ini. Al-Azhar juga mengeluarkan sejumlah piagam, di
antaranya adalah piagam “Penghapusan Aksi Kekerasan”. Bukti terkuat bagi
orang yang ingin mengetahui besarnya nilai upaya Al-Azhar dalam hal ini
adalah bertemunya semua partai, kelompok dan para pemuda revolusi
Mesir, baik itu Ikhwanul Muslimin, Salafi dan orang-orang sekuler, di
bawah naungan Al-Azhar dan duduk di meja dialog untuk bertemu dalam satu
kesepakatan. Dahulu tercapai kesepahaman dan kesepakatan. Dan hingga
saat ini semua masih memegang kesepakatan tersebut, akan tetapi
timingnya saat ini bisa jadi kurang pas untuk merealisasikan poin-poin
yang dicapai dalam kesepakatan tersebut. Atau sebenarnya timingnya pas,
namun kemungkinan kecenderungan dan prinsip-prinsip yang ada di dalam
partai dan aliran menjadi kendala.
A : Sebagian pengamat
berpendapat bahwa Al-Azhar menjadi target sasaran beberapa kelompok. Dan
insiden keracunan yang menimpa sebagian pelajar serta adanya
demonstrasi yang mendukung Al-Azhar dan Grand Shaikh Al-Azhar menguatkan
hal ini. Bagaimana menurut pengamatan Anda?
B: Ada dua
poin yang perlu diperhatikan dari kejadian tersebut. Pertama, para
mahasiswa terkejut dengan keracunan yang menimpa teman-teman mereka
sehingga mereka marah dan menggelar demonstrasi. Mungkin di antara
mereka ada yang melampaui batas dalam melakukan hal-hal yang tidak
sepatutnya mereka lakukan, akan tetapi al-Azhar dengan sigap segera
mengambil tindakan dengan melaporkan beberapa pihak yang bertanggung
jawab atas insiden ini kepada pengadilan. Kedua, saya tidak
memprediksikan sama sekali akan terjadi demonstrasi di seluruh propinsi
yang mendukung Al-Azhar.
A: Sebagian kalangan mengatakan bahwa Al-Azhar telah melakukan kompromi untuk meloloskan undang-undang sukuk (obligasi)?
B:
Al-Azhar tidak akan pernah menyembunyikan sesuatupun dari syariat
Allah. Dan ungkapan “kompromi” ini harus diralat, karena kami telah
menolak sepenuhnya draft undang-undang tersebut pada kesempatan yang
pertama. Andaikan kami orang-orang yang bisa diajak berkompromi serta
mau membuat kontrak-kontrak tertentu, niscaya kami akan menyetujuinya.
Pada kesempatan kedua, Presiden Muhamad Mursi sendiri yang meminta agar
draft undang-undang tersebut diajukan terlebih dahulu kepada Dewan Ulana
Senior Al-Azhar, karena MPR tidak mengajukannya. Tentunya bukan tugas
Dewan Ulama Senior untuk menyetujui atau tidak draft undang-undang. Kami
hanya menyampaikan pendapat apakah suatu undang-undang sesuai dengan
syariat Islam atau tidak. Dan kami melihat bahwa beberapa bagian draft
dari undang-undang tersebut sesuai dengan syariah, namun beberapa bagian
lainnya tidak sesuai. Dalam waktu yang sama, Dewan Ulama Senior juga
menegaskan dan mensyaratkan agar rancangan undang-undang tersebut jangan
sampai menyentuh aset-aset fundamental milik negara.
A:
Usaha Anda yang tak kenal lelah untuk merealisasikan independensi
Al-Azhar sebagai sebuah entitas Islam dan menara peradaban serta
kelimuan sejak 1402 tahun lalu tidak lepas dari kendala. Apakah capaian
saat ini sudah membuat Anda puas? Ataukah ada langkah-langkah baru yang
akan ditempuh untuk merealisasikan tujuan di atas?
B.
Sesungguhnya keinginan kami untuk merealisasikan independensi Al-Azhar,
secara jelas telah kami tuangkan dalam amandemen undang-undang Al-Azhar
yang terakhir. Di antara buah dari amandemen ini adalah kembalinya peran
Dewan Ulama Senior kepada pentas keilmuan dan pentas nasional di Mesir.
Juga, pemilihan yang dilakukan secara bebas sebagai satu-satunya cara
untuk memilih Grand Shaikh Al-Azhar dalam rangka mendukung independensi
Al-Azhar. Hal ini juga tertuang dengan jelas di dalam undang-undang
Al-Azhar yang baru, dan ini baru pertama kali terjadi dalam sejarah
perundang-undangan Mesir. Hal yang sama juga berlaku dalam pemilihan
Mufti Negara, yaitu dilakukan cara dipilih langsung oleh Dewan Ulama
Senior Al-Azhar. Dan pemilihan mufti yang baru pun telah dilaksanakan
sesuai dengan undang-undang yang baru tersebut. Saat ini juga masih
berlangsung fase awal pengembangan pendidikan Al-Azhar pada
sekolah-sekolah dasar dan menengah agama serta pada tingkat universitas.
Dan cita-cita kami tidak terhenti pada satu batas tertentu. Iya,
tentunya terdapat kendala-kendala, akan tetapi proses kebangkitan saat
ini telah dimulai dan dengan izin Allah ia akan terus berjalan.
A.
Sejak dua tahun terakhir, Anda menekankan bahwa Al-Azhar sebagai
institusi sedang mengalami kelemahan. Bagaimana Anda melihatnya saat
ini?
B. Al-Azhar seperti institusi lainnya di dunia Arab,
semuanya sedang mengalami kelemahan. Dan ketika Al-Azhar dipinggirkan,
ia akan mengalami kelemahan. Akan tetapi sekarang adalah kesempatan yang
tepat bagi Al-Azhar untuk mengembalikan kekuatannya dan bekerja dengan
segenap kemampuannya untuk mengembalikan posisinya.
A. Apakah Anda tidak melihat bahwa Al-Azhar menghadapi banyak tantangan dari kelompok-kelompok Islam?
B.
Di Mesir dan dunia Arab secara umum terdapat kelompok yang mendukung
Al-Azhar; baik salafi, sekuler, ikhwan dan partai-partai politik.
Bukankah dukungan ini adalah dorongan bagi Al-Azhar untuk meneruskan
perjuangannya. Jika memang ada dari mereka yang menentang Al-Azhar,
tentu dia tidak akan pernah datang ke Al-Azhar untuk melakukan
rekonsialiasi, duduk bersama dan menyetujui apa yang diusulkan oleh
Al-Azhar.
A. Ada orang yang menegaskan bahwa pada
masa-masa mendatang Mesir akan dilanda konflik sektarian. Bagaimana
menurut pendapat Anda?
B. Insya Allah Mesir tidak akan
mengalami konflik agama atau sektarian. Sejarah adalah sebaik-baik bukti
dan saksi atas hal ini. Sejak Islam memasuki Mesir 1400 tahun silam,
sejarah tidak pernah mencatat peperangan atau konflik antara Muslimin
dan orang-orang Koptik (Krsiten Ortodok Mesir). Meskipun demikian, saya
memilih untuk sangat berhati-hait menggunakan kata “fitnah/kekacauan”
dan “kekerasan sektarian”. Karena semua yang terjadi di Mesir adalah
problem sosial, tidak ada konflik antara agama. Namun permasalahannya
adalah penggunaan agama dalam konflik-konflik yang terjadi. Dan ada
sebagian orang yang selalu menjadikan setiap konflik sosial yang terjadi
sebagai tanggung jawab agama Islam dan Kristen.
A. Apakah Anda mempertaruhkan percobaan “Bait Al-‘Âilah” (Family House) sebagai solusi bagi konflik-konflik seperti ini?
B.
Ya tentunya. Saya mempertaruhkan percobaan Bait al-‘Âilah (Family
House). Akan tetapi butuh waktu untuk merubah kesadaran sosial
masyarakat. Karena konflik-konflik semacam itu, ketika menggunakan
simbol agama, akan lebih mudah menyulut emosi orang-orang. Terdapat
sejumlah komite yang sudah hampir lima tahun terjun ke lapangan untuk
menyadarkan masyarakat agar tidak menjadikan simbol-simbol agama sebagai
sumber konflik. Jika hal ini terealisasi maka kekerasan akan hilang.
Akan tetapi, perlu saya isyaratkan di sini bahwa ada pihak-pihak yang
bekerja di balik layar dengan pikiran keji yang menginginkan keburukan
Mesir dari pintu ini; baik Muslim atau Kristen, Ahlus Sunnah atau
syi’ah.
A. Sebagian kanal agama melibatkan diri dalam konflik politik. Bagaiaman Anda melihat fenomena ini?
B.
Saya menganggap terlibatnya kanal-kanal televisi agama dalam konflik
politik akan merugikan Islam. Karena dengan hal itu kanal-kanal tersebut
tidak memperhatikan kemuliaan Islam dan membuat Islam menjadi obyek
pembicaraan tanpa etika dari orang-orang.
A. Di mana
kontrol Al-Azhar terhadap fatwa-fatwa kontroversial? Kenapa Al Azhar
tidak menuntut dibuatnya undang-undangkan yang dapat mencegah keluarnya
fatwa-fatwa kontroversial tersebut?
B. Realitanya, media
swasta berada di luar kontrol Al-Azhar dan yang lainnya. Memang bisa
jadi media tersebut memiliki kecendrungan yang tidak sesuai dengan
maslahat agama dan negara. Namun, kami tidak dapat memaksakan kehendak
kami kepada orang lain. Adapun TV Azhar, yang insya Allah akan
diluncurkan dalam waktu dekat, akan membantah semua fatwa nyeleneh yang
telah menyimpang dari jalan yang benar. Juga akan membantah setiap orang
yang berfatwa tanpa berdasarkan ilmu. Dan kami tidak akan menghabiskan
energi untuk meladeni perang media, namun kami akan menjelaskan hukum
Islam pada setiap pertanyaan yang diajukan. Kami yakin bahwa
pembelajaran dan pemberian pemahaman adalah dua sarana prefentif yang
tepat.
A. Kita kembali ke masalah kunjungan Presiden Iran ke Al-Azhar?
B.
Pertemuan yang berlangsung dengan presiden Iran di Al-Azhar adalah
dialog lepas, tanpa batasan tema tertentu. Setiap pihak dari kami
mengutarakan apa yang ingin dia utarakan secara bebas. Dalam pertemuan
tersebut, Presiden Iran menyampaikan pendapatnya secara bebas sebagai
seorang presiden negara Syiah terbesar. Dia juga menggunakan
istilah-istilah Syiah selama pertemuan tersebut. Dan kami juga berhak
untuk mengungkapkan sikap Ahlus sunnah, karena Al-Azhar adalah rujukan
Ahlus sunnah dan Al-Azhar mempunyai kewajiban yang merupakan amanah dari
seluruh kaum muslimin Sunni. Kami sudah sering mendengar penghinaan
terhadap sahabat dan Sayyidah Aisyah di stasiun-stasiun televisi Syiah.
Kami juga sering mendengarnya langsung dari para ulama-ulama mereka.
Dengan demikian, wajib bagi kami untuk memanfaatkan momen kunjungan
presiden Iran ke Al-Azhar tersebut untuk menutup jurang pemisah antara
Sunni dan Syiah. Namun yang kami sayangkan, sampai saat ini kami belum
menemukan indikasi-indikasi positif, padahal kami sudah sepakat bahwa
Syiah perlu melangkah lebih dekat ke arah Ahlus Sunnah. Jika jurang
pemisah ini tidak ditutup, maka ia akan menjadi kesempatan emas bagi
pihak-pihak asing untuk menjalankan agenda-agenda jahatnya.
A. Bagaimana usaha Al-Azhar dalam menghadang setiap upaya penyebaran faham Syiah?
B.
Al-Azhar tidak memusuhi siapapun dari Ahlul Qiblat. Tetapi, kami
menentang penyebaran mazhab Syiah di negara-negara Arab secara umum, dan
di Mesir secara khusus. Kami menganggap itu sebagai pelanggaran bagi
kesatuan akidah dan fikih di Mesir. Kami juga menganggapnya sebagai
agresi terhadap mazhab Sunni yang merupakan mazhab mayoritas umat Islam
di dunia. Dan kami nyatakan secara terus terang dan tanpa basa-basi,
bahwa kami akan menghadapi segala bentuk upaya yang ingin menembus
kantong-kantong Ahlu Sunnah di negara-negara Arab dan negara-negara
Islam pada umumnya. Dan kami menganggap upaya penyebaran Syiah tersebut
ibarat bermain api di wilayah yang mengalami ketegangan dan dilanda
banyak problem. Masyarakat Mesir dalam sejarahnya, tidak -dan selamanya
tidak akan pernah- berubah menjadi masyarakat Syiah. Semua klaim yang
bertentangan dengan ini hanyalah khayalan yang ada di otak belaka,
karena ia bertentangan dengan fakta sejarah, juga bertentangan dengan
hakikat dan realita.
A. Apakah Al-Azhar khawatir dengan upaya penyebaran Mazhab Syiah di Mesir?
B.
Seluruh penduduk Mesir mencintai Ahlul Bait, bahkan kecintaan yang luar
biasa terhadap Ahlu Bait ini merupakan sumber penjagaan bagi penduduk
Mesir dari paham Syiah. Sehingga tidak ada seorang pun dari penduduk
Mesir yang menjadi Syiah, walaupun berbagai upaya yang telah dilakkan
akan tetapi penduduk Mesir akan dapat mengatasinya.
A. Bagaimana Anda melihat kondisi di Suria?
B.
Saya bukan politikus. Namun sebagai orang Arab Muslim, saya merasakan
kepedihan yang mendalam akibat terbunuhnya orang-orang yang tidak
bersalah di Suria. Hal ini juga yang saya rasakan saat melihat kondisi
Irak saat ini. Kondisi tersebut tidak dapat diterima oleh Islam dan
Muslimin.
A. Dengan terpilihnya Paus Paulus yang baru,
apakah Anda melihat adanya celah bagi kembalinya hubungan antara
Al-Azhar dengan pihak Vatikan, khususnya dialog?
B. Kami
telah mengirim ucapan selamat kepada Paus Paulus yang baru. Terdapat
sejumlah usaha serius dan layak diapresiasi dari pihak Vatikan. Dan saya
berharap akan kembali terjadi dialog dalam waktu dekat dengan syarat
Vatikan tidak mengeluarkan pernyataan yang telah kita maafkan dari
sejumlah pimpinan Vatikan yang sebelumnya.
A. Ada yang
berpendapat bahwa saat ini Al-Azhar memainkan peran politik untuk
memperbaiki keretakan hubungan dengan beberapa negara?
B.
Al-Azhar tidak memiliki agenda politik, akan tetapi kami membawa misi
nasional yang berkaitan dengan kondisi di Mesir dan seluruh dunia Islam
untuk tidak memberi kesempatan kepada para musuh umat ini agar tidak
dapat bersatu.
A. Penerjemahan dari dan ke dalam
bahasa-bahasa Barat mendapat atensi khusus dari Anda, apakah ada rencana
dan strategi untuk memperbesar arah kebijakan ini di masa yang akan
datang?
B. Selama tahun tiga puluhan abad lalu, Grand
Shaikh Al-Azhar membentuk sebuah panitia untuk menerjemahkan buku-buku
terpenting yang berbicara tentang Islam. Dan akhirnya telah
diterjemahkan banyak buku tentang Islam oleh ulama-ulama besar Al-Azhar;
seperti Dr. Muhammad Yusuf Musa, Abdul Halim An-Najjar, Muhammad
Ghallab dan Abdul Halim Mahmud. Pada saat itu dilakukan penerjemahan
dari bahasa Perancis dan Inggris, di samping menargetkan bahasa Italia
dan Jerman. Sekarang, kita berusaha untuk mendinamiskan kembali
aktifitas pemikiran dalam bidang terjemah ini yang akan ditangani oleh
para profesor Al-Azhar yang memiliki kemampuan bahasa asing yang sangat
baik, dengan terjemahan yang teliti, serta memberikan komentar terhadap
isi pemikiran-pemikirannya yang boleh jadi bertentangan dengan hakekat
Islam.
A. Sebagian pihak menerapkan apa yang disebut
dengan hudud dalam beberapa kasus, jauh dari esensi dan ruh Islam,
bagaimana anda melihatnya? Jalan apa yang bisa ditempuh untuk meluruskan
kekacauan ini?
B. Penerapan hudud yang dilakukan oleh
individu-individu adalah kesalahan, dosa dan kejahatan besar. Pemerintah
yang direpresentasikan oleh Lembaga Kehakiman (atau Kejaksaan) adalah
satu-satunya otoritas yang memiliki wewenang untuk melihat
masalah-masalah pidana dan perdata (sipil). Hudud adalah salah satu
bagian dari hukum pidana Islam, dan tidak seluruh hukum pidana Islam itu
hudud. Untuk mempraktikkannya terdapat syarat-syarat yang jelas dari
aspek sosial dan hukum, yang terkadang dalam beberapa kondisi
syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi. Pemasalahan tentang hal itu
diserahkan kepada pemerintah dan kehakiman untuk semua kondisi dan
keadaan.
A. Wacana keislaman di dunia Islam selama
beberapa dekade tidak mampu berkoeksistensi (mengikuti dan menjawab)
dengan perkembangan baru yang terjadi, bagaimana cara aktualisasi wacana
keislaman dalam berdialog dengan Barat, dialog antar agama, dan dialog
antar peradaban?
B. Kami melihat bahwa aktualisasi wacana
keislaman membutuhkan usaha keras dari individu-individu, usaha yang
bersifat keilmuan berupa mempersiapkan para dai yang memiliki
kapabilitas untuk menyebarkan dakwah Islam dalam skala internasional,
dan usaha edukatif berupa mempersiapkan insan pers yang bekerja untuk
kebaikan Islam dan maslahat negaranya. Serta mendirikan pusat informasi
independen yang sesuai dengan perspektif Islam, sehingga medan publik
yang ada tidak hanya dikuasai oleh orang-orang yang tidak mengetahui
kebudayaan Islam, atau bersikap negatif terhadap kebudayaan Islam
(Islamofobia).
http://www.mosleminfo.com/index.php/tokoh/wawancara/grand-shaikh-al-azhar-keterlibatan-kanal-islami-dalam-konflik-politik-rugikan-islam/