Imam Muhammad Baqir as: “Orang yang mencari ilmu dengan tujuan mendebat ulama (lain), mempermalukan orang-orang bodoh atau mencari perhatian manusia, maka bersiap-siaplah untuk menempati neraka. Kepemimpinan tidak berhak dimiliki kecuali oleh ahlinya”.
LAKUKAN SEKECIL APAPUN YANG KAU BISA UNTUK BELIAU AFS, WALAU HANYA MENGUMPULKAN TULISAN YANG TERSERAK!

فالشيعة هم أهل السنة

Jumat, 28 September 2012

Teroris bodoh soal agama

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj. (merdeka.com/Arie Basuki)
Terorisme beberapa kali menyasar Indonesia. Ancaman bom menghantui tempat hiburan malam, kantor perwakilan asing, gedung pemerintahan, hingga rumah-rumah ibadah. Dulu ada jaringan Dr Azahari dan Noordin Mohamad Top, dua gembong teroris asal Indonesia.

Kini muncul teroris-teroris muda berusia belasan tahun yang baru-baru ini digerebek di Kota Solo, Jawa Tengah. Ketua Umum PBNU (Pengurus Besar Nahdhatul Ulama) sekaligus Ketua Dewan Penasihat BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) Said Aqil Siradj menegaskan kelompok radikal bakal terus bermunculan karena banyak faktor.

"Paling dominan faktor pengangguran, kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan pemahaman agama keliru," katanya kepada Muhammad Taufik dari merdeka.com, Rabu (26/9), dalam perjalanan semobil menuju sebuah stasiun televisi. Berikut penuturannya.


Terorisme masih berkembang, apakah deradikalisasi gagal?

Bukan begitu. Kelompok radikal akan selalu ada di setiap agama, Islam, Kristen, Katolik, apalagi Yahudi. Faktornya banyak, paling dominan pengangguran, kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan pemahaman agama keliru. Satu faktor lagi adalah balas dendam. Di sini yang saya tanggapi adalah faktor pemahaman keliru. Kalau soal kemiskinan itu urusan pemerintah.

Jadi mereka (teroris) mengira dengan membunuh non-muslim itu jihad. Kemudian orang non-muslim atau setiap orang tidak melaksanakan hukum Islam dianggap thogut, halal darahnya. Itu bukan barang baru. Dulu Sayidina Ali, kita semua tahu siapa dia, remaja pertama masuk Islam, menantu Rasulullah, sahabat paling intelek, termasuk sahabat diberitahu pasti masuk surga, dialah penakluk kota khaibar, dibunuh dalam upaya perdamaian dengan Muawwiyah.

Orang-orang Khawariz menggelar rapat, tidak ada hukum selain hukum Allah, barang siapa tidak menjalankan hukum Allah adalah kafir. Maka Ali yang mengupayakan damai disebut kafir. Padahal hukum-hukum itu hasil rapat manusia, rapat orang-orang, kalau sekarang DPR. Orang-orang ini dari partai Khawariz awalnya pendukung Sayidina Ali. Lalu ketika ditanya apakah Khawariz ini kafir atau bukan, Sayidina Ali mengatakan mereka orang Islam tapi 'baghau alaina', memberontak kepada kita.

Jadi itulah asal kata bughot, dari kata Sayidina Ali, baghau alaina, kemudian menjadi kata thoghut alias membangkang atau gerakan separatis. Jadi kelompok radikal, ekstrem teroris, atau pembangkang selalu ada sampai sekarang. Pada abad ke-16, antara Katolik dan Protestan terjadi pembunuhan dengan jumlah paling besar ketika munculnya Protestan. Kebetulan sekarang eranya orang Islam, kebetulan di Indonesia.

Bagaimana di Indonesia?

Yang kita bicarakan ini agak panjang. Dulu ada namanya Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), kemudian ada Negara Islam Indonesia (NII). Setelah DI/TII dipimpin Kartosoewirjo menyerah, masih ada orang tidak mau menyerah, namanya Ajengan Masduki dan Pak Maman di Garut, Jawa Barat. Ada juga bergerak diam-diam bikin pesantren, misalnya Panji Gumilang dan Muhammad Said.

Setelah itu lahirlah NII, termasuk Abu Bakar Ba'asyir dan Abdullah Sungkar, semula mereka ini lari ke Malaysia. Di sana mereka bikin pesantren Johor. Amrozi, Ali Ghufron, dan Mukhlas pergi ke Malaysia, mulanya utuk bekerja di kebun sawit. Niatnya semula hanya bekerja seperti teman-teman di daerah, semua bekerja di Malaysia. Kemudian mereka ketemu Abu Bakar Ba'asyir, masuk pesantren, digembleng sampai ke Afghanistan, lalu jadi teroris.

Kebanyak teroris sekarang anak muda, ulama pantas disalahkan?

Mereka itu (ulama atau kiai), ada teroris atau tidak, ada bom atau tidak, tetap mengajar di masyarakat. Mereka mengajar akhlak ke masyarakat sekitar. Sekarang, mana ada kiai ngajari santrinya ngebom.

Tapi banyak ulama dengan ilmu pas-pasan sudah berani mengajar?

Yang mempunyai hak menyebarkan agama adalah ahli fiqih. Tolong yang bukan ahlinya jangan ikut campur, bicara agama, nanti tambah berantakan. Jangan masuk wilayah yang kamu tidak mengerti. Mata, mulut, semua akan dimintai pertanggungjawaban.

Anda melihat terorisme di Indonesia meningkat?

Meningkat karena pengangguran, kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.

Biodata

Nama : Said Aqil Siroj

Tempat/Tanggal Lahir : Cirebon, 3 Juli 1953

Hobi : Membaca, ibadah, silaturrahmi

Istri : Nur Hayati Abdul Qodir
Anak : Muhammad Said Aqil, Nisrin Said Aqil, Rihab Said Aqil, Aqil Said Aqil

Pendidikan

S1 Universitas King Abdul Aziz, jurusan Ushuluddin dan Dakwah, lulus 1982

S2 Universitas Umm al-Qura, jurusan Perbandingan Agama, lulus 1987

S3 University of Umm al-Qura, jurusan Aqidah / Filsafat Islam, lulus 1994

Pendidikan Non-Formal

Madrasah Tarbiyatul Mubtadi'ien Kempek Cirebon

Hidayatul Mubtadi'en Pesantren Lirboyo Kediri (1965-1970)

Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta (1972-1975)

Pengalaman Organisasi

Sekertaris PMII Rayon Krapyak Yogyakarta (1972-1974)

Ketua Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) Mekkah (1983-1987)

Wakil Katib 'Aam PBNU (1994-1998)

Katib 'Aam PBNU (1998-1999)

Penasihat Gerakan Anti Diskriminasi Indonesia (Gandi) (1998)

Ketua Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa (FKKB) (1998-sekarang)

Penasihat Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam UI (1998-sekarang)

Wakil Ketua Tim Gabungan Pencari fakta (TGPF) Kerusuhan Mei 1998 (1998)

Ketua TGPF Kasus pembantaian Dukun Santet Banyuwangi (1998)

Penasihat PMKRI (1999-sekarang)

Ketua Panitia Muktamar NU XXX di Lirboyo Kediri (1999)

Anggota Kehormatan MATAKIN (1999-2002)

Rais Syuriah PBNU (1999-2004)

Ketua PBNU (2004-sekarang)

Kegiatan

Tim ahli bahasa Indonesia dalam surat kabar harian Al-Nadwah Mekkah (1991)

Dosen di Institut Pendidikan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) (1995-1997)

Dosen pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1995-sekarang)

Wakil Direktur Universitas Islam Malang (Unisma) (1997-1999)

MKDU penasihat fakultas di Universitas Surabaya (Ubaya) (1998-sekarang)

Wakil ketua dari lima tim penyusun rancangan AD / ART PKB (1998)

Dosen luar biasa Institut Islam Tribakti Lirboyo Kediri (1999 – sekarang)

Majelis Permusyawaratan Rakyat anggota fraksi yang mewakili NU (1999-2004)

Lulusan Unisma direktur (1999-2003)

Penasihat Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI) (2001-sekarang)

Dosen pascasarjana ST Ibrahim Maqdum Tuban (2003-sekarang)

UNU Dosen lulusan Universitas NU Solo (2003-sekarang)

Lulusan Unisma dosen (2003-sekarang)

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) 2010-2015.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...