Imam Muhammad Baqir as: “Orang yang mencari ilmu dengan tujuan mendebat ulama (lain), mempermalukan orang-orang bodoh atau mencari perhatian manusia, maka bersiap-siaplah untuk menempati neraka. Kepemimpinan tidak berhak dimiliki kecuali oleh ahlinya”.
LAKUKAN SEKECIL APAPUN YANG KAU BISA UNTUK BELIAU AFS, WALAU HANYA MENGUMPULKAN TULISAN YANG TERSERAK!

فالشيعة هم أهل السنة

Sabtu, 15 September 2012

Syi’ah Indonesia tidak didanai Iran, Wahabi salafi didanai Saudi + AS + Israel

M. Quraish Shihab
Konflik Syiah yang terjadi pekan lalu di Sampang, Madura, membuat banyak orang mulai bertanya ada apa sebenarnya dengan Syiah. Siapa mereka dan kenapa bisa berlanjut konfliknya hingga bersimbah darah? Menteri Agama Indonesia ke-15, Muhammad Quraish Shihab, membedah dua kelompok ini dalam buku yang berjudul Sunnah-Syiah, Bergandengan Tangan, Mungkinkah?
 
Pria 68 tahun ini mengawali kisah dua kelompok besar ini dengan menjelaskan apa itu perbedaan dalam Islam. Ia kemudian membedah perbedaan umum antara Sunnah dan Syiah. Menurut lelaki kelahiran Sulawesi selatan ini, secara umum ada dua kelompok umat Islam dengan jumlah pengikut yang besar yaitu kelompok Ahlussunnah wa al-Jamaah dan kelompok Syiah.


Kelompok pertama secara harfiah dari kata Ahl as-sunnah adalah orang-orang yang konsisten mengikuti tradisi Nabi Muhammad. Baik dalam tuntunan lisan maupun amalan serta sahabat mulia beliau. Golongan ini percaya perbuatan manusia diciptakan Allah dan baik buruknya karena qadha dan qadar-Nya. Kelompok Ahlussunah juga memperurutkan keutamaan Khulafa”ar-Rasyidin sesuai dengan urutan dan masa kekuasaan mereka.

Shihab mengaku kesulitan untuk menjelaskan siapa saja yang dinamai Ahlussunah dalam pengertian terminologi. Secara umum, melalui berbagai pendapat, golongan ini adalah umat yang mengikuti aliran Asy”ari dalam urusan akidah dan keempat imam Mahzab (Malik, Syafi”i, Ahmad bin Hanbal, dan Hanafi).
“Sebelum memulai dengan siapa Syiah, perlu digarisbawahi, kelompok Syiah pun menamai diri Ahlussunah,” ujar dia. Tapi definisinya tentu berbeda. Syiah memang mengikuti tuntunan sunah Nabi, tapi ada sejumlah perbedaan bentuk dukungan dan tuntunan itu.

Muhammad Jawad Maghniyah, ulama beraliran Syiah, mendefinisikan tentang kelompoknya. Syiah yang secara kebahasaan berarti pengikut, pendukung, pembela, dan pecinta ini adalah kelompok yang meyakini bahwa Nabi Muhammad telah menetapkan dengan nash (pernyataan yang pasti) tentang khalifah beliau dengan menunjuk Imam Ali.

“Definisi ini hanya mencerminkan sebagian dari golongan Syiah, tapi untuk sementara dapat diterima,” kata Shihab.

Perbedaan antara Syiah dan Ahlusunnah yang menonjol adalah masalah imamah atau jabatan Ilahi. Khususnya ada tiga hal pokok yang diyakini Syiah dan ditentang Ahlussunnah. Ketiganya adalah pandangan tentang Nabi belum menyampaikan seluruh ajaran/hukum agama kepada umat, imam-imam berwenang mengecualikan apa yang telah disampaikan Nabi Muhammad SAW, dan imam-imam mempunyai kedudukan yang sama dengan Nabi dalam segi kemaksuman (keterpeliharaan dari perbuatan dosa, bahkan tidak mungkin keliru dan lupa)

Keberatan itu, tulis Shihab, tertuang dalam buku karangan Syaikh Abu Zahrah berjudul Tarikh al-Maadzahib al-Islamiyah. Bagi kaum Syiah, imam yang mereka percayai ada dua belas orang jumlahnya. Mulai dari Imam Ali hingga Imam Mahdi. Mereka adalah manusia pilihan Tuhan yang kekuasaannya bersumber dari Allah.

Tapi, tiap ada pujian soal Syiah di Indonesia, yang menerima adalah pemerintah Iran. Mereka dianggap berhasil memajukan Syiah di Indonesia. “Saya pun protes ke Kedutaan Besar Iran di Indonesia. Kami yang capek, mereka yang dapat penghargaan,” ujar Jalaluddin Rakhmat.
Sebagai negara induk aliran Syiah, Iran tak memiliki banyak pengaruh dengan penganut Syiah di Indonesia. Malah ada kecenderungan mereka cuek. Begitulah anggapan cendekiawan Jalaluddin Rakhmat yang juga Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI).

Iran dengan pengikut Syiah di Indonesia, kata Kang Jalal, sapaan Jalaluddin Rakhmat, hanya memiliki ikatan ideologi saja. Namun, secara hubungan, pemerintah Iran hampir tak pernah memberikan bantuan ke Indonesia. “Kami bangun sekolah di berbagai tempat, pemerintah Iran tak pernah membantu,” kata Kang Jalal, Kamis, 30 Agustus 2012.

Tapi, tiap ada pujian soal Syiah di Indonesia, yang menerima adalah pemerintah Iran. Mereka dianggap berhasil memajukan Syiah di Indonesia. “Saya pun protes ke Kedutaan Besar Iran di Indonesia. Kami yang capek, mereka yang dapat penghargaan,” ujarnya.

Bantuan pemerintah Iran ke pemeluk Syiah di Indonesia hanya berupa buku atau penyelenggaraan seminar. Menurut Kang Jalal, bantuan dana itu pun tak secara utuh. Hanya setengah dari biaya yang diperlukan. “Karena dana dari Iran kurang, IJABI pun sering nombok. Jadi kami kapok kerja sama dengan mereka lagi,” kata dia.

Bila dilihat dari segi ideologi, tak ada perbedaan antara Syiah di Indonesia dan Iran. Keduanya menganut agama Syiah Itsna Asyariyah atau Imamah. Yakni ajaran yang mengutamakan masalah kepemimpinan. “Ajaran itu tercantum dalam undang-undang Iran, dan kami juga Syiah Itsna Asyariyah,” ujar Kang Jalal.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...