Imam Muhammad Baqir as: “Orang yang mencari ilmu dengan tujuan mendebat ulama (lain), mempermalukan orang-orang bodoh atau mencari perhatian manusia, maka bersiap-siaplah untuk menempati neraka. Kepemimpinan tidak berhak dimiliki kecuali oleh ahlinya”.
LAKUKAN SEKECIL APAPUN YANG KAU BISA UNTUK BELIAU AFS, WALAU HANYA MENGUMPULKAN TULISAN YANG TERSERAK!

فالشيعة هم أهل السنة

Sabtu, 08 September 2012

Peristiwa Ghadir Khum (Bag II) Bagian Kedua: Khilâfah dan Wishâyah

Bagian Kedua: Khilâfah dan Wishâyah


Khalifah yang memerintah dengan Kebenaran

 Menurut akidah mazhab Syi'ah, khalifah Rasulullah Saw memiliki dua tugas:


1. Pemerintahan Lahir

 Yaitu pemerintah yang mengimplementasikan hokum (qanun), menjaga terlaksananya hak-hak dan menjaga negeri-negeri Islam dan sebagainya.
 Dalam masalah ini, khalifah seperti para pemerintahan yang lain; dengan perbedaan bahwa dalam pemerintahan Islam terjaganya keadilan social yang merupakan kewajiban dan tipologi pemerintahan Islam.



2. Pemerintahan Maknawi

 Dalam bagian ini pemerintah mengemban tugas untuk menjelaskan poin-poin yang masih kabur, njelimet dan masih belum dijelaskan dengan tuntas ihwal masalah maktab kepada kaum Muslimin.
 Khalifah, di samping menjalankan tugas sebagai pemerintah, ia juga mengemban tugas sebagai penjelas ahkam (plural dari hukum) dan mufassir al-Qur'an. Dan ia juga dapat menjaga maktab dari segala macam penyimpangan dan membelanya dari segala keraguan (syubhat).
 Oleh karena itu, khalifah seharusnya seorang yang lebih alim dan lebih tahu di kalangan umat perihal masalah-masalah fondasi dan muatan-muatan syariat; yaitu ia melebihi dari yang lain telah melepas dahaga ilmu dan makrifat dari sumber mata air ilmu dan makrifat nabi.
 Dengan demikian, ia harus memiliki keislaman yang lebih awal dan telah banyak mengambil manfaat dari Nabi Suci Saw. Demikian juga ia harus mengedepankan kepentingan kaum Muslimin dan umat Islam di atas kepentingan pribadi atau golongan. Dan demi menjaga Islam ia rela mengorbankan jiwa dan raga.
 Khalifah dari sisi pemerintahan adalah penguasa atas seluruh harta kaum Muslimin, seperti harta khumus, zakat, pendapatan negara, pajak, pampasan (ghanima) perang, mineral-mineral, dan harta-harta umum. Kesemua ini merupakan harta yang berada dalam kekuasaan khalifah.
 Dan khalifah memiliki tugas, tanpa adanya pelanggaran dan kezaliman, untuk membagikan harta-harta ini kepada kaum Muslimin; atau demi kemaslahatan umat ia dapat memanfaatkan negeri-negeri Islam.
 Oleh karena itu, seorang khalifah tidak boleh memiliki hasrat dan keinginan terhadap dunia, sehingga dalam menghadapi perasaan-perasaanya tidak terjerembab dan terpuruk dalam kesalahan.
 Persis dengan alasan ini, khilafah merupakan posisi yang ditentukan oleh Tuhan dimana seorang khalifah ditetapkan dari orang-orang yang paling layak dan paling berilmu di kalangan umat, dan bukan masalah pemilihan (yang dilakukan oleh umat, AK).
 Dengan kata lain, khilafah merupakan penetapan dimana suara rakyat tidak memiliki pengaruh sama sekali di dalamnya. Oleh karena itu, untuk menentukan pengganti Rasulullah Saw, kita harus mencarinya dengan perhatian yang fair dan imparsial dalam nash dan instruksi hokum serta sabda-sabda Nabi Saw tentang masalah ini dan mengamalkan apa yang telah kita temukan dari nash, hokum dan sabda Nabi Saw.
 Kita telah mengetahui bahwa peristiwa Ghadir merupakan salah satu sandaran yang paling dapat diandalkan dan merupakan sebuah peristiwa yang terjadi dalam dunia Islam.
 Di samping itu, hadits wilayah merupakan salah satu hadits yang paling definitif yang telah datang dari Nabi Saw. Dan dari sisi makna dan mafhumnya (yang dapat dipahami darinya) tidak terdapat sedikit pun sifat mubham (kabur, tidak jelas) dan mujmal (global, tidak rinci) di dalamnya; lantaran bagi mereka yang telah merasakan aroma sastra Arab dan familiar dengan muatan-muatan 'urf (kebiasaan umum) - kebiasan orang-orang berakal dan melihat dengan pandangan tanpa bias dan prajudis, ia akan memberikan pengakuan bahwa hadits ini memberikan petunjuk tentang masalah imâmah, kepemimpinan, dan prioritas Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As atas yang lain.
 Bahkan apabila kita tidak mengindahkan hari ini, kita masih cukup memiliki selaksa hadits yang diriwayatkan oleh Ahli Sunnah dan Syi'ah ihwal masalah imâmah dan kepemimpinan Amirul Mukminin 'Ali As.
 Penggalan hadits-hadits dari Rasulullah Saw yang mengulas masalah ini akan kita sampaikan dalam dua bagian yang terpisah:
 Bagian pertama, hadits-hadits seperti hadits Ghadir dengan jelas dan tegas menunjukkan khilafah Amirul Mukminin 'Ali As.
 Bagian kedua, hadits-hadits yang memperkenalkan kepribadian Amirul Mukminin As yang menegaskan kandungan hadits Ghadir dan khilafah Baginda 'Ali As.
 Setelah itu, terlepas dari hadits-hadits yang disebutkan di atas dan dalil-dalil lafzi, kita akan mengkaji kelayakan secara substansial dan keutamaan Baginda 'Ali As. Dan pada akhirnya kita akan ketengahkan latar belakang 'Iedul Ghadir berikut adab-adabnya.


Dalil-dalil Tegas atas Khilafah Imam 'Ali As

 Dalil-dalil - terlepas dari hadits Ghadir - yang secara otomatis menunjukkan secara tegas dan jelas tentang khilafah dan kepemimpinan Amirul Mukminin As yang tersedia dimana untuk menyebutkannya memerlukan waktu yang lapang dan buku yang tebal. Di sini kita hanya akan menyebutkan beberapa dalil yang menyebutkan secara tegas dan terang ihwal khilafah dan imamah Imam 'Ali As.
 Sebelum menukil dalil-dalil tersebut - kendati umat tergelincir dalam kesalahan dalam memilih pengganti selepas Nabi Saw dan khalifah yang sebenarnya ditahan untuk tidak turut campur dalam urusan kaum Muslimin selama dua puluh lima tahun, akan tetapi tidak satu pun yang berkurang dari substansi nilai Baginda 'Ali As; melainkan merekalah yang telah tertahan untuk meraup manfaat dari seorang pemimpin maksum.
 Lantaran nilai-nilai dan keutamaan Imam 'Ali As tidak bergantung pada penetapan pemerintahan secara lahir, akan tetapi nilai kursi khilafahlah yang bergantung pada bertugasnya Amirul Mukminin; artinya kapan saja ada orang lain selain dirinya yang menduduki pos khilafah, pos khilafah ini akan mengalami degradasi nilai. Dan pos khilafah ini kembali akan menemui nilainya manakala Imam 'Ali menduduki pos khilafah tersebut.
 Di sebutkan bahwa:
 "Tatkala Amirul Mukminin As memasuki kota Kufah, seseorang datang kepadanya dan berkata: "Demi Allah! Wahai Amirul Mukminin! Khilafah kini menjadi rupawan dan elok dipandang mata berkatmu, bukan lantaran khilafah engkau menjadi rupawan dan elok. Wujudmu telah membuat nilai posisi khilafah ini menjadi tinggi, bukan karena khilafah wujudmu menjadi lebih tinggi. Khilafah yang memerlukanmu, bukan engkau yang memerlukan khilafah.
 'Abdullah bin Imam Ahmad bin Hanbal berkata: "Suatu hari aku duduk di hadapan ayahku. Sekelompok orang yang berasal dari Kufah datang menghadap ayahku dan berkata-kata tentang khilafah para khalifah; akan tetapi tatkala sampai pada khilafah Imam 'Ali As, pembicaraan menjadi sangat lama. Ayahku mengangkat kepalanya dan berkata: "Alilah yang memberikan keindahan kepada khilafah, bukan khilafah kepada 'Ali."


1. Hadits Yaum ad-Dâr

 Khilafah Rasulullah Saw dan kepemimpinan umat Islam bukan merupakan sebuah masalah dimana Rasulullah Saw meninggalkannya tanpa ada kejelasan bagi umat Islam tentang kepemimpinan (imâmah) dan khilâfah. Rasulullah Saw semenjak waktu diperintahkan untuk mengumumkan risalahnya secara terang-terangan, ia telah memikul tugas untuk memperkenalkan penggantinya.
 Tatkala ayat ?وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ اْلأَقْرَبِينَ ?

 Dan berikanlah peringatan kepada kerabat terdekatmu" (Qs. Asy-Syua'ara [26]:214) pada tahun ketiga bi'tsat turun, ia meminta Imam 'Ali As datang kepadanya dan bersabda: "Aku diperintahkan Tuhanku untuk mengajak para kerabatku kepada Islam. Siapkanlah makanan dan semangkuk susu, dan undanglah Bani Abdul Muththalib supaya aku dapat menjalankan tugas yang dipikulkan di pundakku kepada mereka."
 Hadrat 'Ali As bersabda: "Aku mengundang seluruh Bani Abdul Muththalib yang jumlahnya kurang-lebih empat puluh orang. Dan makanan yang telah disiapkan, aku hidangkan. Mereka menyantap hidangan makanan dan meminum susu; akan tetapi makanan dan susu yang ada tidak berkurang-kurang. Manakala Nabi Saw ingin menyampaikan pidato kepada mereka, Abu Lahab berkata: "Muhammad telah melakukan sihir kepada kalian." Dan majelis pun bubar sebelum Nabi Saw menyampaikan pidatonya.
 Pada keesokan harinya, Nabi Saw memerintahkan untuk mengundang mereka kembali dan menyiapkan makanan dan susu untuk mereka.
 Ketika mereka telah berkumpul dan selesai meyantap hidangan, Nabi Saw angkat bicara dan bersabda: "Wahai Bani Abdul Muththalib, Demi Allah, aku tidak mengenal seorang Arab yang membawa sesuatu yang lebih baik dari yang aku bawa kepada kalian. Aku membawa sesuatu yang berharga bagi dunia dan akhirat kalian dan Tuhanku menitahkan kepadaku untuk mengajak kalian kepadanya (Islam). Siapakah di antara kalian yang siap membantuku dalam menjalankan tugas ini? Aku (Ali) yang saat itu adalah orang yang paling muda di antara hadirin, berkata: "Wahai Rasulullah! Aku siap membantumu dalam menjalankan tugasmu."
 Rasulullah Saw memegang leherku dan bersabda, "Inilah saudara, washi dan khalifaku di antara kalian; Dengarkanlah ia dan taatilah perintahnya. Pada saat-saat itu, seluruh hadirin berdiri dan sembari tertawa, mereka berkata kepada Abu Thalib: "Keponakanmu memerintahmu untuk mentaati 'Ali (anakmu)."
 Menurut sebuah riwayat Rasulullah Saw mengulang tiga kali permintaannya kepada hadirin tentang siapa yang akan membantunya dalam menjalankan tugas risalah dan tidak seorang pun yang memenuhi permintaan itu kecuali Hadrat 'Ali As.


2. Hadits Manzilat

 Dalil yang lain yang menunjukkan atas khilafah Hadrat 'Ali As adalah hadits manzilat. Hadits manzilat merupakan hadits yang paling masyhur yang disabdakan oleh Nabi Saw dan para sahabat Rasulullah Saw meriwayatkan hadits tersebut.
 Ibn 'Asakir dalam kitab Târikh Dimasyq meriwayatkan hadits ini dari tiga puluh dua orang sahabat melalui jalan dan sanad yang berbeda.
 Dari hadits ini terdapat indikasi-indikasi (qarâin) yang dapat digunakan, sabda mulia ini telah berulang kali disampaikan oleh Nabi Saw, akan tetapi yang paling masyhur di antaranya adalah yang disampaikan pada ghizwah Tabuk (ghizwah adalah perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw, AK).
 Pada ghizwah Tabuk, Nabi Saw yang memimpin dan mengomandani lasykar kaum Muslimin. Lasykar yang dikomandani oleh Nabi Saw bergerak dari Madinah dan 'Ali ditinggal di Madinah sebagai wakilnya.
 Perang Tabuk merupakan perang dimana Imam 'Ali tidak menyertai Nabi Saw; oleh sebab itu sangatlah sukar baginya untuk tinggal di Madinah dan Nabi Saw berangkat ke medan laga.
 Tatkala pasukan beranjak meninggalkan Madinah, ia datang menghadap kepada Nabi Saw dan berkata: "Apakah engkau meninggalkan aku di Madinah bersama para wanita dan anak-anak? Nabi Saw dalam menjawab pertanyaan Hadrat 'Ali, ia bersabda:




أَما تَرْضَى أنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ
مِنْ مُوسَى إلاَّ أنَّهُ لاَ نَبِيَ بَعْدِي




"Apakah engkau tidak ridha kedudukanmu bagiku laksana kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku."

 Kita jumpai dalam al-Qur'an bahwa hubungan Harun bagi Musa memiliki lima relasi: Saudara, mitra dalam nubuwwah (kenabian), wazir dan penolong, pendukung ; khalifah dan washi.
 Oleh karena itu, Hadrat 'Ali juga memiliki lima relasi dengan Nabi Saw; lantaran ia memilih Hadrat 'Ali dan bersabda: "Engkau adalah saudaraku dunia dan akhirat. Ia adalah mitra Rasulullah Saw dalam menyampaikan pesan Ilahi; lantaran Nabi Saw bersabda: "Tidak ada yang menyampaikan pesan Ilahi kecuali aku dan 'Ali." Hadrat 'Ali adalah wazir Nabi Saw; karena Nabi Saw bersabda: "'Ali adalah wazirku." 'Ali adalah penolong Nabi Saw; lantaran Allah Swt menolong Nabi Saw dan Hadrat 'Ali As. Dan Hadrat 'Ali adalah khalifah Rasulullah Saw; karena Nabi Saw memilih Imam 'Ali As sebagai khalifahnya.


3. Hadits Wishâyah dan Wirâtsah

 Rasulullah Saw bersabda:

لِكُلِّ نَبِيٍ وَصِيٌّ وَوَارِثٌ وَإنَّ عَلِياًًّ وَصِيِّي وَوَارِثي

 "Setiap nabi memiliki washi dan warits dan 'Ali adalah washi dan warits bagiku."

 Ia bersabda lagi:


أنَا نَبِيُّ هذِهِ الْأُمَّةِ وَعَلِيٌّ وَصيِّي في عِتْرَتيِ وَأهْلِ بيتي وأمَّتي مِنْ بَعْدِي








 "Aku adalah rasul umatku dan 'Ali adalah washi bagiku di kalangan keluarga dan umatku.

 Dan bersabda:


عَلِيٌّ أخِي وَوَزِيرَي وَوارِثِي وَوَصِيِّي وَخَلِيفَتي في أُمَّتي


 'Ali adalah saudara, wazir, wârits, washi, dan khalifaku di kalangan umatku."

 Dalam riwayat ini dua gelar washi dan wârits mendapatkan afirmasi dan penegasan. Masing-masing dari kedua gelar ini dengan sendirinya menunjukkan kekhalifahan Amirul Mukminin 'Ali As.


Washi

 Washi adalah seseorang yang dapat menunaikan seluruh urusan orang yang memberikan wasiat kepadanya; kecuali dalam urusan tertentu yang diwasiatkan kepadanya dimana ia hanya memiliki hak untuk menunaikannya dalam masalah itu saja.
 Dalam riwayat ini, Nabi Saw ketika memberikan wasiat kepada Hadrat 'Ali As tidak membatasinya dalam masalah tertentu saja. Dan ia memberikan wasiat kepada Imam 'Ali secara mutlak. Artinya ia dapat menjalankan atau menunaikan segala sesuatu yang berkenaan dengan urusan Nabi Saw.
 Dengan kata lain, Hadrat 'Ali memiliki seluruh kewenangan yang dimiliki oleh Nabi Saw dan inilah makna khilafah.


Wârits

 Sesuatu yang dapat digambarkan dalam benak ketika mendengar istilah wârits adalah seorang yang diwariskan, menjadi pemilik harta pewaris; akan tetapi Hadrat 'Ali As bukan pewaris harta Nabi Saw.
 Karena sesuai dengan fiqih Imamiyah bahwa apabila si mayit memiliki keturunan, si warits tidak akan mendapatkan warisan dari si mayit - anak keturunan berada pada derajat pertama dalam pembagian warisan dan kerabat pada derajat berikutnya - dan kita ketahui bahwa Nabi Saw pada masa hidupnya memiliki keturunan.
 Fatimah Zahra setidaknya masih hidup selama tujuh puluh lima hari selepas wafatnya Nabi Saw, dan selain itu, para istri nabi yang kesemuanya mendapat warisan Nabi Saw sebanyak seperdelapan bagian dengan syarat mereka hidup tatkala Nabi Saw wafat.
 Dengan asumsi bahwa semuanya kita abaikan, 'Ali adalah putra paman Nabi Saw dan putra paman berada pada derajat ketiga dalam pembagian warisan, dan kita ketahui bahwa 'Abbas adalah paman Nabi Saw dan ia masih hidup pada saat Nabi Saw wafat; dan paman berada pada derajat kedua dalam pembagian warisan.
 Akan tetapi sesuai dengan fiqih Ahli Sunnah, setelah menyerahkan saham (seperdelapan) para istri, harta dibagi menjadi dua bagian; satu bagian untuk Fatimah Zahra yang merupakan putri satu-satunya Nabi Saw. Dan bagian yang lain, yang bukan bagiannya, diserahkan kepada 'Abbas pamannya.
 Oleh karena itu, Hadrat Amirul Mukminin As tidak akan pernah menjadi wârits Nabi Saw. Dari sisi lain, karena Nabi Saw dengan jelas dan tegas mengumumkan bahwa 'Ali As adalah wârits Nabi Saw, maka wârits dalam hadits ini pastilah sesuatu yang lain.
 Tentu saja, tema warisan dalam hadits-hadits ini adalah kedudukan, posisi maknawi dan derajat social Nabi Saw. Iya; 'Ali adalah wârits ilmu dan sunnah Nabi Saw, dan oleh sebab itu ia adalah khalifah Rasulullah Saw.
 Nabi Saw bersabda kepada 'Ali As: "Engkau adalah saudara dan wâritsku." Ia berkata: "Wahai Rasulullah! "Apa yang akan aku warisi darimu?" Nabi Saw bersabda: "Sesuatu yang telah diwariskan oleh para nabi sebelumku." Ia berkata: "Warisan apa yang mereka tinggalkan kepadamu?" Nabi Saw bersabda: "Kitabullah dan sunnah para nabi Allah." Dan Imam 'Ali As sendiri berkata: "Aku adalah wârits ilmu nabi."


4. 'Ali adalah Wali Mukminin

 Setiap saat Nabi Saw bersua dengan seseorang yang bersikap kurang ajar kepada 'Ali, atau orang-orang jahil yang mengadu kepada Nabi Saw, ia bersabda:

ما تُرِيدُونَ مِنْ عَليٍّ ، إنَّ عَليّاً مِنّي
 وَأنا مِنْهُ وَهُوَ وَليُّ كُلُّ مُؤمِنٍ بَعدِي


 "Apa yang engkau inginkan dari 'Ali, 'Ali adalah dariku dan Aku dari 'Ali. 'Ali adalah pemimpin kaum Mukminin setelahku"

 Kendati makna wali memiliki makna yang beragam secara bahasa, dalam hadits ini tidak memiliki makna yang lain selain makna pemimpin dan junjungan; dengan memperhatikan redaksi "setelahku" dalam hadits ini menegaskan makna tersebut.
 Lantaran apabila arti dari wali itu adalah teman, penolong, jiran dan teman bersumpah dan sebagainya, tidak perlu ada pengkhususan masa setelah Nabi Saw, pada masa hidupnya juga tetap berlaku.


5. Hasil-hasil Kepemimpinan 'Ali dalam Sabda Nabi Saw

 Kapan saja para sahabat berbincang dengan Nabi Saw ihwal khalifah dan pemimpin umat pasca Nabi Saw, ia menyampaikan - menurut beberapa riwayat berkeluh sendu duhai - sebagai hasil dan buah kepemimpinan 'Ali As.
 Sebagai contoh, Nabi Saw bersabda:

إنْ وَلَّيتُمُوها علياً وجدتموه هادياً مَهدياً يَسلُكُ
 بِكم على الطريق المستقيم


 Apabila kalian menyerahkan khilafah kepada 'Ali, kalian melihatnya bahwa ia adalah seorang penuntun dan tertuntun, yang membawa kalian ke jalan yang benar."

أما والذي نفسي بيده لئن أطاعوه
 لَيَدْخُلُّن الجنة أجمعين أكتعين


 Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, apabila mereka mentaati 'Ali As, seluruhnya, selurunya akan memasuki firdaus."

إن تستخلفوا علياً ـ ولا أراكم فاعلين ـ تجدوه هادياً مَهدياً
 يحملكم على المحجة البيضاء
.

 "Apabila kalian menjadikan 'Ali sebagai khalifah - dan aku kira kalian tidak akan melakukan hal itu - kalian telah melihatnya bahwa ia adalah orang yang terbimbing yang akan membawamu ke jalan utama.


6. Khilafah Intishâbi 'Ali As

 Pada bagian sebelumnya, dalam menjelaskan hadits Ghadir, kita berkata bahwa Rasulullah Saw memperkenalkan 'Ali sebagai penggantinya adalah perintah dari Allah Swt; sekarang kita akan menukil sebuah riwayat yang akan menjelaskan matlab ini dengan baik.
 Diriwayatkan dari Rasulullah Saw: "Pada malam mikraj, tatkala aku sampai pada derajat puncak kedekatan, aku berdiri di haribaan Tuhanku, Ia berfirman: "Wahai Muhammad! Aku menjawab: "Labbaik." Ia berfirman: "Apakah engkau telah menguji para hambaKu hingga engkau tahu bahwa siapa di antara mereka yang lebih taat?"
 Aku menjawab: "Tuhanku, yang paling taat di antara mereka adalah 'Ali."
 Ia berfirman: "Engkau berkata benar, wahai Muhammad!" Apakah engkau telah memilih khalifah yang akan menunaikan tugas-tugasmu dan memberikan pengajaran kepada hamba-hambaku ihwal apa yang mereka tidak ketahui tentangnya?"
 Aku berkata: "Tuhanku, pilihkanlah untukku."
 Ia berfirman: "Aku telah memilih 'Ali untukmu; Pilihlah ia sebagai washi dan khalifah bagimu."
 Demikian Nabi Saw bersabda: "Allah Swt memilih seorang nabi untuk setiap umat, dan setiap nabi seorang washi dan khalifah baginya. Aku adalah nabi umat ini dan 'Ali adalah washiku." []
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...