Imam Muhammad Baqir as: “Orang yang mencari ilmu dengan tujuan mendebat ulama (lain), mempermalukan orang-orang bodoh atau mencari perhatian manusia, maka bersiap-siaplah untuk menempati neraka. Kepemimpinan tidak berhak dimiliki kecuali oleh ahlinya”.
LAKUKAN SEKECIL APAPUN YANG KAU BISA UNTUK BELIAU AFS, WALAU HANYA MENGUMPULKAN TULISAN YANG TERSERAK!

فالشيعة هم أهل السنة

Selasa, 18 September 2012

Sebuah Film Buruk, 100 Donor Yahudi, dan Sekutu Salafi Mereka

Sulit untuk merasa simpati kepada AS dan pejabatnya, mengingat dukungan Washington selama ini kepada pendudukan Israel dan sejarahnya dalam mempertahankan kediktatoran brutal di Arab Saudi, Bahrain, Mesir, hingga Libya.

Oleh Nureddin Sabir*

PROTES telah meletus di seluruh dunia Muslim terhadap “Innocent of Muslim”, sebuah film tentang Nabi Muhammad. Di kota terbesar kedua Libya, Benghazi, orang-orang bersenjata, yang diyakini Salafi, dari kelompok yang disebut “Katibat Ansar al-Syariah” (Kelompok Brigade Hukum Islam) menyerbu konsulat AS, membakarnya, dan membunuh duta besar serta tiga staf.

Sementara itu, di Mesir, perusuh memanjat dinding kedutaan AS di Kairo, merobohkan bendera Amerika dan membakarnya. Dilihat dari kemunculan bendera hitam dan sekelompok pria berjanggut tak terawat di antara demonstran, mereka juga tampaknya Salafi, atau setidaknya dipelopori oleh Salafi.


Sulit untuk merasa simpati kepada AS dan pejabatnya, mengingat dukungan Washington selama ini kepada pendudukan Israel dan sejarahnya dalam mempertahankan kediktatoran brutal di Arab Saudi, Bahrain, Mesir, hingga Libya.

Namun, reaksi pertama saya terhadap kejadian di Benghazi dan Kairo adalah keputusasaan dan perasaan jijik. “Nah ini dia,” pikir saya dalam hati, “Muslim mengamuk, membakar dan membunuh atas nama agama yang justru mengajarkan perdamaian dan kasih sayang sebagai pilar utama. Semuanya tampak seperti pengulangan dari protes berdarah terhadap pembakaran al-Quran oleh sekelompok orang Amerika , sebuah catatan yang dimainkan lagi dan lagi. Tak ada sesuatu yang baru untuk dikatakan bagi diri sendiri. Dan tak ada sesuatu yang baru untuk ditawarkan kepada orang lain.

Tapi kemudian hal-hal itu berubah ketika saya menemukan lebih lanjut tentang film tersebut dan si pembuatnya.

Pertama, ini bukanlah versi digital dari kontroversi kartun Denmark. Film berdurasi dua jam, “Innocence of Muslim”, menggambarkan Muhammad sebagai penipu menyedihkan, seorang penganiaya anak. Dia bajingan yang kelahirannya bahkan tak diinginkan. Dia baru memperoleh kepercayaan diri setelah seorang wanita tua memanggil dia dan mendorong kepalanya ke bawah rok. Ketika muncul, ia pun mendapatkan visi. Film itu juga menggambarkan al-Quran sebagai jiplakan dari Taurat Yahudi dan Alkitab Kristen.

Andrew Brown menulis dalam The Guardian bahwa film itu “murni hasutan untuk kebencian agama” dan “benar-benar propaganda dusta dan jahat”: sesuatu yang pantas disebut kebencian. Sebab, kebencian menjadi inspirasinya dan penyebaran kebencian adalah tujuannya”.

Film itu juga sama sekali bukan gagasan dari seorang remaja sakit jiwa yang berjuang untuk berdamai dengan hormonnya. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Sam Bacile, pengusaha properti (sekaligus pembuat film) Israel berusia 56 tahun yang tinggal di California. Menurut Bacile, biaya pembuatan film mencapai 3,1 juta dolar AS dan dibiayai oleh bantuan dari lebih 100 donor Yahudi.

Ini memunculkan sejumlah pertanyaan dan beberapa kecurigaan. Pertama, apa tujuan dari film ini? Ini bukan film cerdas, menghibur, atau menginspirasi. Jadi, apa yang ingin dicapai pembuat dan pemodalnya?

Menurut Bacile, film ini dimaksudkan sebagai pernyataan politik provokatif yang mengutuk dan mengekspos kelemahan Islam, yang ia gambarkan sebagai “kanker”. Namun, yang Bacile tak pernah pikirkan adalah bahwa sebuah fabrikasi dan penghinaan yang disengaja serta provokasi tak akan mengekspos apa pun selain kefanatikan dari si pengekspos.

Kedua, apa hubungan fakta bahwa Bacile seorang Yahudi-Israel dengan kebencian keji terhadap Islam yang diwakili oleh sampah digital itu? Selanjutnya—dan ini pertanyaan yang media Barat harus jawab—mengapa 100 donor Yahudi mendanai produksi sepotong film yang berisi kefanatikan murni, sesuatu yang melampaui tuduhan anti-Semitisme yang diteriakan siang dan malam oleh kelompok-kelompok seperti Liga Anti Defamasi AS dan Dewan Deputi Yahudi Inggris?

Ketiga, mengingat hubungan Israel dan Yahudi dengan film fanatik buatan Bacile itu, lantas bagaimana Israel, orang Yahudi pada khususnya dan media Barat pada umumnya, bereaksi jika ada sebuah film yang dihasilkan oleh orang Arab Muslim dengan fanatisme yang diarahkan kepada orang-orang Yahudi dan Yudaisme?

Kecurigaan saya adalah bahwa tujuan dari Bacile dan 100 donor Yahudi-nya adalah hanya untuk memprovokasi reaksi yang telah kita saksikan di Kairo dan Benghazi, untuk menodai citra Arab dan Muslim.
Tujuan lain mungkin adalah untuk memprovokasi serangan balasan terhadap orang-orang Yahudi di Amerika Serikat dan Eropa, dan dengan demikian memberi bukti kepada industri anti-Semitisme untuk mendukung propaganda bahwa Yahudi yang hidup di dunia gentile selalu rentan terhadap kekerasan dan karena itu perlu sebuah “negara Yahudi” eksklusif, setidaknya sebagai surga terakhir.

Jika saya benar tentang salah satu atau dua kemungkinan di atas, maka Si Tuan Fanatik Bacile dan 100 donor Yahudi-nya harus berterima kasih kepada sekutu Salafi mereka di Benghazi dan Kairo untuk pekerjaan yang telah mereka lakukan dengan baik. (Penulis asal Libya dan editor Redress Information & Analysis)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...