Imam Muhammad Baqir as: “Orang yang mencari ilmu dengan tujuan mendebat ulama (lain), mempermalukan orang-orang bodoh atau mencari perhatian manusia, maka bersiap-siaplah untuk menempati neraka. Kepemimpinan tidak berhak dimiliki kecuali oleh ahlinya”.
LAKUKAN SEKECIL APAPUN YANG KAU BISA UNTUK BELIAU AFS, WALAU HANYA MENGUMPULKAN TULISAN YANG TERSERAK!

فالشيعة هم أهل السنة

Minggu, 09 September 2012

Pokok-pokok dan Ringkasan Ajaran Syi’ah bag: 2 :Seri 5 : Keimanan Syi’ah tentang Adilnya Tuhan


Oleh Ustad Sinar Agama
 بسم الله الرحمن الرحيماللهم صل علي محمد وآله الطاهرين 
(d-2) Tuhan Tidak Mencipta Yang Buruk

Salah satu hikmah dari beriman kepada ke-Adilan Tuhan adalah keyakinan terhadap kebaikan seluruh ciptaanNya. Karena keburukan yang dikira oleh manusia itu, hanyalah nisbi dan tidak niscaya. Karena keburukan tersebut tidak memiliki sebab keberadaan. Oleh karenanya, keburukan itu adalah tiada.


(d-2-1) Dalil Tiadanya Keburukan.

Setiap keberadaan yang terbatas, harus memiliki sebab keberadaan sebagaiana telah kita bahas di bab tauhid di bagian pertama Pokok-pokok dan Ringkasan Ajaran Syi’ah ini. Namun, kalau kita perhatikan tentang keburukan yang didakwakan oleh manusia, kita tidak dapat melihat keberadaan sebabnya. Dengan demikian keburukan itu tidak ada.

Contohnya: Kita mengatakan bahwa orang buta, cacat, sakit, jatuh, kecelakaan, bejat, pembunuhan, penzinaan....dst adalah suatu keburukan. Akan tetapi, sebabnya adalah suatu pahaman “ketiadaan”. Buta dikatakan jelek karena tidak adanya mata dan penglihatan. Cacat, sakit, jatuh, dan kecelakaan dikatakan jelek karena ketiadaan normal, sehat dan keselamatan. Tiadanya mata dan penglihatan, tiadanya normal, sehat dan keselamatan, adalah ketiadaan bagi suatu keberadaan. Dengan demikian, sesuatu itu dikatakan jelak, karena ketiadaan sesuatu pada suatu obyek yang akan dinilai. Begitu pula pembunuhan dan penzinaan. Keduanya dikatakan jelek karena ketiadaan pula. Yakni ketiadaan nyawa dan norma.

Ketika ketiadaan yang menyebabkan sesuatu itu jelek, dan ketiadaan itu adalah ketiadaan dan bukan keberadaan, maka sebab kejelekan adalah “ketiadaan”. Dan karena sebab kejelekan itu adalah “ketiadaan”, maka akibatnya, yakni “jelek” juga tidak ada. Dengan demikian, dapat dipahami dengan akal gamblang bahwa Kejelekan itu tidak ada. Dia hanya berupa pahaman yang ada dalam akal dan tidak memiliki unsur niscaya.

Dan pahaman inipun muncul dengan pengkomperasian atau perbandingan wujud obyek dengan wujud lainnya. Jadi, disamping ianya berupa wujud akal dan pahaman saja, ia juga hanya berupa perbandingan.

Sementara perbandingan, jelas tidak ada wujudnya di alam nyata. “Lebih besar”, “lebih kecil”, “lebih manis”, lebih pahit”, lebih banyak”, “lebih panas”....dst adalah hanya berupa keberadaan dalam akal yang tidak memiliki wujud niscaya di alam nyata selain pahaman. Jelek ini, pada hakikatnya juga demikian. Buta yang ibarat lain dari tidak bermata, selain sebab ketiadaan di atas, dikatakan jelek karena dibandingkan dengan wujudnya mata. Begitu pula tentang contoh-contoh lainnya di atas itu.

Dengan dua dalil di atas ini, dapat dipahami dengan mudah, bahwa kejelekan itu tidak ada, karena tidak ada sebabnya. Yakni sebabnya adalah ketiadaan.Tentu saja penglihatan ini adalah penglihatan filosofis dan keniscayaannya atau kenyataannya, bukan pengi’tibarannya atau pemahamannya.

Sekarang bagaimana dengan kebaikan? Jawabanya adalah “ada”. Karena sesuatu yang dikatakan baik itu, disebabkan adanya sesuatu, bukan ketiadaannya sebagaimana pada kejelekan. Kita katakan bahwa melihat itu baik, sihat itu baik dan seterusnya, karena adanya mata, kesihatan ...dst. Jadi, karena kebaikan itu memiliki sebab keberadaan, maka ia adalah ada dan eksis.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa seluruh ciptaan Allah itu baik karena sebab kebaikannya adalah keberadaan, dan tidak satupun ciptaanNya itu jelek karena sebab kejelekannya adalah ketiadaan.


Bersambung pada pembahasdan : (d-2-2) Baik Buruk Dalam Akhlak
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...