Tanggal 10 Muharram, yang dikenal sebagai Asyura, tinggal beberapa hari lagi. Semangat dan gelora khusus telah meliputi hati setiap pencinta Ahlul Bait Nabi Saw. Mereka mempersiapkan acara-acara khusus memperingati hari syahadah Imam Husein as dan peristiwa tragis Karbala. Sementara kesedihan membayang di wajah dan terpancar dari pandangan mereka.
Sebagaimana diketahui, Imam Hasan dan Imam Husein alaihimassalam adalah dua bersaudara yang satu sama lain memiliki hubungan yang sangat dekat dan saling hormat. Sejak kecil mereka selalu bersama. Belajar bersama, bermain bersama, dan berbagai kegiatan, sampai berjuang dan berperang, mereka juga bersama, berdampingan, di sisi ayah mereka.
Suatu ketika, dalam suasana santai dan senggang, dua bersaudara ini bergulat di depan kakek beliau Rasul Allah saaw. Sementara ibunda mereka, Sayidah Fatimah as, juga memperhatikan tingkah laku mereka seraya mengerjakan kegiatan sehari-harinya di rumah. Rasul Allah Saw terlihat memihak kepada Imam Hasan as dan memberikan semangat kepadanya. Melihat itu, Sayidah Fatimah as, mengatakan, "Mengapa Rasul mendukung Hasan yang lebih besar? Kasihan Husein yang lebih kecil." Rasul Allah Saw menjawab, "Apakah engkau tidak melihat? Ini Jibril as mendukung Husein. Maka aku pun mendukung Hasan."
Suatu hari Hasan as pergi melakukan suatu perjalanan untuk suatu keperluan. Di tengah jalan, karena sudah malam dan gelap, beliau berhenti dan menginap di sebuah rumah gubuk sederhana milik seorang penggembala. Pemuda penggembala menjamu tamunya ini dengan sedikit makanan yang dimilikinya. Pagi harinya, ketika Imam Hasan as akan melanjutkan perjalanan, si penggembala memberikan petunjuk arah yang harus ditempuh, lalu mengiringi sejenak perjalanan beliau, kemudian keduanya berpisah. Sebelum berpisah, Imam Hasan as berkata kepadanya, "Kalau engkau ke Madinah, datanglah ke rumahku, sehingga aku dapat membalas kebaikanmu ini."
Di lain waktu, si penggembala in bersama tuannya, pergi ke Madinah. Di kota itu tidak sulit untuk menemukan rumah Imam Hasan as, atau Imam Husein as. Karena mereka itu adalah cucu-cucu Rasul dan terkenal dengan kemuliaan dan kedermawanan. Akan tetapi saat itu Imam Hasan as tidak berada di rumah dan sedang sibuk mengurusi suatu masalah di luar kota. Ketika si penggembala mengetuk pintu rumah Imam Hasan, yang datang membukakan pintu adalah adik beliau, Imam Husein as. Si penggembala menyangka bahwa Imam Husein inilah tamunya saat itu. Ia berkata, "Apakah Tuan ingat aku? Aku adalah orang yang malam itu engkau bertamu di tempatku. Kemudian tuan mengundangku untuk ke rumah tuan di Madinah."
Imam Husein as menyadari kekeliruan penggembala ini. Akan tetapi beliau tidak berkata apa-apa, tapi bertanya kepadanya, "Budak siapakah engkau ini, dan berapa ekor kambing milik tuanmu? Si penggembala pun menjelaskan nama tuannya dan jumlah kambing yang dimilikinya. Kemudian Imam Husein meminta agar ditemukan dengan tuannya. Setelah bertemu, Imam Husein as meminta kepada orang tersebut agar menjual budak dan semua kambingnya kepada beliau. Orang itu setuju dan Imam pun membelinya. Kemudian Imam Husein as membebaskan budak tersebut dan menyerahkan semua kambing itu kepadanya. Beliau berkata, "Inilah adalah sebagai ungkapan terimakasih kami atas perbuatan baikmu kepada saudara saya Hasan."
Imam Husein as memiliki tempat yang paling istimewa di dalam hati Rasul Allah Saw. Meskipun Rasul Allah mencintai semua cucu beliau, akan tetapi Imam Husein as, karena memiliki keistimewaan tersendiri, mendapat tempat yang istimewa pula. Rasul Allah saaw bukan hanya menunjukkan kecintaan kepada Husein as, tapi beliau juga menunjukkan kecintaan kepada orang yang mencintai cucu beliau ini. Suatu hari, Rasul Allah Saw mendekati beberapa anak kecil yang sedang bermain di suatu tempat. Kemudian beliau menggendong salah satu anak yang ada di situ, dan menciumnya dengan penuh kasih sayang. Anak itu tampak tersipu bercampur senang mendapat perlakuan istimewa dari Rasul Allah.
Beberapa sahabat yang menyaksikan perbuatan Rasul terhran dan bertanya, mengapa beliau memperlakukan satu anak itu seperti itu, tapi tidak kepada yang lainnya? Beliau menjelaskan bahwa suatu hari beliau melihat anak itu bermain bersama cucu beliau, Husein as, dan menunjukkan kecintaannya kepada beliau. Baru saja Jibril as memberitahukan kepadaku bahwa kelak anak itu akan menjadi pengikut setia cucuku, dan gugur bersama Husein di Karbala." (IRIB)
Sebagaimana diketahui, Imam Hasan dan Imam Husein alaihimassalam adalah dua bersaudara yang satu sama lain memiliki hubungan yang sangat dekat dan saling hormat. Sejak kecil mereka selalu bersama. Belajar bersama, bermain bersama, dan berbagai kegiatan, sampai berjuang dan berperang, mereka juga bersama, berdampingan, di sisi ayah mereka.
Suatu ketika, dalam suasana santai dan senggang, dua bersaudara ini bergulat di depan kakek beliau Rasul Allah saaw. Sementara ibunda mereka, Sayidah Fatimah as, juga memperhatikan tingkah laku mereka seraya mengerjakan kegiatan sehari-harinya di rumah. Rasul Allah Saw terlihat memihak kepada Imam Hasan as dan memberikan semangat kepadanya. Melihat itu, Sayidah Fatimah as, mengatakan, "Mengapa Rasul mendukung Hasan yang lebih besar? Kasihan Husein yang lebih kecil." Rasul Allah Saw menjawab, "Apakah engkau tidak melihat? Ini Jibril as mendukung Husein. Maka aku pun mendukung Hasan."
Suatu hari Hasan as pergi melakukan suatu perjalanan untuk suatu keperluan. Di tengah jalan, karena sudah malam dan gelap, beliau berhenti dan menginap di sebuah rumah gubuk sederhana milik seorang penggembala. Pemuda penggembala menjamu tamunya ini dengan sedikit makanan yang dimilikinya. Pagi harinya, ketika Imam Hasan as akan melanjutkan perjalanan, si penggembala memberikan petunjuk arah yang harus ditempuh, lalu mengiringi sejenak perjalanan beliau, kemudian keduanya berpisah. Sebelum berpisah, Imam Hasan as berkata kepadanya, "Kalau engkau ke Madinah, datanglah ke rumahku, sehingga aku dapat membalas kebaikanmu ini."
Di lain waktu, si penggembala in bersama tuannya, pergi ke Madinah. Di kota itu tidak sulit untuk menemukan rumah Imam Hasan as, atau Imam Husein as. Karena mereka itu adalah cucu-cucu Rasul dan terkenal dengan kemuliaan dan kedermawanan. Akan tetapi saat itu Imam Hasan as tidak berada di rumah dan sedang sibuk mengurusi suatu masalah di luar kota. Ketika si penggembala mengetuk pintu rumah Imam Hasan, yang datang membukakan pintu adalah adik beliau, Imam Husein as. Si penggembala menyangka bahwa Imam Husein inilah tamunya saat itu. Ia berkata, "Apakah Tuan ingat aku? Aku adalah orang yang malam itu engkau bertamu di tempatku. Kemudian tuan mengundangku untuk ke rumah tuan di Madinah."
Imam Husein as menyadari kekeliruan penggembala ini. Akan tetapi beliau tidak berkata apa-apa, tapi bertanya kepadanya, "Budak siapakah engkau ini, dan berapa ekor kambing milik tuanmu? Si penggembala pun menjelaskan nama tuannya dan jumlah kambing yang dimilikinya. Kemudian Imam Husein meminta agar ditemukan dengan tuannya. Setelah bertemu, Imam Husein as meminta kepada orang tersebut agar menjual budak dan semua kambingnya kepada beliau. Orang itu setuju dan Imam pun membelinya. Kemudian Imam Husein as membebaskan budak tersebut dan menyerahkan semua kambing itu kepadanya. Beliau berkata, "Inilah adalah sebagai ungkapan terimakasih kami atas perbuatan baikmu kepada saudara saya Hasan."
Imam Husein as memiliki tempat yang paling istimewa di dalam hati Rasul Allah Saw. Meskipun Rasul Allah mencintai semua cucu beliau, akan tetapi Imam Husein as, karena memiliki keistimewaan tersendiri, mendapat tempat yang istimewa pula. Rasul Allah saaw bukan hanya menunjukkan kecintaan kepada Husein as, tapi beliau juga menunjukkan kecintaan kepada orang yang mencintai cucu beliau ini. Suatu hari, Rasul Allah Saw mendekati beberapa anak kecil yang sedang bermain di suatu tempat. Kemudian beliau menggendong salah satu anak yang ada di situ, dan menciumnya dengan penuh kasih sayang. Anak itu tampak tersipu bercampur senang mendapat perlakuan istimewa dari Rasul Allah.
Beberapa sahabat yang menyaksikan perbuatan Rasul terhran dan bertanya, mengapa beliau memperlakukan satu anak itu seperti itu, tapi tidak kepada yang lainnya? Beliau menjelaskan bahwa suatu hari beliau melihat anak itu bermain bersama cucu beliau, Husein as, dan menunjukkan kecintaannya kepada beliau. Baru saja Jibril as memberitahukan kepadaku bahwa kelak anak itu akan menjadi pengikut setia cucuku, dan gugur bersama Husein di Karbala." (IRIB)