Para Salafiyyûn Wahhâbiyyûn Mujassimûn
Musyabbihûn ketika hendak menjajakan akidah tajsîm yang mengatakan
misalnya bahwa Allah itu” bersemayam” di atas Arsy-Nya dan dipikul oleh
malaikat atau kambing hutan berbentuk malaikat mereka mengandalkan
nama-nama tokoh tetentu yang mereka yakini sebagai aimmah Salaf, seperti Imam Ahmad bin Hanbal, al Qâdhi al Farrâ’ al Mujassim, al Khallâl dkk. Akan tetapi ketika
terbukti para aimmah Salaf bersikap tegas terhadap kefasikan dan
kemunafikan bani Umayyah, yang dalam banyak hadis shahih, Nabi saw.
menyebutkan bahwa mereka adalah oknum perusak agama yang paling
berbahaya…[1] Ketika para aimmah Salaf kebanggaan Salafiyyûn Wahhâbiyyûn Mujassimûn Musyabbihûn itu bersikap tegas, maka mereka berpura-pura tuli dan buta…
maka mereka segera menyumbat telinga-telinga mereka dengan ujung-ujung
jari-jari mereka pesis yang difirmankan Allah dalam Al Qur’an suc-Nya:
وَ إِذا تُتْلى عَلَيْهِ آياتُنا وَلَّى مُسْتَكْبِراً كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْها كَأَنَّ في أُذُنَيْهِ وَقْراً فَبَشِّرْهُ بِعَذابٍ أَليمٍ
“Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.” ( QS. Luqman;7)
وَ إِنِّي كُلَّما دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصابِعَهُمْ في آذانِهِمْ وَ اسْتَغْشَوْا ثِيابَهُمْ وَ أَصَرُّوا وَ اسْتَكْبَرُوا اسْتِكْباراً
Dan sesungguhnya setiap kali aku
menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka
memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya
(ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri
dengan sangat. (QS. Nuh;7(
.
Dan karena keengganan mendengar suara
kebenaran dan memerhatikan bukti-bukti haq, seorang hamba akan diganjar
Allah dengan kebutaan dan ketulian serta kebisuan. Dan akibatnya mereka
akan tersesat jalan hidayah dan tiba dapat kembali. Na’udzu billah minal idhlâh wal khidzlân.
Allah SWT berfirman:
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَرْجِعُوْنَ
“Mereka adalah tuli, bisu dan buta. Dengan demikian, mereka tidak akan kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Al Baqarah;18)
.
وَ الَّذينَ كَذَّبُوا بِآياتِنا صُمٌّ وَ بُكْمٌ فِي الظُّلُماتِ مَنْ يَشَأِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَ مَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلى صِراطٍ مُسْتَقيمٍ
“Dan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barang
siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan
barang siapa yang dikehendaki Allah) untuk diberi-Nya petunjuk
(niscaya) Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.” (QS. Al An’âm;39)
‘
Maka jika seorang telah
bersungguh-sungguh berpaling dari kebenaran, para anbiyâ’ pun tidak akan
mampu menyadarkannya. Allah SWT berfirman:
أَ فَأَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ أَوْ تَهْدِي الْعُمْيَ وَ مَنْ كانَ في ضَلالٍ مُبينٍ
“Maka apakah kamu dapat menjadikan
orang yang pekak (tuli) bisa mendengar atau (dapatkah) kamu memberi
petunjuk kepada orang yang buta (hatinya) dan kepada orang yang tetap
dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az Zukhruf;40 (
.
Sebab mereka sudah dihukumi mati. Allah SWT berfirman:
إِنَّكَ لا تُسْمِعُ الْمَوْتى وَ لا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعاءَ إِذا وَلَّوْا مُدْبِرينَ * وَ ما أَنْتَ بِهادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلالَتِهِمْ إِنْ تُسْمِعُ إِلاَّ مَنْ يُؤْمِنُ بِآياتِنا فَهُمْ مُسْلِمُونَ.
“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang- orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang.* Dan
kamu sekali- kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta
dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan (seorang pun)
mendengar, kecuali orang- orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu
mereka berserah diri.”(QS. An Naml;81-82(
.
Allah SWT juga berfiaman:
فَإِنَّكَ لا تُسْمِعُ الْمَوْتى وَ لا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعاءَ إِذا وَلَّوْا مُدْبِرينَ
“Maka sesungguhnya kamu
tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar,
dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila
mereka itu berpaling membelakang.” (QS. Ar Rûm;52 (
.
Abu Salafy berkata:
Coba Anda renungkan betapa bahaya sikap
angkuh kepada kebenaran… dia benar-benar akan menghalangi sampainya
suara hidayah Allah ke dalam hati dan menjadikan jiwa menolak dan
mengkufuri kebenaran.
Para Tokoh Andalan Wahhâbi Salafy Mengutuk Yazid, Tetapi kaum Salafu Malah Bermesraan!
Aneh bukan sikap mereka… ketika terbukti
tokoh-tokoh dan aimmah Salaf mereka bersikap tegas dalam menyikapi
kefasikan dan pengkhiatan bani Umayyah, utamanyaYazid dan Mu’awiyah
ayahnya (yang dalam hadis Imam Bukhari disebut sebagai PENGANJUR KEPADA
API NERAKA)… mereka pura-pura tuli dan buta… dan apabila ada yang
mengungkap kejahatan bani Umayyah, khususnya Mu’awiyah dan Yazid
putranya, segera mulut busk mereka menuduhnya sebagai Rafidhi, Zindiq
dan lain sebagainya, sebagai upaya membungkam mulut pembela kebenaran
agar diam tidak membongkar kejahatan dan kemunafikan itu!
Dalam kesempatan ini saya tidak akan berpanjang-panjang dalam menyajikan bukti-bukti dualisme sikap para Salafiyyûn Wahhâbiyyûn Mujassimûn Musyabbihûn. Saya hanya akan mengajukan sebuah bukti yang ditegaskan oleh banyak ulama, di antaranya adalah Ibnu Katsir
(yang sengaja keterangannya saya pilih di sini mengingat mereka begitu
menyanjungnya sampai-sampai seakan tidak ada tokoh mufassir dan ahli
sejarah sehebat dia).
Ketika menerangkan hadis yang mengatakan
barang siapa membuat takut penduduk kota suci Madinah secara zalim, maka
Allah akan membuatnya takut dan Allah akan melaknatnya, Ibnu Katsir[2] mengatakan:
“Dan berdasarkan hadis ini dan yang semisalnya telah berdalil ulama yang membolehkan melaknat Yazid bin Mu’awiyah. Ini adalah pendapat Ahmad yang diriwayatkan darinya dalam satu riwayat dan dipilih oleh al Khallâl, Abu Bakar Abdul Aziz, Qadhi Abu Ya’la dan putranya; Qadhi Abul Husain. Dan Abul Fajar membela pendapat ini dalam sebuah kitab karya khususnya dan ia membolehkan melaknat Yazid.”[3]
Abu Salafy berkata:
Dan tentunya yang lebih berhak
mendapatnya adalah Mu’awiyah ayah Yazid yang telah memberikan jalan dan
menganjurkan kekejaman yang dilakukan terhadap penduduk kota suci
Madinah al Munawwarah. Kekejaman Yazid terhadap penduduk Madinah itu
berupa perintahnya untuk menyerang kota tersebut… membantai penduduknya…
membebaskan pasukannya yang dikomandani oleh Muslim bin ‘Uqbah… dan itu
semua atas perintah Mu’awiyah kepada Yazid anaknya!
Al Imam al Hafidz Ibnu Hajar al Asqallani (rh) berkata,
“Abu Bakar ibn Abi Khaitsamah
meriwayatkan dengan sanad shahih bersambung kepada Juwairiyah Asmâ’, ia
berkata, ‘Aku mendengar para tokoh penduduk kota Madinah berkisah bahwa
Mu’awiyah menjelang matinya, ia memanggil Yazid dan berkata, ‘Sesungguhnya
engkau akan mengalami hari berat dari penduduk Madinah, jika mereka
melakukannya maka lemparlah mereka dengan Muslim bin ‘Uqbah.
Karena sesungguhnya aku benar-benar mengetahui ketulusannya.’…. (lalu
setelah para tokoh kota Madinah menyaksikan kefasikan dan kemungkaran
yang mengerikan pada diri Yazid, meerka memutuskan untuk melepas ikatan
baiat setia terhadap Yazid. Yazid pun segera mengirim pasukan di bawah
pimpinan Muslim bin ‘Uqbah. Setelah perlawanan penduduk Madinah
dipatahkan dan mereka dibantai habis,
Muslim mengizinkan para prajuritnya untuk berbuat apa saja terhadap
penduduk kota suci Madinah… mereka membantai warga sipil dan anak-anak
kecil tidak berdosa … mereka memperkosa gadis-gadis Madinah, putri-putri
para sahabat, tidak kurang dari seribu gadis-gadis sahabat Nabi saw.
mereka perkosa)… setelah itu, Muslim membaiat penduduk Madinah
(dan menjadikan) sebagai budak sahaya Yazid, terserah mau diapakan oleh
Yazid terhadap harta maupun jiwa mereka.”
Ibnu Hajar juga menyebtukan riwayat serupa dari ath Thabarani:
“Menjelang matinya, Mu’awiyah berkata kepada Yazid, ‘Aku telah tundukkan negeri ini untukmu dan aku telah persiapkan manusia mendudukungmu, aku tidak takut melainkan dari penduduk Hijâz. Jika ragu terhadap sikap mereka, maka kirimlah Muslim ibn ‘Uqbah
(untuk menghadapi mereka), karena aku telah mengujinya dan aku jamin
ketulusannya. Lalu ketika penduduk Madinah memberontak kepada Yazid,
Yazid memanggil Muslim ibn ‘Uqbah dan mengirimnya serta menghalalkan
(berbuiat apa saja di madinah) selama tiga hari. Setelahnya dia meminta
penduduk Madinah untu membaiat Yazid dan mereka adalah budak sahayanya
baik dalam ketaatan maupun kemaksiatan kepada Allah.”[4]
Ibnu Hajar juga mengatakan bahwa: “Pada
peperangan Hurrah, telah terbunuh jumlah yang tak terhitung dari
kalangan Anshar. Harta-harta yang ada di kota suci madinah dijarah.
Pedang-pedang dijalankan selama tiga hari.”[5]
Abu Salafy berkata:
Dan upaya menuduh dengan tuduhan rafidhi atau zindiq
yang biasa dilakukan kaum Wahhâbi-Salafi dengan mengatas-namakan
Ahlusunnah untuk menteror siapa saja yang tulus mencintai keluarga Nabi
dan dzurriyahnya adalah upaya sia-sia, sebab hanya kaum
Nawashib/musuh-musuh Ahlul Bait Nabi saw. lah demikian!
Adapaun Ahlusunnah adalah akan tulus
mencintai Nabi dan kelurganya dan membenci bani Umayyah dan siapa saja
yang memerangi Nabi dan keluarganya! Ini adalah pandangan para pembesar
ulama dan para aimmah Ahlusunnah, seperti Imam Nasa’i penulis kitab as Sunan (w.303 H), Imam al Hakim penulis kitab al Mustadrak (w 450 H), Imam Abdur Razzâq ash Shan’âni penulis kitab al Mushannaf (211 H), Imam al Hafidz Abu Ghassân al Nahdi al Kufi, Abu Nu’aim dan Ubaidullah bin Musa, Imam al Hafidz Jarîr adh Dhabbi (W.177 H) dan puluhan lainnnya.
I’tiqâd Tokoh-tokoh Besar Ahlusunnah Tentang Mu’awiyah bin Abu Sufyân
Adz Dzahabi (ulama yang selalu dibanggakan kaum Salafi-Wahhâbi) dalam kitab Siyar A’lâm-nya,14/133 berkata tentang Imam Nasa’i (rh),
“Padanya terdapat sedikit kesyi’ahan dan juga menyimpang dari musuh-musuh Ali seperti Mu’awiyah dan ‘Amr (bin al ‘Âsh).” Dan karenanya, beliau syahid dianiaya pendukung Mu’awiyah si penganjur kepada api neraka. Mereka memaksa Imam Nasa’i (rh) untuk menyanjung Mu’awiyah dan beliau pun menolaknya!
Adz Dzahabi melaporkan dalam kitab Siyar A’lâm-nya,9/570:
“Abdur Razzâq berkata kepada seseorang, ‘Jangan kotori majlis kami dengan menyebut nama anaknya Abu Sufyân.”
Adz Dzahabi juga berkata,
“Abu Nu’aim dan Ubaidullah adalah pengagung Abu Bakar dan Umar, hanya saja mereka berdua mencaci maki Mu’awiyah dan keluarganya.” Siyar A’lâm-nya,10/432. Ubaidullah bin Muas tidak sudi mengizinkan seorang yang bernama Mu’awiyah memasuki rumahnya dan juga tidak sudi meriwayatkan hadis di hadapan orang-orang jika di antara mereka ada yang bernama Mu’awiyah. Baca keterangannya dari laporan adz Dzahabi dalam Siyar A’lâm,9/556-557.
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam Tahdzîb at Tahdzîb,2/66: “Khalili dalam kitab al Irsyâd
berkata tentangnya, “Tsiqah disepakati kejujurannya. Qutaibah berkata,
“Aku mendengar Jarîr al Hafidz mencaci Mu’awiyah secara
terang-terangan.”
.
Akidah Hasan al Bashri Imam Salaf Shaleh Tentang Mu’awiyah!
Hasan al Bashri berkata mengecam Mu’awiyah, “Ada empat perkara pada Mu’awiyah andai satu saja ada padanya niscaya sudah cukup menyebarbkan kebinasaan baginya:
(1) Ia merampas kekuasaan tanpa musyawarah sementara masih banyak sahabat mulia.
(2) Mengangkat Yazid si pemabok, si pemakai baju sutra dan pemain musik sebagai Khalifah.
(3) Mengakui Ziyâd sebagai anak ayahnya, padahal Nabi saw. bersabda, ‘Anak itu milik si pemilik ranjang dan bagi si pezina adalah dicegah (dari mengakui anak hasil zinanya dalam nasab).’
(4) Ia mebunuh Hujr dan rekan-rekannya.
Celakalah dia dia dari Hujr dan rekan-rekannya! Celakalah dia dia dari
Hujr dan rekan-rekannya![6]
Penutup
Semoga beberapa ketarangan di atas dapat
menyadarkan dan memperkenalkan kepada kita akidah sebenarnya Ahlusunnah
yang diwariskan oleh para para aimmah dan Salaf Shaleh kita…. Dan semoga
kita dapat berhati-hati dan waspada terhadap tipu daya yang menggiring
kita untuk membenci keluarga Nabi saw. dan mencintai bani Umayyah yang
fasik, khususnya Mu’awiyah, Yazid, Marwan dan lainnya yang telah
disabdakan Nabi saw. bahwa mereka adalah manusia-manusia terkutuk.
Diriwayatkan dari Imam Hasan ra.. beliau berkata kepada Marwan ibn Al Hakam:
لَقَدْ لَعَنَكَ اللهُ على لِسانِ رَسُولِِ اللهِ (ص) وَ أَنْتَ فِيْ صُلْبِ أَبِيْكَ.
“Allah Benar-benar telah melaknat kamu melalui lisan Nabi-Nya sementara kamu masih berada di sulbi ayahmu.”[7]
Al Muttaqi Al Hindi meriwayatkan dari Sayyidatuna Aisyah ra., ia berkata kepada Marwan, “Sesungguhnya Rasulullah telah melaknat ayahmu sementara kamu masih dalam sulbinya. Jadi kamu adalah sebagian dari laknat Allah.”[8]
Ibnu Umar ra. sebagaimana diriwayatkan Al Bazzar, berkata, “Allah telah melaknat Al Hakam dan keturunannya atas lisan Nabi-Nya.”[9]
[1] Diriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:
(HR riwayat Abu Nu’aim dari sahabat Imam Ali ra. dan ada riwayat serupa dengan redaksi setiap agama sebagai ganti kalimat setiat umat dari riwayat Nu’aim bin Hammad dalam kitab al Fitan dari sahabat Ibnu Mas’ud))
Ibnu Hajar Al Asqallani dalam Syarah Bukhari-nya,8/339 menukil Imam Ali (karramallahu wajhahu) berpidato dan berkata:
لِكُلِّ أُمَّةٍ آفَةٌ و آفةُ هذهِ الأُمَّةِ بَنُوا أميةَ.
“Pada setiap umat terdapat oknum perusak, dan oknum perusak umat ini adalah bani Umayyah.”(HR riwayat Abu Nu’aim dari sahabat Imam Ali ra. dan ada riwayat serupa dengan redaksi setiap agama sebagai ganti kalimat setiat umat dari riwayat Nu’aim bin Hammad dalam kitab al Fitan dari sahabat Ibnu Mas’ud))
Ibnu Hajar Al Asqallani dalam Syarah Bukhari-nya,8/339 menukil Imam Ali (karramallahu wajhahu) berpidato dan berkata:
ألآ إنَّ أخْوَفَ الْفِتَنِ عِنْدِي عَلَيْكُمْ فتْنَةُ بَنِي أُمَيَّةَ, ألآ إِنَّهَا ِفتْنَةٌ عَمْيَاءُ مُظْلِمَةٌ.
“Ketahuilah! Sesungguhnya fitnah yang paling saya khawatirkan atas kalian adalah fitnah bani Umayyah. Ketahuilah ia adalah fitnah yang buta dan gelap gulita.”
[2]
Ibnu Katsir adalah seorang ulama yang sering dibanggakan kaum
Salafi-Wahhâbi. Ia adalah murid Ibnu Taimiyah dan juga pernah berguru
kepada adz Dzahabi.
[3] Tarikh Ibnu Katsir,8/223.
[4] Fathul Bari,13/70.
[5] Ibid.3/177.
[6] Al Khilafah wa al Mulk; Abul A’la al Maududi:106.
[7] Hadis riwayat Abu Ya’la seperti dalam Majma’ Az Zawâid, 5/240, Ibnu Sa’ad dan Ibnu ‘Asakir seperti dalam Kanz Al Ummâl,11/357 dan juga di sebut Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wa An Nihayah, 8/280.
[8]Mustadrak, 4/418, Tafsir Al Qurthubi, 10/286 dan 16/197, Tafsir Al Kasysyaf; Zamakhsyari, 3/99, Tafsir Ibnu Katsir,4/159, Tafsir Ar Razi,7/419, Usdul Ghâbah;
Ibnu Al Atsir,2/34, Al Bidayah wa an Nihayah,3/23, Tafsir An Nisyaburi
(di pinggir Ath Thabari), 26/13, Tafsir An Nasafi (di pinggir tafsir Al
Khazin), 4/132, Ash Shawâiq Al Muhriqah:108, Tafsir Fath Al Qadîr,5/20, tafsir Rûh Al Ma’âni; Al Alusi,6/2, Irsyâd As Sâri- syarah Shahih Bukhari-,7/320. dll.
[9] Al Haitsami dalam Zawâid-nya berkata, “Hadis ini diriwayatkan Ahmad, Al Bazzâr dan Ath Thabarani.”
http://abusalafy.wordpress.com/2011/01/12/mengapa-salafiyyun-wahhabiyyun-membela-yazid/
http://abusalafy.wordpress.com/2011/01/12/mengapa-salafiyyun-wahhabiyyun-membela-yazid/