Di antara ajaran Imam Husein as yang mengandung arti sangat mendalam dan luas ialah kata-kata beliau yang mengandung arti sebagai berikut: "Kehidupan dan kematian yang hina, sama-sama perkara yang tidak disukai. Jika saya terpaksa memilih antara kematian dan kehidupan, maka gerak saya menuju kematian dengan kemuliaan, akan merupakan gerak yang sangat indah." Imam Husein as memiliki kata-kata yang mengandung pelajaran yang sangat berharga berkenaan dengan kaharusan hidup mulia di dunia ini, dan bahwa lebih baik mati di atas jalan kemuliaan daripada hidup dalam kehinaan. Ajaran ini bukan hanya dalam bentuk kalimat yang keluar dari lidah yang tak bertulang ini, tapi beliau praktekkan dengan sangat sempurna, ketika beliau bangkit menentang pemerintahan lalim dan tiran, yang berakhir dengan gugurnya beliau di tanah Karbala.
Imam Husein as bukan hanya seorang pemberani di medan juang membela kebenaran dan menentang kesesatan, tapi beliau juga memiliki sifat-sifat mulia lain, diantaranya ialah sifat kedermawanan. Dalam Islam terdapat ajaran yang mengatakan bahwa seorang dermawan yang sempurna ialah seorang yang memberikan apa yang ia sukai kepada orang lain. Dalam surat Ali Imran Ayat 92, Allah Swt berfirman:
"Kalian tidak akan mencapai kedermawanan yang sesungguhnya, hingga kalian menafkahkan apa yang kalian cintai. Dan apa pun yang kalian nafkahkan, maka Allah Maha Mengetahuinya."
Imam Husein as termasuk orang yang telah mengamalkan Ayat tersebut dengan sangat baik. Hal itu tampak dengan jelas dalam kisah berikut ini. Seorang fakir lagi miskin, telah berkali-kali berusaha menemukan pekerjaan, tapi ia tidak pernah berhasil. Keadaan ini membuatnya mengalami kesulitan dalam menafkahi kehidupan dirinya dan keluargnya. Suatu hari ia duduk dan berpikir mencari jalan keluar dari kesulitannya ini. Terlintas di benaknya bahwa Imam Husein as, cucu Nabi Saw serta putra Ali dan Fatimah alaihimassalam, adalah cerminan rahmat Ilahi, yang meliputi kawan dan lawannya. Ia tahu bahwa Imam Husein as tidak akan pernah menyebabkan kehinaan dan kerendahan orang lain. Dengan demikian orang ini pun bergerak menuju rumah Imam Husein as.
Saat itu malamsudah hampir berakhir, dan cahaya subuh sudah semakin mendekat. Setelah ragu sejenak, akhirnya orang ini mengetuk pintu. Tak lama kemudian terdengar langkah seseorang dari dalam rumah menuju ke pintu. Setelah pintu terbuka, terlihat wajah Imam Husein dan memancarkan kasih sayang dan kewibawaan, membuat orang miskin ini tertegun. Dengan agak terbata ia mengucapkan salam. Imam Husein as menjawab salam tersebut diiringin dengan senyumannya yang khas. Pandangan ramah Imam Husein as terasa mendorong hatinya untuk mengungkapkan keperluannya. Akan tetapi ia merasakan kelu di lidahnya. Imam Husein as menyadari keadaan orang ini. Kemudian beliau menenangkannya dan memintanya untuk mengatakan keperluannya. Pada akhirnya orang itu mengatakan bahwa ia memiliki hutang 1000 Dinar pada seseorang, tapi tidak punya kemampuan untuk melunasi hutang tersebut, sehingga ia saat ini berada dalam kesempitan.
Imam Husein as mengetahui bahwa orang ini terpelajar dan menguasai baca tulis. Beliau berkata, "Saya mendengar dari ayahku, Ali, "Kemuliaan seseorang adalah sesuai dengan kebaikan-kebaikan yang ia miliki." Sedangkan dari kakekku, Rasul Allah Saw, saya mendengar, "Kemuliaan seseorang sesuai dengan keluasan ilmunya." Orang miskin ini memandang dengan pandangan penuh tanya kepada Imam Husein. Imam mengatakan, "Aku akan mengajukan tiga soal. Jika kau dapat menjawabnya maka aku akan memberimu 1000 Dinar." Lelaki itu menundukkan kepalanya dan berkata, "Kalau aku tahu, aku akan menjawabnya. Jika tidak tahu maka aku akan belajar darimu, Wahai cucu Rasul."
Imam pun mengajukan soal pertama, "Perbuatan apakah yang lebih baik dari semua perbuatan? Ia menjawab, iman kepada Allah. Imam bertanya lagi, "Dengan apakah seseorang akan memperoleh keselamatan dari kesusahan? Ia menjawab, dengan bersandar kepada Allah. Imam bertanya lagi, "Dimanakah letak keindahan seseorang? Ia menjawab, dalam amal perbuatannya yang berdasarkankepada kasih sayang dan kesabaran. Imam Husein tersenyum dan merasa puas dengan jawaban-jawaban yang diberikan. Kemudian ia masuk ke dalam rumah, lalu keluar lagi menemui orang tersebut dan menyerahkan kepadanya satu kantong uang 1000 Dinar. Beliau berkata, "Lunasilah hutangmu dengan 1000 Dinar ini Dan juallah cincin ini untuk membiayai keperluan hidupmu."
Lelaki miskin itu menerima pemberian Imam Husein as dengan penuh gembira. Sebagaimana kedua matanya, hati orang ini bersinar terang memancarkan kecintaan kepada cucu Rasul ini. Ia mengucapkan terimakasih dengar suara bergetar dan mengatakan, (al-An'am 124), yang artinya, "Allah lebih mengetahui dimana ia meletakkan risalah-Nya." (IRIB)
Imam Husein as bukan hanya seorang pemberani di medan juang membela kebenaran dan menentang kesesatan, tapi beliau juga memiliki sifat-sifat mulia lain, diantaranya ialah sifat kedermawanan. Dalam Islam terdapat ajaran yang mengatakan bahwa seorang dermawan yang sempurna ialah seorang yang memberikan apa yang ia sukai kepada orang lain. Dalam surat Ali Imran Ayat 92, Allah Swt berfirman:
"Kalian tidak akan mencapai kedermawanan yang sesungguhnya, hingga kalian menafkahkan apa yang kalian cintai. Dan apa pun yang kalian nafkahkan, maka Allah Maha Mengetahuinya."
Imam Husein as termasuk orang yang telah mengamalkan Ayat tersebut dengan sangat baik. Hal itu tampak dengan jelas dalam kisah berikut ini. Seorang fakir lagi miskin, telah berkali-kali berusaha menemukan pekerjaan, tapi ia tidak pernah berhasil. Keadaan ini membuatnya mengalami kesulitan dalam menafkahi kehidupan dirinya dan keluargnya. Suatu hari ia duduk dan berpikir mencari jalan keluar dari kesulitannya ini. Terlintas di benaknya bahwa Imam Husein as, cucu Nabi Saw serta putra Ali dan Fatimah alaihimassalam, adalah cerminan rahmat Ilahi, yang meliputi kawan dan lawannya. Ia tahu bahwa Imam Husein as tidak akan pernah menyebabkan kehinaan dan kerendahan orang lain. Dengan demikian orang ini pun bergerak menuju rumah Imam Husein as.
Saat itu malamsudah hampir berakhir, dan cahaya subuh sudah semakin mendekat. Setelah ragu sejenak, akhirnya orang ini mengetuk pintu. Tak lama kemudian terdengar langkah seseorang dari dalam rumah menuju ke pintu. Setelah pintu terbuka, terlihat wajah Imam Husein dan memancarkan kasih sayang dan kewibawaan, membuat orang miskin ini tertegun. Dengan agak terbata ia mengucapkan salam. Imam Husein as menjawab salam tersebut diiringin dengan senyumannya yang khas. Pandangan ramah Imam Husein as terasa mendorong hatinya untuk mengungkapkan keperluannya. Akan tetapi ia merasakan kelu di lidahnya. Imam Husein as menyadari keadaan orang ini. Kemudian beliau menenangkannya dan memintanya untuk mengatakan keperluannya. Pada akhirnya orang itu mengatakan bahwa ia memiliki hutang 1000 Dinar pada seseorang, tapi tidak punya kemampuan untuk melunasi hutang tersebut, sehingga ia saat ini berada dalam kesempitan.
Imam Husein as mengetahui bahwa orang ini terpelajar dan menguasai baca tulis. Beliau berkata, "Saya mendengar dari ayahku, Ali, "Kemuliaan seseorang adalah sesuai dengan kebaikan-kebaikan yang ia miliki." Sedangkan dari kakekku, Rasul Allah Saw, saya mendengar, "Kemuliaan seseorang sesuai dengan keluasan ilmunya." Orang miskin ini memandang dengan pandangan penuh tanya kepada Imam Husein. Imam mengatakan, "Aku akan mengajukan tiga soal. Jika kau dapat menjawabnya maka aku akan memberimu 1000 Dinar." Lelaki itu menundukkan kepalanya dan berkata, "Kalau aku tahu, aku akan menjawabnya. Jika tidak tahu maka aku akan belajar darimu, Wahai cucu Rasul."
Imam pun mengajukan soal pertama, "Perbuatan apakah yang lebih baik dari semua perbuatan? Ia menjawab, iman kepada Allah. Imam bertanya lagi, "Dengan apakah seseorang akan memperoleh keselamatan dari kesusahan? Ia menjawab, dengan bersandar kepada Allah. Imam bertanya lagi, "Dimanakah letak keindahan seseorang? Ia menjawab, dalam amal perbuatannya yang berdasarkankepada kasih sayang dan kesabaran. Imam Husein tersenyum dan merasa puas dengan jawaban-jawaban yang diberikan. Kemudian ia masuk ke dalam rumah, lalu keluar lagi menemui orang tersebut dan menyerahkan kepadanya satu kantong uang 1000 Dinar. Beliau berkata, "Lunasilah hutangmu dengan 1000 Dinar ini Dan juallah cincin ini untuk membiayai keperluan hidupmu."
Lelaki miskin itu menerima pemberian Imam Husein as dengan penuh gembira. Sebagaimana kedua matanya, hati orang ini bersinar terang memancarkan kecintaan kepada cucu Rasul ini. Ia mengucapkan terimakasih dengar suara bergetar dan mengatakan, (al-An'am 124), yang artinya, "Allah lebih mengetahui dimana ia meletakkan risalah-Nya." (IRIB)