(Dengan Lampiran Scan Kitab Nya)
Belakangan ini kata ‘salaf’ semakin populer. Bermunculan pula
kelompok yang mengusung nama salaf, salafi, salafuna, salaf shaleh dan
derivatnya. Beberapa kelompok yang sebenarnya berbeda prinsip saling
mengklaim bahwa dialah yang paling sempurna mengikuti jalan salaf.
Runyamnya jika ternyata kelompok tersebut berbeda dengan generasi
pendahulunya dalam banyak hal. Kenyataan ini tak jarang membuat umat
islam bingung, terutama mereka yang masih awam. Lalu siapa pengikut
salaf sebenarnya? Apakah kelompok yang konsisten menapak jejak salaf
ataukah kelompok yang hanya menggunakan nama salafi?.
Tulisan ini mencoba menjawab kebingungan di atas dan menguak siapa
pengikut salaf sebenarnya. Istilah salafi berasal dari kata salaf yang
berarti terdahulu. Menurut ahlussunnah yang dimaksud salaf adalah para
ulama’ empat madzhab dan ulama sebelumnya yang kapasitas ilmu dan
amalnya tidak diragukan lagi dan mempunyai sanad (mata rantai keilmuan)
sampai pada Nabi SAW. Namun belakangan muncul sekelompok orang yang
melabeli diri dengan nama salafi dan aktif memakai nama tersebut pada buku-bukunya.
Kelompok yang berslogan “kembali” pada Al Qur’an dan sunnah tersebut
mengaku merujuk langsung kepada para sahabat yang hidup pada masa Nabi
SAW, tanpa harus melewati para ulama empat madzhab. Bahkan menurut
sebagian mereka, diharamkan mengikuti madzhab tertentu. Sebagaimana
diungkapkan oleh Syekh Abdul Aziz bin Baz dalam salah satu majalah di
Arab Saudi, dia juga menyatakan tidak mengikuti madzhab Imam Ahmad bin
Hanbal.Pernyataan di atas menimbulkan pertanyaan besar di kalangan umat
islamyang berpikir obyektif. Sebab dalam catatan sejarah, ulama-ulama
besar pendahulu mereka adalah penganut madzhab Imam Ahmad bin Hanbal.
Sebut saja Syekh Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Ibnu Rajab, Ibnu Abdil
Hadi, Ibnu Qatadah, kemudian juga menyusul setelahnya Al Zarkasyi,
Mura’i, Ibnu Yusuf, Ibnu Habirah, Al Hajjawiy, Al Mardaway, Al Ba’ly, Al
Buhti dan Ibnu Muflih. Serta yang terakhir Syekh Muhammad bin Abdul
Wahhab beserta anak-anaknya, juga mufti Muhammad bin Ibrahim, dan Ibnu
Hamid. Semoga rahmat Allah atas mereka semua.
Ironis sekali memang, apakah berarti Imam Ahmad bin Hanbal dan para
imam lainnya tidak berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah? Sehingga
kelompok ini tidak perlu mengikuti para pendahulunya dalam bermadzhab?.
Apabila mereka sudah mengesampingkan kewajiban bermadzhab dan tidak
mengikuti para salafnya, layakkah mereka menyatakan dirinya salafy?
Aksi Manipulasi Mereka Terhadap Ilmu Pengetahuan
Belum lagi aksi manipulasi mereka terhadap ilmu pengetahuan. Mereka
memalsukan sebagian dari kitab kitab karya ulama’ salaf. Sebagai contoh,
kitab Al Adzkar karya Imam Nawawi cetakan Darul Huda, Riyadh, 1409 H,
yang ditahqiq oleh Abdul Qadir Asy Syami. Pada halaman 295, pasal
tentang ziarah ke makam Nabi SAW, dirubah judulnya menjadi pasal tentang
ziarah ke masjid Nabi SAW. Beberapa baris di awal dan akhir pasal itu
juga dihapus. Tak cukup itu, mereka juga dengan sengaja menghilangkan
kisah tentang Al Utbiy yang diceritakan Imam Nawawi dalam kitab
tersebut. Untuk diketahui, Al Utbiy (guru Imam Syafi’i) pernah
menyaksikan seorang arab pedalaman berziarah dan bertawassul kepada Nabi
SAW.
Kemudian Al Utbiy bermimpi bertemu Nabi SAW, dalam mimpinya Nabi
menyuruh memberitahukan pada orang dusun tersebut bahwa ia diampuni
Allah berkat ziarah dan tawassulnya. Imam Nawawi juga menceritakan kisah
ini dalam kitab Majmu’ dan Mughni.
Pemalsuan juga mereka lakukan terhadap kitab Hasyiah Shawi atas
Tafsir Jalalain dengan membuang bagian-bagian yang tidak cocok dengan
pandangannya. Hal itu mereka lakukan pula terhadap kitab Hasyiah Ibn
Abidin dalam madzhab Hanafi dengan menghilangkan pasal khusus yang
menceritakan para wali, abdal dan orang-orang sholeh.
Ibnu Taymiyah Vs Wahhaby
Parahnya, kitab karya Ibnu Taimiyah yang dianggap sakral juga tak
luput dari aksi mereka. Pada penerbitan terakhir kumpulan fatwa Syekh
Ibnu Taimiyah, mereka membuang juz 10 yang berisi tentang ilmu suluk dan
tasawwuf. (Alhamdulilah, penulis memiliki cetakan lama) Bukankah ini
semua perbuatan dzalim? Mereka jelas-jelas melanggar hak cipta karya
intelektual para pengarang dan melecehkan karya-karya monumental yang
sangat bernilai dalam dunia islam. Lebih dari itu, tindakan ini juga
merupakan pengaburan fakta dan ketidakjujuran terhadap dunia ilmu
pengetahuan yang menjunjung tinggi sikap transparansi dan obyektivitas.
Mengikuti salaf?
Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan masalah tasawwuf,
maulid, talqin mayyit, ziarah dan lain-lain yang terdapat dalam
kitab-kitab para ulama pendahulu wahhabi. Ironisnya, sikap mereka
sekarang justru bertolak belakang dengan pendapat ulama mereka sendiri.
Pertama, ibnu taimiyah dan imam 4 madzab dukung tasawuf.
Dalam kumpulan fatwa jilid 10 hal 507 Syekh Ibnu Taimiyah berkata,
“Para imam sufi dan para syekh yang dulu dikenal luas, seperti Imam
Juneid bin Muhammad beserta pengikutnya, Syekh Abdul Qadir al-Jailani
serta lainnya, adalah orang-orang yang paling teguh dalam melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan Allah. Syekh Abdul Qadir al-Jailani,
kalam-kalamnya secara keseluruhan berisi anjuran untuk mengikuti ajaran
syariat dan menjauhi larangan serta bersabar menerima takdir Allah.
Dalam “Madarijus salikin” hal. 307 jilid 2 Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
berkata, “Agama secara menyeluruh adalah akhlak, barang siapa melebihi
dirimu dalam akhlak, berarti ia melebihi dirimu dalam agama. Demikian
pula tasawuf, Imam al Kattani berkata, “Tasawwuf adalah akhlak,
barangsiapa melebihi dirimu dalam akhlak berarti ia melebihi dirimu
dalam tasawwuf.”
Muhammad bin Abdul Wahhab berkata dalam kitab Fatawa wa Rosail hal.
31 masalah kelima. “Ketahuilah -mudah-mudahan Allah memberimu petunjuk –
Sesungguhnya Allah SWT mengutus Nabi Muhammad dengan petunjuk berupa
ilmu yang bermanfaat dan agama yang benar berupa amal shaleh. Orang yang
dinisbatkan kepada agama Islam, sebagian dari mereka ada yang
memfokuskan diri pada ilmu dan fiqih dan sebagian lainnya memfokuskan
diri pada ibadah dan mengharap akhirat seperti orang-orang sufi. Maka
sebenarnya Allah telah mengutus Nabi-Nya dengan agama yang meliputi dua
kategori ini (Fiqh dan tasawwuf)”. Demikianlah penegasan Syekh Muhammad
bin Abdul Wahhab bahwa ajaran tasawuf bersumber dari Nabi SAW.
Kedua, Ibnu taymiyah iktiraf mengenai pembacaan maulid.
Dalam kitab Iqtidha’ Sirathil Mustaqim “Di dalam kitab beliau, Iqtidha’ as-Shiratil Mustaqim, cetakan Darul Hadis, halaman 266, Ibnu Taimiyah berkata, Begitu juga apa yang dilakukan oleh sebahagian manusia samada menyaingi orang Nasrani pada kelahiran Isa عليه السلام, ataupun kecintaan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم dan mengagungkan baginda, dan Allah mengurniakan pahala kepada mereka atas kecintaan dan ijtihad ini…” Seterusnya beliau nyatakan lagi : “Ia tidak dilakukan oleh salaf, tetapi ada sebab baginya, dan tiada larangan daripadanya.”
Kita pula tidak mengadakan maulid melainkan seperti apa yang dikatakan
oleh Ibn Taimiyah sebagai:“Kecintaan kepada Nabi dan mengagungkan
baginda.”
Ketiga, Ibnu taymiyah dan imam madzab iktiraf sampainya hadiah pahala
Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa barang siapa mengingkari sampainya
amalan orang hidup pada orang yang meninggal maka ia termasuk ahli
bid’ah. Dalam Majmu’ fatawa juz 24 hal306 ia menyatakan, “Para imam
telah sepakat bahwa mayit bisa mendapat manfaat dari hadiah pahala orang
lain. Ini termasuk hal yang pasti diketahui dalam agama islam dan telah
ditunjukkan dengan dalil kitab, sunnah dan ijma’ (konsensus ulama’).
Barang siapa menentang hal tersebut maka ia termasuk ahli bid’ah”.
Lebih lanjut pada juz 24 hal 366 Ibnu Taimiyah menafsirkan firman
Allah “dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya.” (QS an-Najm [53]: 39) ia menjelaskan, Allah tidak
menyatakan bahwa seseorang tidak bisa mendapat manfaat dari orang lain,
Namun Allah berfirman, seseorang hanya berhak atas hasil usahanya sendiri. Sedangkan hasil usaha orang
lain adalah hak orang lain. Namum demikian ia bisa memiliki harta orang
lain apabila dihadiahkan kepadanya.
Begitu pula pahala, apabila dihadiahkan kepada si mayyit maka ia
berhak menerimanya seperti dalam solat jenazah dan doa di kubur. Dengan
demikian si mayit berhak atas pahala yang dihadiahkan oleh kaum
muslimin, baik kerabat maupun orang lain”
Dalam kitab Ar-Ruh hal 153-186 Ibnul Qayyim membenarkan sampainya
pahala kepada orang yang telah meninggal. Bahkan tak tangung-tanggung
Ibnul Qayyim menerangkan secara panjang lebar sebanyak 33 halaman
tentang hal tersebut.
Keempat, masalah talqin.
Dalam kumpulan fatwa juz 24 halaman 299 Ibnu Taimiyah menyatakan
bahwa sebagian sahabat Nabi SAW melaksanakan talqin mayit, seperti Abu
Umamah Albahili, Watsilah bin al-Asqa’ dan lainnya. Sebagian pengikut
imam Ahmad menghukuminya sunnah. Yang benar, talqin hukumnya boleh dan
bukan merupakan sunnah. (Ibnu Taimiyah tidak menyebutnya bid’ah)
Dalam kitab AhkamTamannil Maut Muhammad bin Abdul Wahhab juga
meriwayatkan hadis tentang talqin dari Imam Thabrani dalam kitab Al
Kabir dari Abu Umamah.
Kelima, tentang ziarah ke makam Nabi SAW.
Dalam qasidah Nuniyyah (bait ke 4058) Ibnul Qayyim menyatakan bahwa
ziarah ke makam Nabi SAW adalah salah satu ibadah yang paling utama
“Diantara amalan yang paling utama dalah ziarah ini. Kelak menghasilkan
pahala melimpah di timbangan amal pada hari kiamat”.
Sebelumnya ia mengajarkan tata cara ziarah (bait ke 4046-4057).
Diantaranya, peziarah hendaklah memulai dengan sholat dua rakaat di
masjid Nabawi. Lalu memasuki makam dengan sikap penuh hormat dan
takdzim, tertunduk diliputi kewibawaan sang Nabi. Bahkan ia menggambarkan pengagungan tersebut dengan kalimat “Kita menuju makam
Nabi SAW yang mulia sekalipun harus berjalan dengan kelopak mata (bait
4048).
Hal ini sangat kontradiksi dengan pemandangan sekarang. Suasana
khusyu’ dan khidmat di makam Nabi SAW kini berubah menjadi seram.
Orang-orang bayaran wahhabi dengan congkaknya membelakangi makam Nabi
yang mulia. Mata mereka memelototi peziarah dan membentak-bentak mereka
yang sedang bertawassul kepada beliau SAW dengan tuduhan syirik dan
bid’ah. Tidakkah mereka menghormati jasad makhluk termulia di semesta
ini..? Tidakkah mereka ingat firman Allah “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan
janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras, sebagaimana
kerasnya suara sebagian kamu terhadap yang lain, supaya tidak hapus
(pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. “Sesungguhnya
orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah
orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi
mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS Al Hujarat, 49: 2-3).
Ke enam , Ibnu taymiyah dukung amalan nisfu syaban
IBNU TAIMIYAH MENGKHUSUSKAN AMALAN SOLAT PADA NISFU SYA’BAN & MEMUJINYA
Berkata Ibnu Taimiyah dalam kitabnya berjudul Majmuk Fatawa pada jilid 24 mukasurat 131 mengenai amalan Nisfu Sya’ban teksnya:
إذا صلَّى الإنسان ليلة النصف وحده أو في جماعة خاصة كما كان يفعل طوائف من المسلمين فهو: حَسَنْ
Ertinya: ” Apabila seorang itu menunaikan solat pada malam Nisfu
Sya’ban secara individu atau berjemaah secara KHUSUS sepertimana yang
dilakukan oleh sebilangan masyarakat Islam maka ianya adalah BAIK “.
IBNU TAIMIYAH MENGKHUSUSKAN AMALAN SOLAT NISFU SYA’BAN KERANA ADA HADITH MEMULIAKANNYA
Berkata Ibnu Taimiyah pada kitab Majmuk Fatawa jilid 24 juga pada mukasurat seterusnya 132 teksnya:
وأما ليلة النصف – من شعبان – فقد رُوي في فضلها أحاديث وآثار ، ونُقل
عن طائفة من السلف أنهم كانوا يصلون فيها، فصلاة الرجل فيها وحده قد تقدمه
فيه سلف وله فيه حجة (( فلا ينكر مثل هذا )) ، أما الصلاة جماعة فهذا مبني
على قاعدة عامة في الاجتماع على الطاعات والعبادات
Terjemahan kata Ibnu Taimiyah di atas:
” Berkenaan malam Nisfu Sya’ban maka telah diriwayatkan mengenai kemulian dan kelebihan Nisfu Sya’ban dengan hadith-hadith dan athar, dinukilkan dari golongan AL-SALAF (bukan wahhabi) bahawa mereka menunaikan solat khas pada malan Nisfu Sya’ban, solatnya seseorang pada malam itu secara berseorangan sebenarnya telahpun dilakukan oleh ulama Al-Salaf dan dalam perkara tersebut TERDAPAT HUJJAH maka jangan diingkari, manakala solat secara jemaah (pd mlm nisfu sya’ban) adalah dibina atas hujah kaedah am pada berkumpulnya manusia dalam melakukan amalan ketaatan dan ibadat” .
” Berkenaan malam Nisfu Sya’ban maka telah diriwayatkan mengenai kemulian dan kelebihan Nisfu Sya’ban dengan hadith-hadith dan athar, dinukilkan dari golongan AL-SALAF (bukan wahhabi) bahawa mereka menunaikan solat khas pada malan Nisfu Sya’ban, solatnya seseorang pada malam itu secara berseorangan sebenarnya telahpun dilakukan oleh ulama Al-Salaf dan dalam perkara tersebut TERDAPAT HUJJAH maka jangan diingkari, manakala solat secara jemaah (pd mlm nisfu sya’ban) adalah dibina atas hujah kaedah am pada berkumpulnya manusia dalam melakukan amalan ketaatan dan ibadat” .
IBNU TAIMIYAH MENGALAKKAN KITA MENGIKUT AS-SALAF YANG MENGKHUSUSKAN AMALAN PADA NISFU SYA’BAN
Berkata Ibnu Taimiyah dalam kitabnya berjudul Iqtido’ As-sirot Al-Mustaqim pada mukasurat 266 teksnya:
ليلة النصف مِن شعبان. فقد روي في فضلها من الأحاديث المرفوعة والآثار
ما يقتضي: أنها ليلة مُفضَّلة. وأنَّ مِن السَّلف مَن كان يَخُصّها
بالصَّلاة فيها، وصوم شهر شعبان قد جاءت فيه أحاديث صحيحة. ومِن العلماء من
السلف، من أهل المدينة وغيرهم من الخلف: مَن أنكر فضلها ، وطعن في
الأحاديث الواردة فيها، كحديث:[إن الله يغفر فيها لأكثر من عدد شعر غنم بني
كلب] وقال: لا فرق بينها وبين غيرها. لكن الذي عليه كثيرٌ مِن أهل العلم ؛
أو أكثرهم من أصحابنا وغيرهم: على تفضيلها ، وعليه يدل نص أحمد – ابن حنبل
من أئمة السلف – ، لتعدد الأحاديث الواردة فيها، وما يصدق ذلك من الآثار
السلفيَّة، وقد روي بعض فضائلها في المسانيد والسنن
Terjemahan kata Ibnu Taimiyah di atas:
((” Malam Nisfu Sya’ban. Telah diriwayatkan mengenai kemuliannya dari hadith-hadith Nabi dan kenyataan para Sahabat yang menjelaskan bahawa ianya adalah MALAM YANG MULIA dan dikalangan ulama As-Salaf yang MENGKHUSUSKAN MALAM NISFU SYA’BAN DENGAN MELAKUKAN SOLAT KHAS PADANYA dan berpuasa bulan Sya’ban pula ada hadith yang sahih. Ada dikalangan salaf, sebahagian ahli madinah dan selain mereka sebahagian dikalangan khalaf yang mengingkarinya kemuliannya dan menyanggah hadith-hadith yang diwaridkan padanya seperti hadith:
‘Sesungguhnya Allah mengampuni padanya lebih banyak dari bilangan bulu kambing bani kalb’ katanya mereka tiada beza dengan itu dengan selainnya, AKAN TETAPI DI SISI KEBANYAKAN ULAMA AHLI ILMU ATAU KEBANYAKAN ULAMA MAZHAB KAMI DAN ULAMA LAIN ADALAH MEMULIAKAN MALAM NISFU SYA’BAN, DAN DEMIKIAN JUGA ADALAH KENYATAAN IMAM AHMAD BIN HAMBAL DARI ULAMA AS-SALAF kerana terlalu banyak hadith yang dinyatakan mengenai kemulian Nisfu Sya’ban, begitu juga hal ini benar dari kenyataan dan kesan-kesan ulama As-Salaf, dan telah dinyatakan kemulian Nisfu Sya’ban dalam banyak kitab hadith Musnad dan Sunan “)).
Tamat kenyataan Ibnu Taimiyah dalam kitabnya berjudul Iqtido’ As-sirot Al-Mustaqim pada mukasurat 266.
Ke tujuh, Ibnu Taymiyah Bertobat dari aqidah sesat
Syeikhul Islam Imam Al-Hafiz As-Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqolany yang
hebat dalam ilmu hadith dan merupakan ulama hadith yang siqah dan pakar
dalam segala ilmu hadith dan merupakan pengarang kitab syarah kepada
Sohih Bukhari berjudul Fathul Bari beliau telah menyatakan kisah taubat
Ibnu taimiah ini serta tidak menafikan kesahihannya dan ianya diakui
olehnya sendiri dalam kitab beliau berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi ‘ayan
Al-Miaah As-Saminah yang disahihkan kewujudan kitabnya oleh ulama-ulama
Wahhabi. Kenyatan bertaubatnya Ibnu Taimiah dari akidah sesat tersebut
juga telah dinyatakan oleh seorang ulama sezaman dengan Ibnu Taimiah
iaitu Imam As-Syeikh Syihabud Din An-Nuwairy wafat 733H. (Imam
Ibnu Hajar Al-Asqolany,kitab : Ad-Durar Al-Kaminah Fi “ayan Al-Miaah
As-Saminah cetakan 1414H Dar Al-Jiel juzuk 1 m/s 148, dan Imam As-Syeikh
Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H :cetakan Dar Al-Kutub Al-Misriyyah
juzuk 32 m/s 115-116 dalam kitab berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun
Al-Adab )
Ke delapan , Ibnu Taimiyah Memuji Golongan Islam AL-ASYA’IRAH Manakala Semua Wahhabi Pula Mengkafirkan Al-Asya’irah
Berkata Syeikhul IslamWahhabi Ahmad Bin Taimiyah Al-Harrani mengenai golongan Islam iaitu Al-Asya’irah (teksnya):
” Manakala sesiapa yang melaknat ulama-ulama Al-Asya’irah maka si pelaknat itu hendaklah dihukum ta’zir dan kembali laknat itu kepada sesiapa yang melaknat Al-Asyairah juga sesiapa yang melaknat orang yang bukan ahli untuk dilaknat maka dialah yang perlu dilaknat, ulama adalah pendukong cabangan agama dan AL-ASYA’IRAH PULA ADALAH PENDUKONG DAN PEJUANG ASAS AGAMA ISLAM“.
Demikan kenyataan Ibnu Taimiyah mengenai Al-Asya’irah.
Teks Ibnu Taimiyah tersebut in arabic dalam kitabnya berjudul Majmuk Fatawa pada juzuk 4 mukasurat12:
وأما لعن العلماء لأئمة الأشعرية فمن لعنهم عزر. وعادت اللعنة عليه فمن
لعن من ليس أهلاً للعنة وقعت اللعنة عليه. والعلماء أنصار فروع الدين،
والأشعرية أنصار أصول الدين
Ke sembilan: Wahaby mensyariatkan Shalat Sunnah Tarawih 8
rekaat, padahal tidak ada satupun Imam Madzab Sunni yang mensyariatkan.
Pendapat jumhur ahlusunnah : mazhab Hanafi, Syafi’e dan
Hanbali: 20 rakaat (selain Sholat Witir) berdasarkan ijtihad Sayyiduna
Umar bin Khattab. Menurut mazhab Maliki: 36 rakaat berdasarkan ijtihad
Khalifah Umar bin Abd al-Aziz. Bahkan Ibnu taymiyah dan ibnu qayyim pun
berpendapat bahwa shalat tarawih 20 rekaat.
Sholat Qiyam Ramadhan (sholat pada malam bulan Ramadhan) dinamakan
Sholat Tarawih kerana sholat ini panjang dan banyak rakaatnya. Jadi,
orang yang mendirikannya perlu berehat. Rehat ini dilakukan selepas
mendirikan setiap 4 rakaat, kemudian mereka meneruskannya kembali
(sehingga 20 rakaat). Sebab itulah ia dipanggil Sholat Tarawih[4].
Ibn Manzhur menyebutkan di dalam Lisan al-Arab: “ اَلتَّرَاوِيحُ “
adalah jama’ (plural) “ تَرْوِيحَةٌ “, yang bermaksud “sekali
istirehat”, seperti juga “ تَسْلِيمَةٌ “ yang bermaksud “sekali salam”.
Dan perkataan “Tarawih” yang berlaku pada bulan Ramadhan dinamakan
begitu kerana orang akan beristirehat selepas mendirikan 4 rakaat[5].
Menurut pendapat jumhur iaitu mazhab Hanafi, Syafi’e dan
Hanbali: 20 rakaat (selain Sholat Witir) berdasarkan ijtihad Sayyiduna
Umar bin Khattab. Menurut mazhab Maliki: 36 rakaat berdasarkan ijtihad
Khalifah Umar bin Abd al-Aziz. Imam Malik dalam beberapa riwayat
memfatwakan 39 rakaat[6]. Walau bagaimana pun, pendapat yang masyhur
ialah mengikut pendapat jumhur.
Ke sepuluh : Ibnu Taymiyah dan Imam 4 madzab fatwakan khamr NAJIS
Data-data di atas adalah sekelumit dari hasil penelitian obyektif
pada kitab-kitab mereka sendiri, sekedar wacana bagi siapa saja yang
ingin mencari kebenaran. Mudah mudahan dengan mengetahui tulisan-tulisan
pendahulunya, mereka lebih bersikap arif dan tidak arogan dalam menilai
kelompok lain. (Ibnu KhariQ)
Referensi
- Majmu’ fatawa Ibn Taimiyah
- Qasidah Nuniyyah karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
- Iqtidha’ Shirathil Mustaqim karya Ibn Taimiyah cet. Darul Fikr
- Ar-Ruh karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, cet I Darul Fikr 2003
- Ahkam Tamannil Maut karya Muhammad bin Abdul Wahhab, cet. Maktabah
Saudiyah Riyadh Nasihat li ikhwanina ulama Najd karya Yusuf Hasyim Ar-Rifa’i
Diambil dari rubrik Ibrah, Majalah Dakwah Cahaya Nabawiy Edisi 60 Th. IV Rabi’ul Awwal 1429 H / April 2008 M dengan tambahan dari admin salafy tobat.
Lampiran-lampiran :
Lampiran ini ada 7 bagian :
1. Bukti wahaby ubah dan palsukan kitab ulama
2. Bukti wahaby palsukan kitab al-adzkar imam nawawi
3. Ibnu taymiyah : hadiah dzikir dan bacaan alqur’an pada mayyit sampai
4. Pemalsuan diwan syafei oleh website wahaby (almeyskat .com)
5. Ibnu taymiyah bertobat dari aqidah tajsim
6. Ibnu taymiyah Galakkan amalan maulid Nabi
7. Ibnu Taymiyah Fatwakan Khamr Najis
8. Ibnu taymiyah galakan talkin mayyit
9. Ibnu taymiyah galakan amalan nisfu sa’ban manakala wahaby mengkafirkannya
10. Ibnu taymiyah memuji kaidah aqidah asya’irah dalam salah satu jilid kitab
Majmu fatawa Ibnu taymiyah
11. Ibnu Taymiyah Taubat dari aqidah tajsim “Tuhan Duduk dan bertempat”
12. Ibnu Taymiyah dan imam hanafy, ahmad, syafii fatwakan Shalat tarawih 20 rekaat (selain witir)
dan imam maliki fatwakan shalat tarawih 36 rekaat (selain witir).
Lampiran ini ada 7 bagian :
1. Bukti wahaby ubah dan palsukan kitab ulama
2. Bukti wahaby palsukan kitab al-adzkar imam nawawi
3. Ibnu taymiyah : hadiah dzikir dan bacaan alqur’an pada mayyit sampai
4. Pemalsuan diwan syafei oleh website wahaby (almeyskat .com)
5. Ibnu taymiyah bertobat dari aqidah tajsim
6. Ibnu taymiyah Galakkan amalan maulid Nabi
7. Ibnu Taymiyah Fatwakan Khamr Najis
8. Ibnu taymiyah galakan talkin mayyit
9. Ibnu taymiyah galakan amalan nisfu sa’ban manakala wahaby mengkafirkannya
10. Ibnu taymiyah memuji kaidah aqidah asya’irah dalam salah satu jilid kitab
Majmu fatawa Ibnu taymiyah
11. Ibnu Taymiyah Taubat dari aqidah tajsim “Tuhan Duduk dan bertempat”
12. Ibnu Taymiyah dan imam hanafy, ahmad, syafii fatwakan Shalat tarawih 20 rekaat (selain witir)
dan imam maliki fatwakan shalat tarawih 36 rekaat (selain witir).
DI ATAS ADALAH COVER BAGI KITAB “HASYIYAH AL-ALLAMAH AS-SOWI ALA TAFSIR JALALAIN”
KARANGAN SYEIKH AHMAD BIN MUHAMMAD AS-SOWI ALMALIKY MENINGGAL
1241H. YANG TELAH DIPALSUKAN OLEH WAHHABI.CETAKAN DAR KUTUB ILMIAH
PADA TAHUN 1420H IAITU SELEPAS CETAKAN YANG ASAL TELAH PUN DIKELUARKAN
PADA TAHUN 1419H.
INI ISU KANDUNGAN DALAM KITAB YANG TELAH DIPALSUKAN:
ISI KITAB DI ATAS YANG TELAH DIPALSUKAN & TIDAK
BERSANDARKAN PADA NASKHAH YANG ASAL DAN DIUBAH PELBAGAI ISI KANDUNGAN
ANTARANYA PENGARANG KITAB TELAH MENYATAKAN WAHHABI ADALAH KHAWARIJ
KERANA MENGHALALKAN DARAH UMAT ISLAM TANPA HAK. TETAPI DIPALSUKAN OLEH
WAHHABI LANTAS DIBUANG KENYATAAN TERSEBUT. INI MERUPAKAN KETIDAK ADANYA
AMANAH DALAM ILMU AGAMA DISISI KESEMUA PUAK WAHHABI. NAH…! INILAH KITAB
TAFSIR TERSEBUT YANG ORIGINAL LAGI ASAL:
DI ATAS INI ADALAH COVER KITAB SYARHAN TAFSIR ALQURAN BERJUDUL “HASYIYAH AL-ALLAMAH AS-SOWI ALA TAFSIR JALALAIN”.KARANGAN SYEIKH AHMAD BIN MUHAMMAD AS-SOWI ALMALIKY MENINGGAL 1241H.CETAKAN INI ADALAH CETAKAN YANG BERSANDARKAN PADA NASKHAH KITAB TERSEBUT YANG ASAL.
DICETAK OLEH DAR IHYA TURATH AL-’ARABY. PERHATIKAN PADA BAHAGIAN BAWAH SEBELUM NAMA TEMPAT CETAKAN TERTERA IANYA ADALAH CETAKAN YANG BERPANDUKAN PADA ASAL KITAB.CETAKAN PERTAMA PADA TAHUN 1419H IAITU SETAHUN SEBELUM KITAB TERSEBUT DIPALSUKAN OLEH WAHHABI. INI ISI KANDUNGAN DALAM KITAB TERSEBUT PADA JUZUK 5 MUKASURAT 78:
DI ATAS INI ADALAH KENYATAAN SYEIKH AS-SOWI DARI KITAB ASAL MENGENAI WAHHABI DAN BELIAU MENYIFATKAN WAHHABI SEBAGAI KHAWARIJ YANG TERBIT DI TANAH HIJAZ. BELIAU MENOLAK WAHHABI BAHKAN MENYATAKAN WAHHABI SEBAGAI SYAITAN KERANA MENGHALALKAN DARAH UMAT ISLAM, MEMBUNUH UMAT ISLAM DAN MERAMPAS SERTA MENGHALALKAN RAMPASAN HARTA TERHADAP UMAT ISLAM.LIHAT PADA LINE YANG TELAH DIMERAHKAN.
Inilah Wahhabi. Bila ulama membuka pekung kejahatan mereka Wahhabi akan bertindak ganas terhadap kitab-kitab ulama Islam. Awas..sudah terlalu banyak kitab ulama Islam dipalsukan oleh Wahhabi kerana tidak sependapat dengan mereka. Semoga Allah memberi hidayah kepada Wahhabi dan menetapkan iman orang Islam.
Peluh yang mengalir, keringat menadah usaha pergi menuntut mutiara ilmu tidak akan kecapi serinya sekiranya apa yang dipelajari penuh dengan pengkhianatan dan hilang keaslianya.
Penipu…!!! Pembohong lagi sang penukar isi kandungan kitab-kitab ulama merupakan pengkhianat dan penjenayah yang wajib dihumban ke pintu-pintu neraka dunia ( jail )… Pengkhianat tersebut wataknya tidak asing lagi iaitu hero sekalian hero Iblis Syaiton yang celaka iaitu Wahhabi Dajjal…!… Demikian kata-kata yang terkeluar daripada seorang penuntut ilmu agama yang ikhlas apabila mengetahui kebanyakan isi kandungan kitab-kitab agama telah diubah, ditukar dan diputar belit tanpa amanah oleh sang Pengkhianat Wahhabi. BUKTINYA….
Dalam ratusan kitab ulama Islam antaranya yang telah di ubah oleh Sang Wahhabi adalah:
(Rujuk kenyataan kitab yang telah di scan di atas)
1- Kitab berjudul Al-Azkar karangan Imam Nawawi cetakan Dar Al-Huda di RIYADH SAUDI ARABIA
Tahun 1409H Sang Wahhabi mengubah tajuk yang asalnya ditulis oleh Imam Nawawi adalah FASAL PADA MENZIARAHI KUBUR RASUL SOLLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM wahhabi menukar kepada FASAL PADA MENZIARAHI MASJID RASULULLAH. Lihat perubahan yang amat ketara Wahhabi menukar pada tajuk besar dalam kitab tersebut dan juga isi kandungannya dibuang dan diubah. Mungkin bagi kanak-kanak hingus Wahhabi akan mengatakan.. “alaa..apa sangat tukarnya…sket jek”.
Saya ( Abu Syafiq ) katakan. Haza ‘indallahi ‘azhim. Perubahan yang dilakukan oleh sang Wahhabi adalah amat menyimpang disebaliknya motif dan agenda tertentu mengkafirkan umat Islam yang menziarahi maqam Nabi. Ditambah lagi isi kandungan dalam FASAL tersebut turut dihilangkan dan dibuang dari kitab tersebut dan kisah ‘Utby turut dihapuskan dalam FASAL tersebut.
Beginilah jadinya apabila kitab-kitab agama yang diterbitkan oleh tangan-tangan Wahhabi yang tidak amanah…pengkhianat agama Allah! Mereka turut menukar dan berubah kenyataan fakta dalam kitab Hasyiyah As-Syowy ‘Ala Tafsir Jalalain. Dan Sang Wahhabi turut membuang kenyataan pada FASAL yang khas dalam kitab Hasyiyah Ibnu ‘Abidin As-Syamy. Ini hanya secebis pengkhianatan sang Wahhabi merubah kesemua kitab-kitab agama mengikut hawa nafsu Yahudi mereka. Cara yang sama turut dilakukan oleh Wahhabi sekarang demi membangkitkan lagi fitnah dalam masyarakat Islam.
Akan datang…pembongkaran ilmiah.. Wahhabi ubah ayat Al-Quran dan Hadith dalam Sohih Bukhari…
3. WAHHABI KAFIRKAN TAHLIL&ZIKIR, Ibnu Taimiah Mengharuskan&Menggalakkannya Pula
BUKTI WAHHABI MENGKAFIRKAN AMALAN TAHLIL DAN ZIKIR MANAKALA IBNU TAIMIAH MENGALAKKAN PULA.
DI ATAS ADALAH KITAB IBNU TAIMIAH BERJUDUL MAJMUK FATAWA JILID 24 PADA MUKASURAT 324.
IBNU TAIMIAH DITANYA MENGENAI SESEORANG YANG BERTAHLIL, BERTASBIH,BERTAHMID,BERTAKBIR DAN MENYAMPAIKAN PAHALA TERSEBUT KEPADA SIMAYAT MUSLIM LANTAS IBNU TAIMIAH MENJAWAB AMALAN TERSEBUT SAMPAI KEPADA SI MAYAT DAN JUGA TASBIH,TAKBIR DAN LAIN-LAIN ZIKIR SEKIRANYA DISAMPAIKAN PAHALANYA KEPADA SI MAYAT MAKA IANYA SAMPAI DAN BAGUS SERTA BAIK.
IBNU TAIMIAH DITANYA MENGENAI SESEORANG YANG BERTAHLIL, BERTASBIH,BERTAHMID,BERTAKBIR DAN MENYAMPAIKAN PAHALA TERSEBUT KEPADA SIMAYAT MUSLIM LANTAS IBNU TAIMIAH MENJAWAB AMALAN TERSEBUT SAMPAI KEPADA SI MAYAT DAN JUGA TASBIH,TAKBIR DAN LAIN-LAIN ZIKIR SEKIRANYA DISAMPAIKAN PAHALANYA KEPADA SI MAYAT MAKA IANYA SAMPAI DAN BAGUS SERTA BAIK.
Manakala Wahhabi menolak dan menkafirkan amalan ini.
DI ATAS PULA ADALAH KITAB IBNU TAMIAH BERJUDUL MAJMUK FATAWA JUZUK 24 PADA MUKASURAT 324.
IBNU TAIMIAH DI TANYA MENGENAI SEORANG YANG BERTAHLIL 70000 KALI DAN MENGHADIAHKAN KEPADA SI MAYAT MUSLIM LANTAS IBNU TAIMIAH MENGATAKAN AMALAN ITU ADALAH AMAT MEMBERI MANAFAAT DAN AMAT BAIK SERTA MULIA.
IBNU TAIMIAH DI TANYA MENGENAI SEORANG YANG BERTAHLIL 70000 KALI DAN MENGHADIAHKAN KEPADA SI MAYAT MUSLIM LANTAS IBNU TAIMIAH MENGATAKAN AMALAN ITU ADALAH AMAT MEMBERI MANAFAAT DAN AMAT BAIK SERTA MULIA.
saya nukilkan dari kitab yang lain :
Ahmad bin Hambal dan para sahabat Syafi’i berpendapat bahwa hal itu sampai kepada si mayit.
Maka sebaiknya si pembaca setelah membacanya mengucapkan,”Ya Allah aku sampaikan seperti pahala
bacaanku ini kepada si fulan.”
Maka sebaiknya si pembaca setelah membacanya mengucapkan,”Ya Allah aku sampaikan seperti pahala
bacaanku ini kepada si fulan.”
Di dalam kitab “al Mughni” oleh Ibnu Qudamah disebutkan: Ahmad bin Hanbal mengatakan,
”Segala kebajikan akan sampai kepada si mayit berdasarkan nash-nash yang ada tentang itu,
karena kaum muslimin biasa berkumpul di setiap negeri kemudian membaca Al Qur’an dan menghadiahkannya bagi orang yang mati ditengah-tengah mereka dan tidak ada yang menentangnya, hingga menjadi kespekatan.”
”Segala kebajikan akan sampai kepada si mayit berdasarkan nash-nash yang ada tentang itu,
karena kaum muslimin biasa berkumpul di setiap negeri kemudian membaca Al Qur’an dan menghadiahkannya bagi orang yang mati ditengah-tengah mereka dan tidak ada yang menentangnya, hingga menjadi kespekatan.”
Tetapi amalan ini adalah amalan kufur disisi Wahhabi.
4). Bait Diwan Imam Syafe’i yang dihilangkan oleh wahabi ****
BAIT YANG HILANG DARI DIWAN IMAM SYAFI’I !
Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu.
4). Bait Diwan Imam Syafe’i yang dihilangkan oleh wahabi ****
BAIT YANG HILANG DARI DIWAN IMAM SYAFI’I !
فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا * فإني و حـــق الله إيـــاك أنــــصح
فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى * وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح
Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu.
Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf,
maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa.
Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih,
maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa.
Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih,
maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
[Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]
COBA DOWNLOAD DARI :
COBA DOWNLOAD DARI :
MAKA KALIMAT DI ATAS SUDAH HILANG !
BANDINGKAN DENGAN TERBITAN BEIRUT DAN DAMASKUS:
Dar al-Jil Diwan (Beirut 1974) p.34
Dar al-Kutub al-`Ilmiyya (Beirut 1986) p.48
Bahkan terbitan Dar el-mareefah juga dihilangkan:
http://www.4shared.com/file/37064910/c3ad321/Diwan_es-Safii.html?s=1
*INI MERUPAKAN
ARTIKEL ULANGAN DITAMBAH DENGAN SCAN KITAB YANG MERUPAKAN BUKTI KUKUH
OLEH TUAN BLOG ATAS KENYATAAN YANG DITULIS.SILA RUJUK ARTIKEL ASAL:
*TETAPI INI TIDAK MENOLAK PENTAKFIRAN ULAMA TERHADAP PEMBAWA
AKIDAH TAJSIM. KERANA GOLONGAN MUJASSIMAH TERKENAL DENGAN AKIDAH YANG
BERBOLAK-BALIK DAN AKIDAH YANG TIDAK TETAP DAN TIDAK TEGUH.HARAP FAHAM
SECARA BENAR DAN TELITI.
Oleh: abu_syafiq As-Salafy (012-285057
Assalamu3alaykum Ramai yang tidak mengkaji sejarah dan hanya menerima
pendapat Ibnu Taimiah sekadardari bacaan kitabnya sahaja tanpa
merangkumkan fakta sejarah dan kebenaran dengan telus dan ikhlas.
Dari sebab itu mereka (seperti Wahhabiyah) sekadar berpegang
dengan akidah salah yang termaktub dalam tulisan Ibnu Taimiah khususnya
dalam permasaalahan usul akidah berkaitan kewujudan Allah dan pemahaman
ayat ” Ar-Rahman ^alal Arasy Istawa”. Dalam masa yang sama mereka jahil
tentang khabar dan berita sebenar berdasarkan sejarah yang diakui oleh
ulama dizaman atau yang lebih hampir dengan Ibnu Taimiah yang sudah
pasti lebih mengenali Ibnu Taimiah daripada kita dan Wahhabiyah. Dengan
kajian ini dapatlah kita memahami bahawa sebenarnya akidah Wahhabiyah
antaranya :
1-Allah duduk di atas kursi.
2-Allah duduk dan berada di atas arasy.
3-Tempat bagi Allah adalah di atas arasy.
4-Berpegang dengan zohir(duduk) pada ayat “Ar-Rahman ^alal Arasy Istawa”.
5-Allah berada di langit.
6-Allah berada di tempat atas.
7-Allah bercakap dengan suara.
8-Allah turun naik dari tempat ke tempat dan selainnya daripada akidah kufur sebenarnya Ibnu Taimiah
1-Allah duduk di atas kursi.
2-Allah duduk dan berada di atas arasy.
3-Tempat bagi Allah adalah di atas arasy.
4-Berpegang dengan zohir(duduk) pada ayat “Ar-Rahman ^alal Arasy Istawa”.
5-Allah berada di langit.
6-Allah berada di tempat atas.
7-Allah bercakap dengan suara.
8-Allah turun naik dari tempat ke tempat dan selainnya daripada akidah kufur sebenarnya Ibnu Taimiah
telah bertaubat daripada akidah sesat tersebut dengan
mengucap dua kalimah syahadah serta mengaku sebagai pengikut Asyairah
dengan katanya “saya golongan Asy’ary”. (Malangnya Wahhabi mengkafirkan
golongan Asyairah, lihat buktinya :
Syeikhul Islam Imam Al-Hafiz As-Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqolany yang hebat dalam ilmu hadith dan merupakan ulama
hadith yang siqah dan pakar dalam segala ilmu hadith dan merupakan
pengarang kitab syarah kepada Sohih Bukhari berjudul Fathul Bari beliau
telah menyatakan kisah taubat Ibnu taimiah ini serta tidak menafikan
kesahihannya dan ianya diakui olehnya sendiri dalam kitab beliau
berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi ‘ayan Al-Miaah As-Saminah yang
disahihkan kewujudan kitabnya oleh ulama-ulama Wahhabi juga termasuk
kanak-kanak Wahhabi di Malaysia ( Mohd Asri Zainul Abidin).
Kenyatan bertaubatnya Ibnu Taimiah dari akidah sesat tersebut juga telah dinyatakan oleh seorang ulamasezaman dengan Ibnu Taimiah iaitu Imam As-Syeikh Syihabud Din An-Nuwairy wafat 733H. Ini penjelasannya :
Kenyatan bertaubatnya Ibnu Taimiah dari akidah sesat tersebut juga telah dinyatakan oleh seorang ulamasezaman dengan Ibnu Taimiah iaitu Imam As-Syeikh Syihabud Din An-Nuwairy wafat 733H. Ini penjelasannya :
Berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya berjudul
Ad-Durar Al-Kaminah Fi “ayan Al-Miaah As-Saminah cetakan 1414H Dar
Al-Jiel juzuk 1 m/s 148 dan Imam As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat
733H cetakan Dar Al-Kutub Al-Misriyyah juzuk 32 m/s 115-116 dalam kitab
berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab nasnya:
وأما تقي الدين فإنه
استمر في الجب بقلعة الجبل إلى أن وصل الأمير حسام الدين مهنا إلى الأبواب السلطانية في شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة ، فسأل السلطان في أمره وشفع فيه ، فأمر بإخراجه ، فأخرج في يوم الجمعة الثالث والعشرين من الشهر وأحضر إلى دار النيابة بقلعة الجبل ، وحصل بحث مع الفقهاء ، ثم اجتمع جماعة من أعيان العلماء ولم تحضره القضاة ، وذلك لمرض قاضي القضاة زين الدين المالكي ، ولم يحضر غيره من القضاة ، وحصل البحث ، وكتب خطه ووقع الإشهاد عليه وكتب بصورة المجلس مكتوب مضمونه : بسم الله الرحمن الرحيم شهد من يضع خطه آخره أنه لما عقد مجلس لتقي الدين أحمد بن تيمية الحراني الحنبلي بحضرة المقر الأشرف العالي المولوي الأميري الكبيري العالمي العادلي السيفي ملك الأمراء سلار الملكي الناصري نائب السلطنة المعظمة أسبغ الله ظله ، وحضر فيه جماعة من السادة العلماء الفضلاء أهل الفتيا بالديار المصرية بسبب ما نقل عنه ووجد بخطه الذي عرف به قبل ذلك من الأمور المتعلقة باعتقاده أن الله تعالى يتكلم بصوت ، وأن الاستواء على حقيقته ، وغير ذلك مما هو مخالف لأهل الحق ، انتهى المجلس بعد أن جرت فيه مباحث معه ليرجع عن اعتقاده في ذلك ، إلى أن قال بحضرة شهود : ( أنا أشعري ) ورفع كتاب الأشعرية على رأسه ، وأشهد عليه بما كتب خطا وصورته : (( الحمد لله ، الذي أعتقده أن القرآن معنى قائم بذات الله ، وهو صفة من صفات ذاته القديمة الأزلية ، وهو غير مخلوق ، وليس بحرف ولا صوت ، كتبه أحمد بن تيمية . والذي أعتقده من قوله : ( الرحمن على العرش استوى ) أنه على ما قاله الجماعة ، أنه ليس على حقيقته وظاهره ، ولا أعلم كنه المراد منه ، بل لا يعلم ذلك إلا الله تعالى ، كتبه أحمد بن تيمية . والقول في النزول كالقول في الاستواء ، أقول فيه ما أقول فيه ، ولا أعلم كنه المراد به بل لا يعلم ذلك إلا الله تعالى ، وليس على حقيقته وظاهره ، كتبه أحمد بن تيمية ، وذلك في يوم الأحد خامس عشرين شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة )) هذا صورة ما كتبه بخطه ، وأشهد عليه أيضا أنه تاب إلى الله تعالى مما ينافي هذا الاعتقاد في المسائل الأربع المذكورة بخطه ، وتلفظ بالشهادتين المعظمتين ، وأشهد عليه بالطواعية والاختيار في ذلك كله بقلعة الجبل المحروسة من الديار المصرية حرسها الله تعالى بتاريخ يوم الأحد الخامس والعشرين من شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة ، وشهد عليه في هذا المحضر جماعة من الأعيان المقنتين والعدول ، وأفرج عنه واستقر بالقاهرة
استمر في الجب بقلعة الجبل إلى أن وصل الأمير حسام الدين مهنا إلى الأبواب السلطانية في شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة ، فسأل السلطان في أمره وشفع فيه ، فأمر بإخراجه ، فأخرج في يوم الجمعة الثالث والعشرين من الشهر وأحضر إلى دار النيابة بقلعة الجبل ، وحصل بحث مع الفقهاء ، ثم اجتمع جماعة من أعيان العلماء ولم تحضره القضاة ، وذلك لمرض قاضي القضاة زين الدين المالكي ، ولم يحضر غيره من القضاة ، وحصل البحث ، وكتب خطه ووقع الإشهاد عليه وكتب بصورة المجلس مكتوب مضمونه : بسم الله الرحمن الرحيم شهد من يضع خطه آخره أنه لما عقد مجلس لتقي الدين أحمد بن تيمية الحراني الحنبلي بحضرة المقر الأشرف العالي المولوي الأميري الكبيري العالمي العادلي السيفي ملك الأمراء سلار الملكي الناصري نائب السلطنة المعظمة أسبغ الله ظله ، وحضر فيه جماعة من السادة العلماء الفضلاء أهل الفتيا بالديار المصرية بسبب ما نقل عنه ووجد بخطه الذي عرف به قبل ذلك من الأمور المتعلقة باعتقاده أن الله تعالى يتكلم بصوت ، وأن الاستواء على حقيقته ، وغير ذلك مما هو مخالف لأهل الحق ، انتهى المجلس بعد أن جرت فيه مباحث معه ليرجع عن اعتقاده في ذلك ، إلى أن قال بحضرة شهود : ( أنا أشعري ) ورفع كتاب الأشعرية على رأسه ، وأشهد عليه بما كتب خطا وصورته : (( الحمد لله ، الذي أعتقده أن القرآن معنى قائم بذات الله ، وهو صفة من صفات ذاته القديمة الأزلية ، وهو غير مخلوق ، وليس بحرف ولا صوت ، كتبه أحمد بن تيمية . والذي أعتقده من قوله : ( الرحمن على العرش استوى ) أنه على ما قاله الجماعة ، أنه ليس على حقيقته وظاهره ، ولا أعلم كنه المراد منه ، بل لا يعلم ذلك إلا الله تعالى ، كتبه أحمد بن تيمية . والقول في النزول كالقول في الاستواء ، أقول فيه ما أقول فيه ، ولا أعلم كنه المراد به بل لا يعلم ذلك إلا الله تعالى ، وليس على حقيقته وظاهره ، كتبه أحمد بن تيمية ، وذلك في يوم الأحد خامس عشرين شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة )) هذا صورة ما كتبه بخطه ، وأشهد عليه أيضا أنه تاب إلى الله تعالى مما ينافي هذا الاعتقاد في المسائل الأربع المذكورة بخطه ، وتلفظ بالشهادتين المعظمتين ، وأشهد عليه بالطواعية والاختيار في ذلك كله بقلعة الجبل المحروسة من الديار المصرية حرسها الله تعالى بتاريخ يوم الأحد الخامس والعشرين من شهر ربيع الأول سنة سبع وسبعمائة ، وشهد عليه في هذا المحضر جماعة من الأعيان المقنتين والعدول ، وأفرج عنه واستقر بالقاهرة
Saya terjemahkan beberapa yang penting dari nas dan kenyataan tersebut:
1- ووجد بخطه الذي عرف به قبل ذلك من
الأمور المتعلقة باعتقاده أن الله تعالى يتكلم بصوت ،
وأن الاستواء على حقيقته ، وغير ذلك مما هو مخالف لأهل الحق
Terjemahannya: “Dan para ulama telah mendapati skrip yang
telah ditulis oleh Ibnu Taimiah yang telahpun diakui akannya sebelum itu
(akidah salah ibnu taimiah sebelum bertaubat) berkaitan dengan
akidahnya bahawa Allah ta’ala berkata-kata dengan suara, dan Allah
beristawa dengan erti yang hakiki (iaitu duduk) dan selain itu yang
bertentangan dengan Ahl Haq (kebenaran)”.
Saya mengatakan : Ini adalah bukti dari para ulama islam di
zaman Ibnu Taimiah bahawa dia berpegang dengan akidah yang salah sebelum
bertaubat daripadanya antaranya Allah beristawa secara hakiki iaitu
duduk. Golongan Wahhabiyah sehingga ke hari ini masih berakidah dengan
akidah yang salah ini iaitu menganggap bahawa Istiwa Allah adalah hakiki
termasuk Mohd Asri Zainul Abidin yang mengatakan istawa bermakna duduk
cuma bagaimana bentuknya bagi Allah kita tak tahu. lihat dan dengar
sendiri Asri sandarkan DUDUK bagi Allah di :
6). Ibnu taymiyah Pun Mendukung Maulid Nabi
7). Ibnu Taymiyah Fatwakan Khamr adalah Najis
Jumhur ulama, termasuk imam yang empat (Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i, dan Ahmad rahimahumullah)berpendapat bahwa khamr adalah najis. Dan ini dibenarkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Syaikh Muhammad abduh, yusuf Qardawi dan semua Ulama sunni…
dalam fiqh syafeiyah :
Jumhur ulama, termasuk imam yang empat (Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i, dan Ahmad rahimahumullah)berpendapat bahwa khamr adalah najis. Dan ini dibenarkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Syaikh Muhammad abduh, yusuf Qardawi dan semua Ulama sunni…
dalam fiqh syafeiyah :
wadah itu kena hukum haram.
- wajib menyucikan diri darinya dan wajib mencuci pakaian atau badan yang terkena khamr.
untuk jelasnya :
Mari kita lihat tentang Bab Najis.
- wajib menyucikan diri darinya dan wajib mencuci pakaian atau badan yang terkena khamr.
untuk jelasnya :
Mari kita lihat tentang Bab Najis.
1. Dalam kitab “ihya ulumuddin” jilid I/458, Bab “Rahasia Bersuci”, Bagian pertama “tentang bersucidaripada najis”.
Segi pertama : Mengenai apa yang dihilangkan Yang dihilangkan adalah najis
Segi pertama : Mengenai apa yang dihilangkan Yang dihilangkan adalah najis
Benda itu tiga : benda tidak bernyawa (jamaadat), hewan dan bahagian-bahagian daripada badan hewan.
Adapun benda yang tidak bernyawa : maka semuanya suci selain khamr dan
tiap-tiap yang berasal dari buah anggur kering yang memabukan.
Hewan itu semuanya suci, selain anjing, babi dan anak dari keduanya atau salah satu dari keduanya.
Apabila hewan itu mati, maka najis semuanya, kecuali lima : manusia, ikan, belalang, ulat buah-buahan.
Dan dipandang seperti itu, tiap-tiap makanan yang
berubah.tiap-tiap yang tidak mempunyai darah yang mengalir, seperti
lalat, lipas dan lain-lain, maka tidaklah najis air jatuhnya ke dalam
air. (kitab “ihya ulumuddin” jilid I/458, Bab “Rahasia
Bersuci”, Bagian pertama “tentang bersuci dari pada najis”, pustaka
nasional, singapura, 1988)
2. Fiqh syafei, jilid I halaman 23, Bab Najis dan Tafsir Muhammad Abduh
(saya ringkas karena dalil dan penjelasannya sangat banyak)….
Najis ada tiga :
1. Najis Mughaladhah (najis yang tebal/berat) seperti anjing, babi, anak dari keduanya
2. Najis mukhaffafah, artinya najis yang ringan seperti kencing bayi yang belum makan (masih menyusu)
3. Najis mutawasittah, artinya najis yang pertengahan…(khamr masuk dibagian ini…)
Bagian 3. Najis mutawasittah, artinya najis yang pertengahan
(saya ringkas karena dalil dan penjelasannya sangat banyak)….
Najis ada tiga :
1. Najis Mughaladhah (najis yang tebal/berat) seperti anjing, babi, anak dari keduanya
2. Najis mukhaffafah, artinya najis yang ringan seperti kencing bayi yang belum makan (masih menyusu)
3. Najis mutawasittah, artinya najis yang pertengahan…(khamr masuk dibagian ini…)
Bagian 3. Najis mutawasittah, artinya najis yang pertengahan
Adapun najis mutawasittah terbagi menjadi dua, yaitu ainiyah (yang kelihatan mata) dan hukmiyah
(yang tidak kelihatan mata).Contoh Najis hukmiyah (yang tidak
kelihatan) yaitu kencing (baul) orang dewasa yang sudah kering, yang
salah satu sifatnya tidak didapati lagi. Maka cara mensucikannya
cukuplah dengan melakukan (menumpahkan) air keatasnya sekali sahaja,
wadah khamr yang sudah kering termasuk najis hukmiyah, cara
menghilangkannya cukup menyiramkan air satu kali Sedang cara mensucikan
najis ainiyah itu ialah dengan jalan membasuh yang menghilangkan
sifat-sifat najis tersebut. Tetapi apabila keduanya bau dan warna itu masih tinggal belumlah dinamakan suci.
Adapun macam-macam najis mutawasittah itu ialah :
1. Kencing (baul) orang dewasa
2. ghaith (tahi), juga tahi burung, ikan, belalang, tau tahi binatang yang tak berdarah mengalir.
3. Darah
4. nanah
5.Muntah
6. Mazi
7.Madi
8. Mayat/bangkai (selain mayat belalang, ikan dan manusia)
9. Air luka
10. Susu binatang yang haram dimakan dagingnya kecuali susu manusia.
11. Daging yang dipotong selagi hidup.
12. Khamr (arak) atau minuman yang memabukan.
Khamr menurut imam syafei adalah najis berdasarkan ayat di bawah ini :
“sesungguhnya arak, judi, berhala dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan kotor
2. ghaith (tahi), juga tahi burung, ikan, belalang, tau tahi binatang yang tak berdarah mengalir.
3. Darah
4. nanah
5.Muntah
6. Mazi
7.Madi
8. Mayat/bangkai (selain mayat belalang, ikan dan manusia)
9. Air luka
10. Susu binatang yang haram dimakan dagingnya kecuali susu manusia.
11. Daging yang dipotong selagi hidup.
12. Khamr (arak) atau minuman yang memabukan.
Khamr menurut imam syafei adalah najis berdasarkan ayat di bawah ini :
“sesungguhnya arak, judi, berhala dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan kotor
(keji : rijsun), ia termasuk pekerjaan setan, oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhinya”. (Al-maidah, ayat 90)
Berkata imam zujaj : “Rijis pada lughat, ialah nama bagi tiap apa yang kotor (keji) dari pekerjaanmaupun perbuatan. Dan sesungguhnya didalam al-qur’an disebutkan banyak ayat yang mengenai “najis” yang tidak ada tempat yang nyata padanya “kotoran menurut hissi (perasaan)”, hanya tersebut dalam firman Allah : “Katakanlah wahai Muhammad SAW : Tidak aku peroleh pada yang diturunkan kepadaku sesuatu makananyang diharamkan atas orang yang memakannya, kecuali bangkai, darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya itu barang yang keji (najis : rijsun) atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. (Al- an’am ayat 145)(Tafsir Muhammad Abduh, juz 7 hal. 57)
Berkata imam zujaj : “Rijis pada lughat, ialah nama bagi tiap apa yang kotor (keji) dari pekerjaanmaupun perbuatan. Dan sesungguhnya didalam al-qur’an disebutkan banyak ayat yang mengenai “najis” yang tidak ada tempat yang nyata padanya “kotoran menurut hissi (perasaan)”, hanya tersebut dalam firman Allah : “Katakanlah wahai Muhammad SAW : Tidak aku peroleh pada yang diturunkan kepadaku sesuatu makananyang diharamkan atas orang yang memakannya, kecuali bangkai, darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya itu barang yang keji (najis : rijsun) atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. (Al- an’am ayat 145)(Tafsir Muhammad Abduh, juz 7 hal. 57)
Sedangkan menurut ahli usul : memakaikan satu kalimat untuk seluruh makna adalah dibolehkan.
Oleh sebab itu Babi maupun Khamr disebut diatas dapat diartikan “keji
(rijsun)” dan dalam kata-katakeji itu termasuk najis, baik menurut
maknanya maupun menurut hissi.
Dengan demikian larangan memakan atau meminumnya, bukan hanya arak/khamr memabukan atau mengandungcacing pita yang tidak dapat mati karena api, tetapi juga karena kedua-duanya adalah NAJIS. Berkata Imam Ar-Raghib : ” Najis itu adalah sesuatu yang kotor, yang dapat ditinjau dari empat segi.Adakalanya dari segi tabiat (sifatnya), adakalanya dari segi akal, adakalanya dari segi syarat, dan adakalanya dari semua segi diatas. Seperti mayat. Maka sesungguhnya mayat itu dipandang jijik menurut tabiat, nafsu,akal dan menurut syarat. Sedang judi dan Khamr dipandang NAJIS DARI SEGI SYARAT. (Tafsiran Muhammad Abduh, juz 7 halaman 158 ) dan (Fiqh syafei, jilid I/26,Bab Najis,Pustaka Antara,Kuala Lumpur,1989).
Dengan demikian larangan memakan atau meminumnya, bukan hanya arak/khamr memabukan atau mengandungcacing pita yang tidak dapat mati karena api, tetapi juga karena kedua-duanya adalah NAJIS. Berkata Imam Ar-Raghib : ” Najis itu adalah sesuatu yang kotor, yang dapat ditinjau dari empat segi.Adakalanya dari segi tabiat (sifatnya), adakalanya dari segi akal, adakalanya dari segi syarat, dan adakalanya dari semua segi diatas. Seperti mayat. Maka sesungguhnya mayat itu dipandang jijik menurut tabiat, nafsu,akal dan menurut syarat. Sedang judi dan Khamr dipandang NAJIS DARI SEGI SYARAT. (Tafsiran Muhammad Abduh, juz 7 halaman 158 ) dan (Fiqh syafei, jilid I/26,Bab Najis,Pustaka Antara,Kuala Lumpur,1989).
3. Menurut Prof Dr alQaradawi Khamr adalah Najis
Ini juga pendapat Prof Dr alQaradawi dlm Fatawa Mua\’asirat.Perbahasan ulama\’ dalam bab najis sebenarnyatertumpu pada khamar bukan alkohol (anNawawi, alMajmoo\’: 2/516).
Ini juga pendapat Prof Dr alQaradawi dlm Fatawa Mua\’asirat.Perbahasan ulama\’ dalam bab najis sebenarnyatertumpu pada khamar bukan alkohol (anNawawi, alMajmoo\’: 2/516).
4. Menurut Lembaga Fatwa Al-AzharKhamr adalah Najis Lembaga
Fatwa Al-Azhar berpendapat bahawa alkohol (yang hukan dari industry
khamr) itu tidak najis manakala arak tetap najis. Setelah membincangkan
perkara ini dengan panjang lebar maka jawatankuasa mengambil keputusan
bahawa minuman ringan yang dibuat sama caranya dengan arak adalah haram.
Alkohol yang terjadi sampingan dalam proses pembuatan makanan tidak najis dan boleh di makan.
Alkohol yang terjadi sampingan dalam proses pembuatan makanan tidak najis dan boleh di makan.
Ubat-ubatan dan pewangi yang ada kandungan alkohol adalah
harus dan dimaafkan. Berdasarkan fatwa dari Sheikh Atiyyah Saqr, Mesir,
alkohol yang terdapat dalam minyak wangi tidak menghalang dari sahnya
sembahyang.Menurutnya, alkohol tersebut tidak najis kerana ia bukan
digunakan untuk dijadikan minuman keras.
5. JAKIM – MALAYSIA DAN MUI (Majelis Ulama Indonesia) – Indonesia
Khamr adalah haram dan NAJIS. Sedangkan alcohol yang bukan berasal dari
industri khamr adalah suci,tetapi jika ia dimasukan dengan sengaja ke
dalam suatu minuman maka minuman itu haram hukumnya.
maaf kami sekedar membuktikan fatwa aliran wahaby bahwa khamr itu suci
adalah fatwa menyesatkan…dan sengaja diperuncing untuk memecah belah
barisan sunni….waspadalah… hukum khamr iaitu najis
mutasawittah, baru kita membahas mengenai alkohol dengan lebih
berhati-hati (terutama copy paste dari situs-situs wahaby)
_________________________________________
Pendapat sesat wahaby :
Asy-Al-Albani, dan Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin , bin Baz
lihat kata-kata albany :
Syaikh Al-Albani berkata dalam Tamamul Minnah hal. 55 dan As-shahihah (5/460)
rujuk : http://www.ikhwan_interaktif.com/islam/?pilih=news&aksi=lihat&id=1733
dan artikel sesat wahaby indonesia : Abu Abdillah Muhammad Al-Makassari
http://asy-syariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=311
Pendapat sesat wahaby :
Asy-Al-Albani, dan Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin , bin Baz
lihat kata-kata albany :
Syaikh Al-Albani berkata dalam Tamamul Minnah hal. 55 dan As-shahihah (5/460)
rujuk : http://www.ikhwan_interaktif.com/islam/?pilih=news&aksi=lihat&id=1733
dan artikel sesat wahaby indonesia : Abu Abdillah Muhammad Al-Makassari
http://asy-syariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=311
mereka menghukumi khamr adalah suci!
mereka mengaburkan pengertian alkohol dan khamr sehingga seolah-olah semua alkohol adalah khamr…
mereka mengaburkan pengertian alkohol dan khamr sehingga seolah-olah semua alkohol adalah khamr…
hati-hatilah!
______________
mana alkohol yang tergolong KHamr?
mungkin ini sedikit menjelaskan :
______________
mana alkohol yang tergolong KHamr?
mungkin ini sedikit menjelaskan :
Fatwa MUI Indonesia dan JAKIM Malaysia :
alcohol yang bukan berasal dari industri khamr adalah suci, tetapi jika ia dimasukan dengan sengaja ke dalam suatu minuman maka minuman itu haram hukumnya. lebih jelasnya :
10. Wahaby mensyariatkan Shalat Sunnah Tarawih 8 rekaat, padahal tidak ada satupun Imam Madzab Sunni yang mensyariatkan
Menurut pendapat jumhur iaitu mazhab Hanafi, Syafi’e dan Hanbali: 20 rakaat (selain Sholat Witir) berdasarkan ijtihad Sayyiduna Umar bin Khattab. Menurut mazhab Maliki: 36 rakaat berdasarkan ijtihad Khalifah Umar bin Abd al-Aziz. Imam Malik dalam beberapa riwayat memfatwakan 39 rakaat[6].
Walau bagaimana pun, pendapat yang masyhur ialah mengikut pendapat jumhur bahkan ibnu taymiyah juga tarawih 20 rekaat!!!. Lihat dalam kitab fiqh 4 madzab dibawah ini :
Dalam Kitab “shalat tarawih 20 rekaat karya mufti mesir juga disebutkan seperti diatas :
Di Sisi Syafeiyyah bilangan raka’at terawih adalah 20 rakaat dan bukan 8 sebgaimana yang digembar-gemburkan oleh Mutasyaddid(pelampau) wahabi !
Didalam muka surat ini pula dijelaskan kenyataan Ibnu Hajar yang menyatakan di sisi kami selain ahli Madinah adalah 20 raka’at.sementara Ahli Madinah melakukan mereka itu dengan 36 raka’at.
Ibnu Taymiyah yang katanya imam badwi Najd wahaby juga fatwakan tarawih 20 rekaat :
Bacalah sendiri penulisan Dr Ali Juma’ah tantang terawih .Nak terjemahkan kurang masa.
Walaubagaimana pun telah ana jelaskan dalam tajuk Terawih 20 rakaat.
Didalam penulisan Dr Ali Jumaah juga menyatakan Ibnu Taimiyyah yang
didokong oleh golongan MUTASYADDID (pelampau) juga memfatwakan bilangan
rakaat terawih 20 rakaat. Untuk dalil-dalil dalam perkara ini lihat pada
artikel ini di bagian pertama.
http://salafytobat.wordpress.com/2009/09/04/fitnah-dan-bid%E2%80%99ah-wahaby-salafy-palsu-di-bulan-ramadhan-1/
_______________
(KLIK SAJA !)
Juga JANGAN LEWATKAN Download kitab aqidah ahlusunnah (dalam bahasa indonesia) :
Download kitab aqidah ahlusunnah (dalam bahasa indonesia) : DOWNLOAD KITAB ALHUSUNNAH (KLIK SAJA!)
ATAU : http://darulfatwa.org.au/content/category/4/14/153/
(KLIK SAJA !) ATAU: http://darulfatwa.org.au/languages/Malaysian/Ahlussunah.pdf Juga JANGAN LEWATKAN
sumber: http://salafytobat.wordpress.com/2008/07/16/ibnu-taimiyah-membungkam-wahhabi/