Imam Muhammad Baqir as: “Orang yang mencari ilmu dengan tujuan mendebat ulama (lain), mempermalukan orang-orang bodoh atau mencari perhatian manusia, maka bersiap-siaplah untuk menempati neraka. Kepemimpinan tidak berhak dimiliki kecuali oleh ahlinya”.
LAKUKAN SEKECIL APAPUN YANG KAU BISA UNTUK BELIAU AFS, WALAU HANYA MENGUMPULKAN TULISAN YANG TERSERAK!

فالشيعة هم أهل السنة

Jumat, 15 Juli 2011

Ayatullah Behjat, Manifestasi Penghambaan Sejati

Dunia Islam dirundung duka atas kepergian sosok ulama agung. Ia adalah manifestasi orang-orang arif yang oleh Rasulullah Saw disebut sebagai para pewaris nabi-nabi. Mereka telah meninggalkan warisan ilmu dan akhlak yang jika seseorang mengetahui nilainya, maka ia akan mendapatkan banyak manfaat. 

Ungkapan indah ini dikemukakan oleh para auliya Allah bahwa para malaikat akan membentangkan sayapnya di bawah kaki para pencari ilmu. Ungkapan tersebut membuktikan betapa tinggi nilai ilmu dan para pencarinya menurut agama Islam. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membantu manusia untuk mengetahui dunia eksistensinya, dan yang mampu menunjukkan jalan untuk mengenal Allah swt Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Dengan bantuan ilmu pengetahuan, manusia akan mampu mengembangkan potensi dan kreatifitasnya serta menyingkap berbagai rahasia alam. 

Menurut pandangan Islam, ilmu pengetahuan merupakan kunci untuk membuka pintu makrifat. Islam mendefinisikan ilmu pengetahuan sebagai cahaya serta kebodohan sebagai kegelapan. Dalam Islam, para ulama bertakwa ibarat matahari yang pancaran ilmu pengetahuannya menyinari dunia dan tinta pena mereka lebih mulia dari darah para pejuang di jalan Allah Swt. Ayat kesembilan surat az-Zumar membuktikan keagungan posisi para ulama dalam Islam. 

Allah Swt berfirman yang artinya: 
"Ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." 
Menurut perspektif para sosiolog, akal, ilmu dan agama, merupakan faktor penting esensial dan pertumbuhan masyarakat. Karena prinsip budaya sebuah masyarakat juga sangat terkait dengan logika, agama, dan pengetahuannya. Pada intinya, struktur budaya yang dibina oleh para ulama dan cendikiawan merupakan prinsip dan identitas sebuah masyarakat. Oleh sebab itu, peran ulama dan cendikiawan dalam perkembangan budaya dan etika manusia tidak dapat dipungkiri. 

Para ulama yang komitmen merupakan kebanggaan ilmiah dan agama bagi umat manusia di sepanjang masa. Meski menghadapi berbagai fluktuasi dalam sejarah, namun karya-karya mereka tetap bersinar. Perjuangan ilmiah dan pembinaan diri di satu sisi, serta partisipasi dalam masyarakat dan bersama melangkah dengan masyarakat di satu sisi, menjadi faktor yang menunjung tinggi posisi para ulama. Para cendikiawan agama yang melakukan riset selama bertahun-tahun, juga memiliki keistimewaan. Gaya hidup yang sederhana, juga semakin menambah daya tarik diri mereka dan mereka pula yang memulai meniti perjalanan menuju kebenaran. 

Kondisi eksistensi manusia dirancang sedemikian Allah swt sehingga jika tidak mendapatkan bimbingan spiritualitas, maka dengan cepat ia akan terjerumus dalam kesesatan dan kefasadan. Tanpa spiritualitas, kemilau materalisme akan dengan cepat menyimpangkan jalan manusia. Ulama yang bertakwa selalu memikirkan kebahagiaan manusia dan berusaha membersihkan jiwa mereka dari urusan duniawi dengan sairus-suluk keirfanan. Mereka mengerahkan seluruh daya untuk menyelamatkan dan mengislah masyarakat. Kejujuran berucap dan beramal akan dengan mudah meresap dalam hati audien. 

Al-Quran menyebutkan bahwa Allah Swt akan mengangkat derajat orang-orang yang mencari ilmu. Adapun Rasulullah Saw dalam hal ini bersabda: "Bahkan menatap wajah ulama merupakan sebuah ibadah." Imam Baqir as mengatakan, "Ketika kamu duduk dengan ulama, maka kamu harus rakus untuk mendengar daripada berbicara. Karena selain belajar untuk berbicara dengan baik, kalian juga belajar untuk mendengar dengan baik. Dan jangan kamu putus perkataan orang." 

Dengan kata lain, para ulama dan cendikiawan agama, berperan sebagai dokter yang peduli dan selalu berusaha untuk mengantisipasi serta menyembuhkan penyakit jiwa dan akhlak masyarakat. Sayyidah Fatimah as, mengutip hadis dari Rasulullah Saw dan mengatakan, "Para hari kiamat kelak, kepada para ulama pengikut kami akan dikenakan busana yang sangat indah sesuai dengan perluasan ilmu mereka dan berdasarkan upaya mereka dalam membimbing hamba-hamba Allah Swt." 

Ayatullah Behjat termasuk di antara para ulama besar dari sisi ilmu pengetahuan dan irfan. Di balik aura ilmiah dan kefakihannya, Ayatullah Behjat memiliki dunia makrifat irfani yang lembut dalam perjalanan menuju Allah Swt. Di medan amal, Ayatullah Behjat ibarat lilin yang menerangi hati manusia-manusia yang mencari kesempurnaan dan kebahagiaan akhirat. Menurut Presiden Republik Islam Iran, Doktor Mahmoud Ahmadinejad, "Ayatullah Behjat merupakan simbol kecintaan ilahi dan hubungan dengan Allah. Kehidupan beliau dipenuhi dengan cahaya." 

Prosesi pemakaman Ayatullah Behjat berlangsung dengan dihadiri jutaan warga yang terpesona terhadap ilmu dan ketakwaan beliau. Fenomena ini sekaligus membuktikan kecintaan warga Iran terhadap para ulama yang bertakwa dan pejuang. Selain itu, juga menjadi bukti penghormatan masyarakt Iran terhadap manusia-manusia yang telah melewati setiap detik dalam hidup mereka untuk mencari ilmu dan membimbing masyarakat. Di sisi lain, hubungan erat antara masyarakat dan para ulama merupakan bukti bahwa dalam Islam ulama bukan hanya berperan sebagai penonton fenomena dan peristiwa dalam masyarakat saja. Melainkan mereka adalah pelita bimbingan masyarakat yang berpartisipasi secara konstruktif dalam masyarakat dan membenahi berbagai ketimpangan. Mereka selalu bersama-sama dengan masyarakat dalam melawan kezaliman dan despotisme, serta menyerukan kebenaran, keadilan, dan kebebasan. Penempaan diri telah membuat para ulama memiliki jiwa yang bebas dan tidak merasa berutang budi terhadap para penguasa dan para pemilih kekayaan. 

Ayatullah Behjat menghabiskan sebagian besar waktu dalam hidupnya untuk belajar, mengajar, dan mendidik murid-murid yang bertakwa. Para muridnya menilai Ayatullah Behjat sebagai kekayaan Allah Swt di bumi dan manifestasi sempurna dari hamba yang saleh. Almarhum Ayatullah Meshkini mengatakan, "Ayatullah Behjat selain memiliki derajat yang tinggi di bidang ilmu fiqih Syiah, juga memiliki ketakwaan, kesempunaan, dan kemuliaan jiwa yang lebih tinggi dari yang dapat dimanfaatkan oleh para guru. Dan dari sisi derajat, kita semua harus memandang beliau seperti bintang di angkasa." 

Ayatullah Behjat adalah cermin berkilau dari kehidupan perjuangan menuju hakikat dan Allah Swt. Beliau merupakan manifestasi ulama yang mewarisi agama dan hakikat ajaran para nabi. (IRIB)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...