Imam Muhammad Baqir as: “Orang yang mencari ilmu dengan tujuan mendebat ulama (lain), mempermalukan orang-orang bodoh atau mencari perhatian manusia, maka bersiap-siaplah untuk menempati neraka. Kepemimpinan tidak berhak dimiliki kecuali oleh ahlinya”.
LAKUKAN SEKECIL APAPUN YANG KAU BISA UNTUK BELIAU AFS, WALAU HANYA MENGUMPULKAN TULISAN YANG TERSERAK!

فالشيعة هم أهل السنة

Senin, 28 November 2011

Menolak Pandangan Sesat Wahhabiy Pengikut Ibn Taymiyyah: "Hadist Safinah Dha'if"

Kebiasaan musuh-musuh Ahlulbait as. adalah mendustakan hadis-hadis sahih keutamaan mereka. Sikap dan kegemaran Neo Nawashib/Salafi/Wahhabi dalam mendha’ifkan hadis-hadis shahih adalah bukti nyata antipati mereka terhadap Ahlulbait Nabi as.

Hadis Safinah (Perumpamaan Ahlul Bait Seperti Kapal Nabi Nuh as) salah satu hadis yang mereka cacat!

Marilah kita telaah pencacatan mereka dan sanggahan kami.

Hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu:
مَثَلُ أَهْلِ بَيْتِي مَثَلُ سَفِيْنَةِ نُوْحٍ مَنْ رَكِبَهَا نَجَا وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا غَرَقَ

(Perumpamaan Ahlul Bait-ku seperti kapal Nabi Nuh, barangsiapa yang menaikinya pasti dia selamat dan barangsiapa yang enggan untuk menaikinya, maka dia akan tenggelam (binasa).”

Keterangan:

Hadits ini dha’if (lemah) walaupun diriwayatkan dari beberapa sanad (jalan). Beberapa ulama pakar hadits seperti Al-Imam Yahya bin Ma’in, Al-Bukhari, An-Nasaa`i, Ad-Daruquthni, Adz-Dzahabi dan beberapa ulama yang lainnya telah mengkritik beberapa rawi (periwayat) hadits tersebut. (Lihat Silsilah Adh-Dha’ifah no.4503 karya Asy-Syaikh Al-Albani)

Sumber: Buletin Islam Al Ilmu Edisi 30/I/II/1425, Yayasan As-Salafy Jember.

(Dikutip dari Bulletin Al Wala’ wa Bara’, Edisi ke-11 Tahun ke-3 / 11 Februari 2005 M / 02 Muharrom 1426 H. Diterbitkan Yayasan Forum Dakwah Ahlussunnah Wal Jamaah Bandung. Url sumber :

http://salafy.iwebland.com/fdawj/awwb/read.php?edisi=11&th=3)

http://salafy.iwebland.com/fdawj/awwb/read.php?edisi=11&th=3)

Dan termasuk yang melemahkan “Hadis Safinah” ini, adalah blog “haulasyaiah” artikel ditulis di/pada Agustus 27th, 2007

______________

Dari lorong desa Harrân menyeruak suara sumbang yang dipekikkan seorang Anak Taymiah yang mendustakan kesahihan Hadis Safinah yang telah diriwayatkan dari banyak sahabat melalui berbagai jalur yang saling menguatkan. Maka di sini suara sumbang itu telah dijadikan nyanyian oleh segelintir kelompok yang mengaku sebagai “Pembela Sunnah” yang bertugas sebagai pelestari cita-cita bani Umayyah yang bertekad bulat untuk mengubur hadis-hadis suci keutamaan Ali dan Ahlulbait Nabi as.

Ibnu Taimiyah berkata:


“Adapun ucapannya: ‘Perumpamaan Ahlubaitku seperti bahtera Nuh.’ Ia tidak dikenal memiliki isnad sahih dan tidak dikenal dalam kitab-kitab hadis yang dijadikan sandaran, walaupun telah diriwayatkan oleh orang-orang yang biasa meriwayatkan yang semisalnya dari kalangan pemungut kayu bakan dikegelapan malam, yang biasa meriwayatkan hadis-hadis palsu, maudhû’at.” [1]

Suara sumbang Ibnu Taymiah itu kembali disuarakan oleh sebagian kalangan dengan berusaha mencacat sebagian periwayatnya.

Sebelumnya perlu diketahui bahwa hadis Safinah dengan berbagai redaksinya telah diriwayatkan para ulama besar dan muhaddis Ahlulasuuah dari delapan sahabat Nabi saw.:

1. Imam Ali as.
2. Abu Dzar Al-Ghifari ra.
3. Abdullah bin Abbas ra.
4. Abu Said Al-Khudri ra.
5. Abu Thufail Amir bin Watsilah ra.
6. Salamah bin Al-Akwa’.
7. Anas bin Malik.
8. Abdullah bin Zubair.
 
Kualitas Hadis Safinah:

Sedangkan dari sisi sanad, riwayat-riwayat hadis ini saling menguatkan satu sama lain. Para ulama telah mensahihkan banyak jalurnya, sementara sebgaian lainnya adalah hadis hasan.

Ibnu Hajar dalam Shawa’iq-nya[2] berkata:

“Dan telah datang dari jalur yang cukup banyak, sebagiannya menguatkan yang lain, bahwa Nabi saw. bersabda:( مثل اهل بيتي ) Dalam riwayat lain: إِنَّمَا مَثَلُ اَهْلِ بَيْتِيْ Dalam riwayat lain: إِنَّ مَثَلَ اَهْلِ بَيْتِيْ Dalam riwayat lain:
اَلاَ إِنَّ مَثَلَ اَهْلِ بَيْتِيْ فِيْكُمْ مَثَلُ سَفِيْنَةِ نُوْحٍ فِيْ قَوْمِهِ، مَنْ رَكِبَهَا نَجَا، وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا غَرِقَ.

Dalam riwayat lain:
مَنْ رَكِبَهَا سَلِمَ وَمَنْ تَرَكَهَا غَرِقَ

Dalam Syarah al Hamaziyahnya, Ibnu Hajar kembali menegaskan, “Dan telah sahih hadis:
إنَّ مَثَلُ أَهْلِ بيتِيْ مثلُ سَفِيْنَةِ نُوْحٍ ، مَنْ رَكِبَهَا نَجَا، وَ مَنْ تَخَلَّفَ عنها هَلَكَ.

Syeihk Muhammad bin Shabbân dalam kitabnya Is’âf Al-Raghîbîn [3] berkata,” Sekolompok penulis buku sunan telah meriwayatkan dari beberapa sahabat bahwa Nabi saw. bersabda:
مَثَلُ اَهْلِ بَيْتِيْ كَسَفِيْنَةِ نُوْحٍ مَنْ رَكِبَهَا نَجَا وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا هَلَكَ

Sayyid Zaini Dahlan berkata dalam kitab Al Fadhlu Al Mubin Fi Fadhail Al Khulafa’ ar Rasyidiin Wa Ahlilbait ath Thahiriin [4], “Dan telah sahih dari jalur yang banyak bahwa beliau saw. bersabda:
َّإِنَّما مَثَلُ أَهْلِ بيتِيْ مثلُ سَفِيْنَةِ نُوْحٍ ، مَنْ رَكِبَهَا نَجَا، وَ مَنْ تَخَلَّفَ عَنها غَرِقَ

Dalam redaksi lain: هَلَكَ.

Dan:
مَثَلَ اَهْلِ بَيْتِيْ فِيْكُمْ كمثلِ باب حطَّةِ في بني إسرائيل، من دخلهُ غُفِرَ لَهُ.

Perumpamaan Ahlulbaiku laksana pintu pengampunan di kalangan bani Israil, siapa yang memasukinya ia pasti diamini.

Syeikh Muhammad ibn Yusuf Al Tunisi Al Maliki (yang dikenal dengan Al Kâfi) berkata dalam As saiful Yamani al Masluul fi ‘Unuqi Man Yath’anu Fi Ashhaabir Rasuul, “Bazzar meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Abu Daud meriwayatkan dari Ibnu Zubair, Al Hakim meriwayatkan dari Abu Dzarr dengan sanad yang hasan-:
مَثَلَ اَهْلِ بَيْتِيْ فِيْكُمْ مثلُ سَفِيْنَةِ نُوْحٍ ، مَنْ رَكِبَهَا نَجَا، وَ مَنْ تَخَلَّفَ عَنها غَرِقَ

Dan setelah panjang lebar beribcara, ia melanjutkan “Dan hal itu ditunjukkan oleh hadis masyhur yang disepakati penukilannya:
مَثَلَ اَهْلِ بَيْتِيْ فِيْكُمْ مثلُ سَفِيْنَةِ نُوْحٍ ، مَنْ رَكِبَهَا نَجَا، وَ مَنْ تَخَلَّفَ عَنها غَرِقَ

Ia adalah hadis yang dinukil oleh dua kelompok besar dan di sahihkan oleh dua mazahab. Tiada jalan bagi yang mencacatnya. Dan hadis yang semisal itu banyak.”[5]

Demikian juga ditegaskan oleh para ulama’ lain seperti Syeh Yusuf Al-Nabhani dalam kitab Syaraf Mu’abbadnya.[6]

Hadis Safinah ini telah dirwayatkan oleh belasan ulama dan Ahli Hadis serta para penulis kitab-kitab hadis yang menjadi sandaran, di antaranya:

1. Imam Ahmad.
2. Al Bazzâr.
3. Abu Ya’la.
4. Ibnu Jarir ath Thabari.
5. An Nasa’i.
6. Ath Thabarani.
7. Ad Dâruquthni.
8. Al Hakim.
9. Ibnu Mardawaih.
10. Abu Nu’aim al Isfahani.
11. Al Khathib al Baghdadi.
12. Abu al Mudzaffar as Sam’âni.
13. Ibnu al Atsir.
14. Muhibbuddin ath Thabari.
15. Adz Dzahabi.
16. Ibnu Hajar al Asqallani.
17. As Sakhawi.
18. As Suyuthi.
19. Ibnu Hajar al Haitami al Makki.
20. Al Muttaqi al Hindi.
21. Al Qâri.
22. Al Munnâwi. Dll.

Apabila mereka dianggap oleh Ibnu Taymiah sebagai huthâbul lail, pemungut kayu bakar di tengah malam, maka ahlan wa sahlan, kami tidak keberatan.

Dan diantara sanad ini yang kuat dan mu’tabarah adalah:

1. Riwayat jalur al Hakim yang beliau sahihkan berdasarkan syarat Imam Muslim.

2. Riwayat yang dikerluarkan al Khathib at Tabrîzi dalam Misykat al Bashâbih-nya, sebab ia telah menetapkan bahwa ia hanya akan meriwayatkan hadis-hadis yang sahih atau hasan, seperti al Baghawi, penulis Mashâbih as Sunnah- induk kitab Misykat al Bashâbih.

3. Riwayat jalur ath Thabarani dalam al Mu’jam ash Shaghîr-nya, ia berkata: Muhammad ibn Abdul Aziz ibn Muhammad ibn Rabi’ah al Kilâbi menyampaikan hadis kepada kami, ia berkata, ayahku menyampaikan hadis kepada kami, ia berkata, Abdur Rahman ibn Abi Hammâd al Muqri menyampaikan hadis kerpada kami, dari Abu Salamah ash Shâigh dari ‘Athiyah dari Abu Said al Khudri, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّما مَثَلُ أَهْلِ بيتِيْ فِيْكُمْ مثلُ سَفِيْنَةِ نُوْحٍ ، مَنْ رَكِبَهَا نَجَا، وَ مَنْ تَخَلَّفَ عَنها غَرِقَ. و إِنَّما مَثَلُ أَهْلِ بيتِيْ فِيْكُمْ مثلُ بابِ حِطَّةٍ في بنِيْ إسرائيل مَنْ دَخَلَهُ غُفِرَ لَهُ.

Sesungguhnya perumpamaan Ahlulbaitku di tengah-tengah kalian bagaikan bahtera Nuh, barang siapa menaikinya ia selamat dan barang siapa meninggalkannya ia pasti tenggelam. Dan sesungguhnya perumpamaan Ahlulbaitku di tengah-tengah kalian bagaikan pintu pengampunan di kalangan bani Israil barang siapa masuk ke dalamnya maka ia pasti diampuni.

Tidak meriwayatkan dari Abu Salamah kecuali Ibnu Abi Hammâd, ia menyendiri dengan riwayat Abdul Aziz ibn Muhammad.[7]

Para perawi pada sanad di atas tidak dipermasalahkan selain ‘Athiyah… dan ia adalah perawi yang dipakai Imam Bukhari dalam kitab al Adab al Mufrad, Abu Daud dalam Sunan-nya, an Nasa’i dalam Sunan-nya, Ibnu Mâjah dalam Sunan-nya dan Imam Ahmad dalam Musnad-nya.‘Athiyah telah ditsiqahkan oleh Ibnu Sa’ad. Ibnu Main berkata tentangnya, “Shalih.” Al Bazzâr berkata, “Ia tergolong berfaham Syi’ah, para pembesar meriwayatkan darinya. Abu Hatim dan Ibnu Adi berkata, “Hadisnya boleh ditulis. Ringkas kata, ‘Athiyah adalah perawi yang diandalkan banyak penulis kiab Shahih dan Musnad, dan Al Bukhari dalam al Adab al Mufrad. Sementara itu sebagian ulama jarh dan ta’dîl menpermasalahkannya karena kesyi’ahannya, tidak lebih dan hal demikian tidak dapat mencacatnya.

4. Adapun hadis riwayat al Hakim yang beliau sahihkan berdasarkan syarat Imam Muslim, maka adz Dzahabi menyetujinya, hanya saja ia mengatakan, “Aku berkata, ‘Mufadhdhal telah diriwayatkan darinya oleh at Turmudzi saja, mereka mendha’ifkannya.” Jadi sebenarnya jalur ini berdasarkan syarat Muslim dan seorang perawinya adalah perawi andalan at Turmudzi…

Adapun kata-katab adz Dzahabi, ‘mereka mendha’ifkannya’ maka kami tidak melihat adanyan alasan untuk vonis itu, dari memperhatikan komentar para penjarh dapat dimengerti bahwa pencacatan itu sebenarnya lebih tertuju kepada hadis-hadis yang ia riwayatkan bukan kepada pribadinya, seperti mereka mengatakan, munkarul hadîts/hadisnya munkar, bahkan tidak semua hadis riwayatnya munkar.

Ibnu Adi berkomentar, “Hadis riwayatnya yang paling munkar sepanjang yang aku saksikan adalah hadis (riwayat) al Hasan ibn Ali, sementara hadis-hadisnya yang lain saya berharap lurus.”[8]

Sedangkan hadis Safinah di atas bukan dari riwayat al hasan ibn Ali, maka dengan demikian sanad hadis itu adalah sahih.

5. jalur lain yang juga sahih adalah riwayat jalur para ulama’ dan ahli hadis, diantaranya al Bazzâar, ath Thabarani dari Ibnu Abbas ra. jalur tersebut tidak dipermasalahkan kecuali dari sisi al hasan ibn Abi Ja’far.[9]

Dan perawi yang satu ini telah diandalkan oleh Abu Daud ath Thayâlisi, Ibnu Mahdi, Yazid ibn Zurai’, Utsman ibn Mathar, Muslim ibn Ibrahim, dan sekelompok ahli hadis, dan yang demikian itu bukti keagungannya.

Muslim ibn Ibrahim berkata, “Dia adalah tergolong manusia terbaik.”

Amr ibn Ali berkata, “Ia shadûq (jujur).”

Abu Bakar ibn Abi al Aswad berkata, “Tadinya Ibnu Mahdi meninggalan hadisnya tetapi kemudian ia meriwayatkan darinya.”

Ibnu Adi berkata, “Al hasan ibn Abi Ja’far, hadis riwayatnya adalah baik, shâlihah, dan ia meriwayatkan hadis-hadis yang aneh, gharâib, dan menurutku ia bukan tergolong orang yang menyengaja berbohong, ia jujur, shadûq.”

Ibnu Hibbân berkata, “Ia tergolong orang-orang baik dan sedernaha dalam hidupnya, ia termasuk hamba yang rajin beribadah dan doanya selalu diijabahkan.”[10]

Dengan demikian dapat dipastikan jalur ini sahih.

Dari keterangan singkat ini dapat dimengerti bahwa apa yang dikatakan Nashiruddin al Albâni adalah tidak berdasar. Wal hamdulillah Rabbil ‘Alâmîn.

CATATAN KAKI

[1] Minhâj as Sunnah,4/105.
[2] Al-Shawaiq Al-Muhriqah:152 dan186.
[3]Is’âf Al-Raghîbîn:120.
[4] Dicetak dipinggir kitab Sirah Dahlaniyah, bab Dzlkru Fadhail Ahlilbait –alaihimus salaam-..
[5] As Saiful Yamani al Maslûl fi ‘Unuqi Man Yath’anu Fi Ashhâbir Rasûl:9.
[6] hal 18.
[7] Al Mu’jam Al Shaghir:2/22.
[8] Mîzân al I’tidâl,4/167.
[9] Baca majma’ az Zawâid,9/168.
[10] Untuk semua komentar di atas rujuk Tahdzîb at Tahdzîb,2/260.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...