INILAH AKIDAH SESAT WAHHABI YANG DISEBARKAN OLEH WAHHABI SEKARANG :
”ALLAH SERUPA, SAMA & SEPERTI NABI ADAM“
”ALLAH SERUPA, SAMA & SEPERTI NABI ADAM“
DI ATAS ADALAH COVER MUKA DEPAN KITAB WAHHABI YANG BERJUDUL: “AQIDAH AHL IMAN FI KHOLQI ADAM ‘ALA SURATIR RAHMAN”.
DALAM KITAB WAHHABI TERSEBUT MEREKA MENDAKWA BAHAWA RUPA BENTUK GAYA DAN DIRI ALLAH ITU SAMA DAN SERUPA DENGAN BENTUK RUPA NABI ADAM. NA’UZUBILLAH.
INILAH BUKTI BAHAWA WAHHABI SEMEMANGNYA MENYAMAKAN ALLAH DENGAN MAKHLUK SEDANGKAN TIADA SATU AYAT ATAU HADITH PUN YANG MENYAMAKAN ALLAH DENGAN MAKHLUK DAN TIADA SATU NAS YANG SAHIH PUN MENYATAKAN “RUPA BENTUK ALLAH SERUPA DENGAN RUPA BENTUK NABI ADAM”.LIHATLAH PADA TAJUK KITAB TERSEBUT IANYA AMAT MENGERIKAN DAN JELAS WAHHABI MENYATAKAN “ALLAH SERUPA DENGAN MAKHLUK”
DALAM KITAB WAHHABI TERSEBUT MEREKA MENDAKWA BAHAWA RUPA BENTUK GAYA DAN DIRI ALLAH ITU SAMA DAN SERUPA DENGAN BENTUK RUPA NABI ADAM. NA’UZUBILLAH.
INILAH BUKTI BAHAWA WAHHABI SEMEMANGNYA MENYAMAKAN ALLAH DENGAN MAKHLUK SEDANGKAN TIADA SATU AYAT ATAU HADITH PUN YANG MENYAMAKAN ALLAH DENGAN MAKHLUK DAN TIADA SATU NAS YANG SAHIH PUN MENYATAKAN “RUPA BENTUK ALLAH SERUPA DENGAN RUPA BENTUK NABI ADAM”.LIHATLAH PADA TAJUK KITAB TERSEBUT IANYA AMAT MENGERIKAN DAN JELAS WAHHABI MENYATAKAN “ALLAH SERUPA DENGAN MAKHLUK”
Saya (husain ardilla) menyatakan: Inilah sejenis bukti pengakuan
wahhabi sendiri yang diakui oleh pendokongnya bahawa akidah mereka
sememangnya adalah Allah serupa dengan makhluk
.
Ketahuilah bahawa akidah Islam sebenar Allah tidak menyerupai makhlukNya dan Allah tidak bersifat rupa paras mahupun rupa bentuk.
Dan saya mengatakan akidah tersebut adalah ruh akidah Yahudi sendiri. Ini kerana Yahudi juga mendakwa Allah Berbentuk dan Allah mencipta manusia seperti rupa parasNya.
Ketahuilah bahawa akidah Islam sebenar Allah tidak menyerupai makhlukNya dan Allah tidak bersifat rupa paras mahupun rupa bentuk.
Dan saya mengatakan akidah tersebut adalah ruh akidah Yahudi sendiri. Ini kerana Yahudi juga mendakwa Allah Berbentuk dan Allah mencipta manusia seperti rupa parasNya.
Lihat akidah yahudi tersebut di : http://www.arabicbible.com/bible/ot/gen/1.htm
.
Dalam kitab orang Yahudi berjudul Muqaddas Awwal Safar Takwin Al-Ishah Awwal 26 Yahudi mendakwa فخلق الله الانسان على صورته
dan Yahudi juga mendakwa على صورة الله خلق
Dalam kitab orang Yahudi berjudul Muqaddas Awwal Safar Takwin Al-Ishah Awwal 26 Yahudi mendakwa فخلق الله الانسان على صورته
dan Yahudi juga mendakwa على صورة الله خلق
Kedua-dua akidah yahudi itu amat jelas menyatakan Allah mencipta
manusia seperti rupa bentuk Allah. Wahhabi juga berakidah sedemikian.
Subhanallah.
.
BIN BAZ AL-WAHHABI PADA KITAB TERSEBUT TELAH MEMUJI AKIDAH TAJSIM YANG MENYAMAKAN ALLAH DENGAN MAKHLUK. (1)
BIN BAZ AL-WAHHABI AKIDAH TAJSIM (2)
DI ATAS ADALAH COP DAN PENGAKUAN DARI AL-WAHHABI ABDUL AZIZ BIN BAZ
BAHAWA KITAB WAHHABI TADI YANG MENYAMAKAN ALLAH DENGAN MAKHLUK DAN RUPA
BENTUK ALLAH ITU SAMA DENGAN RUPA BENTUK NABI ADAM MERUPAKAN AKIDAH YANG
DIBAWA OLEH KESEMUA WAHHABI TERMASUK KESEMUA WAHHABI DI MALAYSIA.
INI ISI KANDUNGAN KITAB WAHHABI TERSEBUT YANG JELAS MENYAMAKAN ALLAH DENGAN MAKHLUK
DI ATAS ADALAH ISI KANDUNGAN KITAB WAHHABI TADI YANG DIAKUI OLEH BIN
BAZ AL-WAHHABI MENYATAKAN AKIDAH MEREKA BAHAWA ALLAH SERUPA DENGAN
MANUSIA DAN SERUPA DENGAN SEGALA MAKHLUK-MAKHLUKNYA SERTA WAHHABI
MENGUNAKAN HUJAH DARI YAHUDI KITAB TAURAT (MUHARRAFAH) YANG TELAH
DITUKAR DAN DIUBAH. WAHHABI TIDAK MENGUNAKAN ALQURAN DAN HADITH TETAPI
MENGUNAKAN KENYATAAN YAHUDI DALAM HAL ASAS AKIDAH. PERHATIKAN PADA LINE
YANG TELAH DIMERAHKAN AMAT JELAS KESEMUA WAHHABI MENDAKWA ALLAH MENCIPTA
MANUSIA SERUPA DENGAN DIRI ALLAH SENDIRI. INILAH AKIDAH MUJASSIMAH
AL-YAHUDIYAH YANG DIHIDUPKAN OLEH AL-WAHHABIYAH.
semoga Allah memberi hidayah iman kepada Wahhabi.
2. Ibnu Taimiyyah dan wahabi Menshahihkan
Hadis mungkar(“Nabi Melihat Allah SWT Dalam Bentuk Pemuda Amrad”) dan
mengunakannya untuk masalah aqidah
Kali ini hadis yang akan dibahas adalah hadis ru’yatullah riwayat Ibnu Abbas. Hadis ini juga tidak lepas dari kemungkaran yang nyata dengan lafaz “Melihat Allah SWT dalam bentuk pemuda amrad (yang belum tumbuh jenggot dan kumisnya)”.Tetapi anehnya hadis dengan lafaz mungkar ini tidak segan-segan dinyatakan shahih oleh syaikh salafy wahabi dan syaikh salafy yang terkenal Ibnu Taimiyyah.
Kali ini hadis yang akan dibahas adalah hadis ru’yatullah riwayat Ibnu Abbas. Hadis ini juga tidak lepas dari kemungkaran yang nyata dengan lafaz “Melihat Allah SWT dalam bentuk pemuda amrad (yang belum tumbuh jenggot dan kumisnya)”.Tetapi anehnya hadis dengan lafaz mungkar ini tidak segan-segan dinyatakan shahih oleh syaikh salafy wahabi dan syaikh salafy yang terkenal Ibnu Taimiyyah.
Takhrij Hadis Ibnu Abbas
ثنا حماد بن سلمة عن قتادة عن عكرمة عن بن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم رأيت ربي جعدا امرد عليه حلة خضراء
ثنا حماد بن سلمة عن قتادة عن عكرمة عن بن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم رأيت ربي جعدا امرد عليه حلة خضراء
Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari
Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas yang berkata Rasulullah SAW
bersabda “Aku melihat Rabbku dalam bentuk pemuda amrad berambut keriting
dengan pakaian berwarna hijau”.
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Asmaa’ was Shifaat no
938, Ibnu Ady dalam Al Kamil 2/260-261, Al Khatib dalam Tarikh Baghdad
13/55 biografi Umar bin Musa bin Fairuz, Adz Dzahabi dalam As Siyaar
10/113 biografi Syadzaan, Abu Ya’la dalam Ibthaalut Ta’wiilat no 122,
123, 125, 126,127 ,129, dan 143 (dengan sedikit perbedaan pada
lafaznya), Ibnu Jauzi dalam Al ‘Ilal Al Mutanahiyah no 15. Semuanya
dengan jalan sanad yang berujung pada Hammad bin Salamah dari Qatadah
dari Ikrimah dari Ibnu Abbas. Sedangkan yang meriwayatkan dari Hammad
adalah Aswad bin Amir yakni Syadzaan (tsiqat dalam At Taqrib 1/102),
Ibrahim bin Abi Suwaid (tsiqat oleh Abu Hatim dalam Al Jarh wat Ta’dil
2/123 no 377), Abdush Shamad bin Kaisan atau Abdush Shamad bin Hasan
(shaduq oleh Abu Hatim dalam Al Jarh Wat Ta’dil 6/51 no 272).
Hadis ini maudhu’ dengan sanad yang dhaif dan matan yang mungkar. Hadis ini mengandung illat
* Hammad bin Salamah, ia tidak tsabit riwayatnya dari
Qatadah. Dia walaupun disebutkan sebagai perawi yang tsiqah oleh para
ulama, dia juga sering salah karena kekacauan pada hafalannya
sebagaimana yang disebutkan dalam At Tahdzib juz 3 no 14 dan At Taqrib
1/238. Disebutkan dalam Syarh Ilal Tirmidzi 2/164 yang dinukil dari Imam
Muslim bahwa Hammad bin Salamah banyak melakukan kesalahan dalam
riwayatnya dari Qatadah. Oleh karena itu hadis Hammad bin Salamah dari
Qatadah ini tidak bisa dijadikan hujjah apalagi jika menyendiri dan
lafaznya mungkar.
* Tadlis Qatadah, Ibnu Hajar telah menyebutkannya dalam Thabaqat Al Mudallisin no 92 sebagai mudallis martabat ketiga, dimana Ibnu Hajar mengatakan bahwa pada martabat ketiga hadis perawi mudallis tidak dapat diterima kecuali ia menyebutkan penyimakannya dengan jelas. Dalam Tahrir At Taqrib no 5518 juga disebutkan bahwa hadis Qatadah lemah kecuali ia menyebutkan sama’ nya dengan jelas. Dalam hadis ini Qatadah meriwayatkan dengan ‘an ‘anah sehingga hadis ini lemah.
Kelemahan sanad hadisnya ditambah dengan matan yang
mungkar sudah cukup untuk menyatakan hadis ini maudhu’ sebagaimana yang
disebutkan oleh Ibnu Jauzi dalam Al ‘Ilal no 15. Kemungkaran hadis ini
juga tidak diragukan lagi bahkan diakui oleh Baihaqi dan Adz Dzahabi
dalam As Siyaar. Bashar Awad Ma’ruf dalam tahqiqnya terhadap kitab
Tarikh Baghdad 13/55 menyatakan hadis ini maudhu’.
Ibnu Taimiyyah dan Syaikh wahabi ikut-ikutan
menshahihkan hadis Ibnu Abbas ini. Ibnu taymiyah dan wahabi dengan jelas
menyatakan shahih marfu’ hadis dengan lafal pemuda amrad dalam kitabnya
Bayaan Talbiis Al Jahmiyyah 7/290.
Bayaan Talbiis Al Jahmiyyah
Dan ini penggalan kitab tersebut juz 7 hal 290 dimana Ibnu Taimiyyah menshahihkan hadis Ru’yah dengan lafal pemuda amrad
Bayaan Talbiis Al Jahmiyyah 7/290
Tentu saja fenomena ini adalah keanehan yang luar biasa.
Bagaimana mungkin mereka begitu berani menshahihkan hadis tersebut
bahkan mengecam orang yang mengingkarinya dan menggunakannya dalam
masalah aqidah.
Anda jangan terperanjat jika kami katakan akidah Salafi Wahabi itu
sangat mirip dengan akidah Yahudi dan Nasrani. Benarkah demikian? Mari
kita buktikan bersama!
Akidah tajsim dan tasybih telah menggelincirkan Salafi Wahabi hingga pada suatu keyakinan bahwa Allah seperti sosok seorang pemuda , berambut ikal , bergelombang dan mengenakan baju berwarna merah. Klaim ini dikatakan oleh Ibnu Abu Ya’la dalam kitab Thabaqat al-Hanabilah. Abu Ya’la mendasarkan pernyataan itu kepada hadits berikut :
Sungguh keji pengaruh riwayat palsu di atas. Riwayat-riwayat palsu produk pikiran Yahudi itu kini berhasil membodohi akal pikiran para pengikut Salafi Wahabi, sehingga mereka menerima keyakinan seperti itu. Tidak diragukan lagi, hadits semacam ini adalah kisah-kisah Israiliyat yang bersumber dari orang-orang Bani Israil.
Salafi Wahabi memperjelas hadits di atas dengan hadits lain yang bercerita tentang Allah duduk di atas kursi emas, beralaskan permadani yang juga terbuat dari emas, dalam sebuah taman hijau. Singgasana (Arsy) Allah dipikul oleh empat malaikat dalam rupa yang berbeda-beda, yaitu seorang lelaki, singa, banteng dan burung elang. Keyakinan aneh semacam ini dipaparkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Kitab at-Tauhid wa Itsbat Shifat ar-Rab.
Siapakah Ibnu Khuzaimah? Dia adalah salah seorang ulama ahli hadits yang banyak dipakai oleh Salafi Wahabi untuk dijadikan referensi. Namun setelah semakin matang dalam pengembaraan intelektualnya, Ibnu Khuzaimah menyesali diri telah menulis kitab tersebut, seperti dikisahkan oleh al-Hafidz al-Baihaqi dalam kitab al-Asma wa ash-Shifat hal. 267
Walaupun begitu, soko guru Salafi Wahabi, yaitu Ibnu Taimiyah tetap mengatakan bahwa Ibnu Khuzaimah adalah ”Imamnya Para Imam” karena menurutnya telah banyak meriwayatkan hadits-hadits ’shahih’ tetang hakikah Dzat Tuhan (padahal yang sebenarnya hadits-hadits itu kenal dengan nuansa tasybih dan hikayat Israiliyat). Oleh karena itu, ketika mengomentari sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah, Ibnu Taimiyah berkata :
”Hadits ini telah diriwayatkah oleh ’Imamnya Para Imam’ yaitu Ibnu Khuzaimah dalam Kitab at-Tauhid yang telah ia syaratkan untuk tidak berhujjah di dalamnya melainkan dengan hadits-hadits yang dinukil oleh perawi adil dari perawi adil lainnya, sehingga bersambung kepada Nabi SAW” (Ibnu Taimiyah: Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah, Jilid 3, hal. 192)
Maka tak heran jika Ibnu Taimiyah pun berkeyakinan sama buruknya, seperti dalam Majmu’ Fatawa j. 4, h. 374, Ibn Taimiyah berkata “Para ulama yang diridlai oleh Allah dan para wali-Nya telah menyatakan bahwa Rasulullah Muhammad didudukan oleh Allah di atas ‘arsy bersama-Nya”.
Awalnya Ibnu Khuzaimah sangat meyakini bahwa seluruh hadits yang ia muat di dalam kitabnya adalah shahih dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebab menurut pengakuannya ia telah meriwayatkanya dengan sanad bersambung melalui para periwayat yang adil dan terpercaya. Demikian sebagaimana ia tegaskan di awal kitab tersebut dan juga tertulis di cover depan kitab at-Tauhid tersebut.
Gambar dibawah ini adalah scan teks tentang keyakinan tasybih dari Kitab at-Tauhid karya Ibnu Khuzaimah, tahkik Muhammad Khalil Harras, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, Lebanon 1403 H./1983, halaman 198.
Untuk lebih jelasnya kami tuliskan ulang hadits Israiliyat yang sudah menjadi bagian dari keyakinan kaum Salafi Wahabi itu sebagai berikut :
….. Abdullah ibnu Umar ibnu al-Khaththab mengutus seseorang untuk
menemui Ibnu Abbas menanyainya, ”Apakah Muhammad SAW melihat Tuhannya?”
Maka Abdullah ibnu Abbas mengutus seseorang kepadanya untuk menjawab,
”Ya, benar. Ia melihatnya.” Abdullah ibnu Umar meminta pesuruhnya
kembali kepada Ibnu Abbas untuk menanyakannya, ”Bagaimana ia
melihat-Nya?”. Ibnu Abbas menjawab melalui utusannya itu, ’Da
melihat-Nya berada di sebuah taman hijau, dibawah-Nya terdapat hamparan
permadani emas , Dia duduk di atas kursi terbuat dari emas yang dipikul
oleh empat malaikat; malaikat berupa seorang laki-laki, malaikat berupa
banteng, malaikat berupa burung elang, dan malaikat berupa singa.”
(Ibnu Khuzaimah: Kitab at-Tauhid, tahkik Muhammad Khalil Harras, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, Lebanon 1403 H./1983 M, hal. 198)
Pembaca yang budiman, Ketika kami menggabungkan hadits Abu Ya’la yang telah lalu dan hadits Ibnu Khuzaimah ini (dimana keduanya telah menjadi dogma Salafi Wahabi), kami sungguh sangat terperanjat!. Kami menjumpai adanya kesamaan antara dogma Salafi Wahabi itu dengan dogma Nashrani, dalam hal ini gambar Tuhan milik mereka. Sebuah gambar yang mengilustrasikan tentang hakikat Tuhan mereka, Yesus Kristus.
Lukisan itu sama persis dengan apa yang digambarkan oleh Salafi Wahabi, yaitu: seorang pemuda , berambut ikal bergelombang mengenakan pakaian merah, sedang duduk di atas kursi emas di taman hijau dibawah-Nya hamparan permadani emas yang dipikul oleh empat malaikat berupa seorang laki-laki, banteng (sapi hutan), burung elang, dan singa.
Dibawah ini gambaran milik umat Kristiani tentang Yesus Kristus, silahkan Anda bandingkan dengan hadits Ya’la dan Ibnu Khuzaimah yang direkomendasikan oleh Salafi Wahabi untuk diyakini oleh setiap pengikutnya:
Perhatikanlah gambar milik kaum Nashrani di atas, tidak ada bedanya sama sekali dengan apa yang diajarkan oleh Salafi Wahabi tentang jati diri Tuhan. Apakah ajaran Salafi Wahabi tadi (yang mereka klaim berasal dari hadits shahih) adalah hasil copy paste dari ajaran orang-orang Yahudi dan Nashrani ini? Kenapa ini bisa terjadi? Karena akidah Salafi Wahabi berasal dari hadits-hadits palsu Israiliyat, yakni karangan orang-orang Bani Israil yang telah Allah sesatkan.
Oleh karenanya, sudah selayaknya kita meragukan dogma tajsim dan tasybih kaum Salafi Wahabi, sebag tajsim dan tasybih itu sangat diwanti-wanti dan dilarang dalam Islam. Terkadang, kaum Salafi Wahabi masih saja mengelak dan memutar kata dari tuduhan tajsim ini. Namun, jika yang demikian bukan tajsim, lalu yang bagaimana lagi yang dinamakan tajsim? Berhati-hatilah wahai umat Islam dari mengikuti faham mereka ini agar kita tidak terperosok dalam kemusyrikan dan kekafiran.
Namun sayangnya, semakin mereka dikritik, maka akan semakin keras menentang (mungkin karena memang seperti itulah watak asli mereka). Mereka merasa paling benar. Nyata-nyata mereka yang keliru, tetapi malah mereka yang bersikap lebih keras kepada umat Islam yang coba meluruskan, lalu menudingkan tuduhan kafir. Dalam buku mereka, Halaqat Mamnu’ah karangan Hisyam al-Aqqad dinyatakan:
Dari pemaparan ringkas di atas, Anda dapat mengerti bagaimana kualitas akal pikiran sebagian ulama Mujassimah yang menjadi rujukan Salafi Wahabi. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika Ibnu al-Jauzi mensifati mereka sebagai para ahli hadits dungu. Adakah kedunguan yang melebihi kedunguan kaum yang sesekali meyakini bahwa Allah SWT duduk di sebuah kursi yang dipikul oleh empat malaikat dalam rupa berbeda-beda, sesekali meyakini bahwa Allah SWT bersemayam di atas Arasy-Nya yang ditegakkan di atas punggung delapan ekor banteng yang mengapung di atas air di sebuah rumah di atas langit ketujuh, dan sesekali meyakini bahwa Allah SWT duduk berselonjor sambil meletakkan salah satu kaki-Nyadi atas kaki-Nya yang lain? Itu semua adalah hadits-hadits palsu buatan Bani Israil yang dikenal riwayat-riwayat Israiliyat. Masihkah Salafi Wahabi tidak menyadarinya, melainkan malah menganggap dirinya yang paling benar?. La haula wa la quwwata ill billah. Semoga Allah mengilhamkan kepada kita kemurnian akidah dan kesucian keyakinan tentang sifat-sifat-Nya yang Maha Suci serta kematangan logika.
Akidah tajsim dan tasybih telah menggelincirkan Salafi Wahabi hingga pada suatu keyakinan bahwa Allah seperti sosok seorang pemuda , berambut ikal , bergelombang dan mengenakan baju berwarna merah. Klaim ini dikatakan oleh Ibnu Abu Ya’la dalam kitab Thabaqat al-Hanabilah. Abu Ya’la mendasarkan pernyataan itu kepada hadits berikut :
عن عكرمة اَن الرسول صلى الله عليه وسلّم قال: راَيت ربي عزّ وجلّ شَابا امرد جعد قطط عليه حلة حمراء
“Dari Ikrimah: bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Aku telah melihat
Tuhanku SWT berupa seorang pemuda berambut ikal bergelombang mengenakan
pakaian merah.” (Ibnu Abu Ya’la: Thabaqat al-Hanabilah, jilid 2, halaman
39)Sungguh keji pengaruh riwayat palsu di atas. Riwayat-riwayat palsu produk pikiran Yahudi itu kini berhasil membodohi akal pikiran para pengikut Salafi Wahabi, sehingga mereka menerima keyakinan seperti itu. Tidak diragukan lagi, hadits semacam ini adalah kisah-kisah Israiliyat yang bersumber dari orang-orang Bani Israil.
Salafi Wahabi memperjelas hadits di atas dengan hadits lain yang bercerita tentang Allah duduk di atas kursi emas, beralaskan permadani yang juga terbuat dari emas, dalam sebuah taman hijau. Singgasana (Arsy) Allah dipikul oleh empat malaikat dalam rupa yang berbeda-beda, yaitu seorang lelaki, singa, banteng dan burung elang. Keyakinan aneh semacam ini dipaparkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Kitab at-Tauhid wa Itsbat Shifat ar-Rab.
Siapakah Ibnu Khuzaimah? Dia adalah salah seorang ulama ahli hadits yang banyak dipakai oleh Salafi Wahabi untuk dijadikan referensi. Namun setelah semakin matang dalam pengembaraan intelektualnya, Ibnu Khuzaimah menyesali diri telah menulis kitab tersebut, seperti dikisahkan oleh al-Hafidz al-Baihaqi dalam kitab al-Asma wa ash-Shifat hal. 267
Walaupun begitu, soko guru Salafi Wahabi, yaitu Ibnu Taimiyah tetap mengatakan bahwa Ibnu Khuzaimah adalah ”Imamnya Para Imam” karena menurutnya telah banyak meriwayatkan hadits-hadits ’shahih’ tetang hakikah Dzat Tuhan (padahal yang sebenarnya hadits-hadits itu kenal dengan nuansa tasybih dan hikayat Israiliyat). Oleh karena itu, ketika mengomentari sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah, Ibnu Taimiyah berkata :
”Hadits ini telah diriwayatkah oleh ’Imamnya Para Imam’ yaitu Ibnu Khuzaimah dalam Kitab at-Tauhid yang telah ia syaratkan untuk tidak berhujjah di dalamnya melainkan dengan hadits-hadits yang dinukil oleh perawi adil dari perawi adil lainnya, sehingga bersambung kepada Nabi SAW” (Ibnu Taimiyah: Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah, Jilid 3, hal. 192)
Maka tak heran jika Ibnu Taimiyah pun berkeyakinan sama buruknya, seperti dalam Majmu’ Fatawa j. 4, h. 374, Ibn Taimiyah berkata “Para ulama yang diridlai oleh Allah dan para wali-Nya telah menyatakan bahwa Rasulullah Muhammad didudukan oleh Allah di atas ‘arsy bersama-Nya”.
Awalnya Ibnu Khuzaimah sangat meyakini bahwa seluruh hadits yang ia muat di dalam kitabnya adalah shahih dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebab menurut pengakuannya ia telah meriwayatkanya dengan sanad bersambung melalui para periwayat yang adil dan terpercaya. Demikian sebagaimana ia tegaskan di awal kitab tersebut dan juga tertulis di cover depan kitab at-Tauhid tersebut.
Gambar dibawah ini adalah scan teks tentang keyakinan tasybih dari Kitab at-Tauhid karya Ibnu Khuzaimah, tahkik Muhammad Khalil Harras, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, Lebanon 1403 H./1983, halaman 198.
Untuk lebih jelasnya kami tuliskan ulang hadits Israiliyat yang sudah menjadi bagian dari keyakinan kaum Salafi Wahabi itu sebagai berikut :
عن عبد الله عمر بن الخطاب بعث الى عبد الله بن العبّاس يساله: هل راى
محمّد صلى الله عليه وسلم ربّه؟ فارسل اِليه عبد الله بن العبّاس: ان نعم.
فردّ عليه عبدالله بن عمر رسوله: ان كيف راه؟ قال: فارسل انّه راه في روضة
خضراء دونه فِراش من ذهب على كرسي من ذهب يحمله اربعة من الملاىكة، ملك في
صورة رجل، و ملك في صورة ثور وملك في صورة نسر، وملك في صورة اسد
(Ibnu Khuzaimah: Kitab at-Tauhid, tahkik Muhammad Khalil Harras, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, Lebanon 1403 H./1983 M, hal. 198)
Pembaca yang budiman, Ketika kami menggabungkan hadits Abu Ya’la yang telah lalu dan hadits Ibnu Khuzaimah ini (dimana keduanya telah menjadi dogma Salafi Wahabi), kami sungguh sangat terperanjat!. Kami menjumpai adanya kesamaan antara dogma Salafi Wahabi itu dengan dogma Nashrani, dalam hal ini gambar Tuhan milik mereka. Sebuah gambar yang mengilustrasikan tentang hakikat Tuhan mereka, Yesus Kristus.
Lukisan itu sama persis dengan apa yang digambarkan oleh Salafi Wahabi, yaitu: seorang pemuda , berambut ikal bergelombang mengenakan pakaian merah, sedang duduk di atas kursi emas di taman hijau dibawah-Nya hamparan permadani emas yang dipikul oleh empat malaikat berupa seorang laki-laki, banteng (sapi hutan), burung elang, dan singa.
Dibawah ini gambaran milik umat Kristiani tentang Yesus Kristus, silahkan Anda bandingkan dengan hadits Ya’la dan Ibnu Khuzaimah yang direkomendasikan oleh Salafi Wahabi untuk diyakini oleh setiap pengikutnya:
Perhatikanlah gambar milik kaum Nashrani di atas, tidak ada bedanya sama sekali dengan apa yang diajarkan oleh Salafi Wahabi tentang jati diri Tuhan. Apakah ajaran Salafi Wahabi tadi (yang mereka klaim berasal dari hadits shahih) adalah hasil copy paste dari ajaran orang-orang Yahudi dan Nashrani ini? Kenapa ini bisa terjadi? Karena akidah Salafi Wahabi berasal dari hadits-hadits palsu Israiliyat, yakni karangan orang-orang Bani Israil yang telah Allah sesatkan.
Oleh karenanya, sudah selayaknya kita meragukan dogma tajsim dan tasybih kaum Salafi Wahabi, sebag tajsim dan tasybih itu sangat diwanti-wanti dan dilarang dalam Islam. Terkadang, kaum Salafi Wahabi masih saja mengelak dan memutar kata dari tuduhan tajsim ini. Namun, jika yang demikian bukan tajsim, lalu yang bagaimana lagi yang dinamakan tajsim? Berhati-hatilah wahai umat Islam dari mengikuti faham mereka ini agar kita tidak terperosok dalam kemusyrikan dan kekafiran.
Namun sayangnya, semakin mereka dikritik, maka akan semakin keras menentang (mungkin karena memang seperti itulah watak asli mereka). Mereka merasa paling benar. Nyata-nyata mereka yang keliru, tetapi malah mereka yang bersikap lebih keras kepada umat Islam yang coba meluruskan, lalu menudingkan tuduhan kafir. Dalam buku mereka, Halaqat Mamnu’ah karangan Hisyam al-Aqqad dinyatakan:
من فسّر اِستوى باستولى فهو كافر
”Barang siapa yang menafsirkan kata istawa dengan istawla (menguasai), maka dia kafir.”Dari pemaparan ringkas di atas, Anda dapat mengerti bagaimana kualitas akal pikiran sebagian ulama Mujassimah yang menjadi rujukan Salafi Wahabi. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika Ibnu al-Jauzi mensifati mereka sebagai para ahli hadits dungu. Adakah kedunguan yang melebihi kedunguan kaum yang sesekali meyakini bahwa Allah SWT duduk di sebuah kursi yang dipikul oleh empat malaikat dalam rupa berbeda-beda, sesekali meyakini bahwa Allah SWT bersemayam di atas Arasy-Nya yang ditegakkan di atas punggung delapan ekor banteng yang mengapung di atas air di sebuah rumah di atas langit ketujuh, dan sesekali meyakini bahwa Allah SWT duduk berselonjor sambil meletakkan salah satu kaki-Nyadi atas kaki-Nya yang lain? Itu semua adalah hadits-hadits palsu buatan Bani Israil yang dikenal riwayat-riwayat Israiliyat. Masihkah Salafi Wahabi tidak menyadarinya, melainkan malah menganggap dirinya yang paling benar?. La haula wa la quwwata ill billah. Semoga Allah mengilhamkan kepada kita kemurnian akidah dan kesucian keyakinan tentang sifat-sifat-Nya yang Maha Suci serta kematangan logika.
Aqidah Wahabi Menyamai Aqidah Yahudi dan Nasrani
Aqidah Wahabi Menyamai Aqidah Yahudi dan Nasrani,
yaitu mereka mengatakan bahwa Allah SWT Duduk seperti Duduknya Makhluq.
Ketahuilah bahwa aqidah yg dibawa oleh Wahhabi adalah aqidah yang
bersumberkan dari Yahudi dan Kristiani yang coba diserapkan dalam
masyarakat islam demi memecahbelah umat islam dan bertujuan agar umat
islam menjadi Yahudi dan Nasoro, kemudian bersenang-senanglah Iblis
bersama mereka di neraka kelak!
Inilah Yahudi dengan kerjasama penuh dari Wahhabiyah dalam menyesatkan umat islam di tanah air kita ini :
- Akidah ” Allah Duduk” Adalah Akidah Yahudi
Dalam kitab Yahudi Safar Al-Muluk Al-Ishah 22 Nomor 19-20, Yahudi menyatakan akidah kufur di dalamnya :
قال فاسمع إذاً كلام الرب قد رأيت الرب جالسًا على كرسيه و كل جند السماء وقوف لديه عنيمينه و عن يساره
“Berkata : Dengarkanlah engkau kata-kata Tuhan,telah ku lihat Tuhan
duduk di atas kursi dan ke semua tentera langit berdiri di sekitarnya
kanan dan kiri” .
- Ibnu Taimiah ikut Membantu Yahudi Menyebarkan Akidah Yahudi ” Allah Duduk ” :
Dalam kitab Ibnu Taimiah Majmu Fatawa Jilid 4 / 374 :
إن محمدًا رسول الله يجلسه ربه على العرش معه
“Sesungguhnya Muhammad Rasulullah, Tuhannya mendudukkannya diatas arasy bersamaNya”.
Tidak cukup dengan itu Ibnu Taimiah turut mengunakan lafaz kufur Yahudi demi men-yahudikan umat islam :
Dalam Kitab Ibnu Taimiyah berjudul Syarh Hadith Nuzul cetakan Darul Asimah :
إذا جلس تبارك و تعالى على الكرسي سُمِع له أطيط كأطيط الرَّحل الجديد
artinya: ” Apabila Tuhan duduk di atas kursi maka akan terdengarlah bunyi seperti kursi baru diduduki”.
Lihatlah! Yahudi berkata Allah Duduk…Ibnu Taimiyah berkata Allah Duduk.
TAPI AL-QURAN DAN HADIST NABI YANG SHAHIH TIDAK PERNAH MENYATAKAN ALLAH DUDUK.
Kalau kita lihat dalam website Kristiani : http://www.hesenthisword.com/lessons/lesson5.htm
lihat pada :
عاشرا: ذكر عنه ما ورد عن الله في العهد القديم
Kristiani berkata pada nomor 7 :
“الله جالس على الكرسي العالي” (اش 6 :1-10) .
artinya: “Allah Duduk Di atas Kursi Yang Tinggi”.
Wahhabi Turut Membantu Menghidupkan Kekufuran Kristian Dengan Memalsukan Hadith Nabi :
DALAM KITAB WAHHABI : FATHUL MAJID SYARH KITAB AT-TAUHID KARANGAN
ABDUR RAHMAN BIN HASAN AAL AS-SYEIKH DISOHIHKAN OLEH ABDUL AZIZ BIN
ABDULLAH BIN BAZ CETAKAN PERTAMA TAHUN 1992 BERSAMAAN 1413 MAKTABAH
DARUL FAIHA DAN MAKTABAH DARUL SALAM.
Cetakan ini pada hal 356 yg tertera kenyatan kufur yg dianut oleh
Wahhabi sebagai hadis ( pd hakikatnya bukan hadis Nabi ) adalah tertera
dalam bahasa arabnya berbunyi:
” IZA JALASA AR-ROBBU ‘ALAL KURSI “.
Artinya : ” Apabila Telah Duduk Tuhan Di Atas Kursi “.
TETAPI AL-QURAN DAN HADITH SHAHIH TIDAK PERNAH MENYATAKAN DEMIKIAN !
Perlu diketahui, Imam asy-Syafi’I pun terang-terangan menyatakan
kekufuran bagi orang yang meyakini bahwa Allah duduk di atas ‘arsy dan
tidak boleh shalat (makmum) di belakangnya.
Ibn al Mu’allim al Qurasyi (W. 725 H) menyebutkan dalam karyanya Najm
al Muhtadi menukil perkataan al Imam al Qadli Najm ad-Din dalam
kitabnya Kifayah an-Nabih …fi Syarh at-Tanbih bahwa ia menukil dari al
Qadli Husayn (W. 462 H) bahwa al Imam asy-Syafi’I menyatakan kekufuran
orang yang meyakini bahwa Allah duduk di atas ‘arsy dan tidak boleh
shalat (makmum) di belakangnya.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Allah ada pada
azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”.
(H.R. al Bukhari, al Bayhaqi dan Ibn al Jarud).
Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa
permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum
ada angin, cahaya, kegelapan, ‘Arsy, langit, manusia, jin, malaikat,
waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum terciptanya
tempat dan arah, maka Ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia tidak
berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena
berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk).